LIVE IS AN ADVENTURE

I think by traveling you can better appreciate yourself and the different cultures of the world... Enjoy life all around the world. To share with many people with different way of living. To love. To dance with the birds and sing with the wind....

Travelling brings color to my life. I'm travelling for the joy...
"...there is a difference between knowing the path and walking the path" - Morpheus

I am not good at writing but I want to share the adventure in my journey, but I have a lot of photo trips. Let the pictures are going to tell you about this trip ;)

Not only for the destinations, but it's about the journeys...
when you are traveling the time should be yours.

Some in my blog is using Indonesian, If you do not understand Indonesian you can use "Google Translate" at the top left of this blog. I hope this blog can be useful ...


DILARANG MENGAMBIL atau COPY PHOTO-PHOTO DALAM BLOG INI TANPA IJIN!

Minggu, 11 Desember 2016

Hallstätt Negeri Dongeng yang Indah.


Hallstatt and Church of Christ, Gosaumühlstraße - Hallstatt


Desa Hallstätt di Austria masuk ke wilayah Salzkammergut, merupakan salah satu destinasi utama wisatawan dunia karena keindahannya. Desa tersebut memang terletak di depan danau Hallstattersee dan dikelilingi pegunungan yang diselimuti es. Sebuah danau yang dikelilingi jajaran pegunungan Alpen dengan salju abadi Dachstein serta pemandangan yang luar biasa indah dan tenang nan memukau. Air danau yang tenang dan kampung kecil di kaki gunung dengan model rumah-rumah khas pedesaan Austria. Rasanya seperti di negeri dongeng.


The Church of Christ, Hallstatt



Petualangan kami kali ini di awal bulan Desember 2016, akhirnya terwujud juga mimpi kami untuk mengunjungi desa kecil yang cantik ini walau kami tidak sempat bermalam tetapi satu hari mengabadikan keindahan Hallstätt sudah menyenangkan hati saya. Hallstätt, sebuah kota kecil di Austria ini letaknya diperbatasan Austria-Jerman. Kami berangkat dari Munich dengan mobil diantar oleh uncle Jerry menuju ke arah tenggara Jerman (Berchtesgaden) dan dilanjutkan masuk ke wilayah Austria dan tanpa ada pos imigrasi loh...

Untuk mengendarai mobil di Austria, kita mesti membeli Austrian Highway Toll Vignette yang merupakan sebuah sticker dan ditempelkan di screen mobil depan pengemudi. Sticker ini bisa dibeli di SPBU yang ada di perbatasan-perbatasan Austria (seperti di Jerman dll). Harganya gak mahal kok, untuk 10 hari mengendarai mobil di Austria, harga stickernya 8.90 (sekitar IDR133.500). Dan kami tidak pake guide tour atau guide map tourist. let it flow aja. Dengan memakai GPS, tinggal set aja ke Hallstätt, trus ikutin aja GPS-nya... nanti sampe di Hallstätt, tinggal cari car park. (info Hallstätt parking)

Kurang dari 15 menit saya sampe di pusat kota dengan berjalan kaki dari tempat parkir mobil dan mulai eksplor kota kecil mungil dan cantik itu dan kebetulan pas diawal bulan Desember jadi cantiknya dobel deh!


The Church of Christ, Hallstatt




Hallstätt saat itu sedang di ujung musim gugur dan menjelang musim dingin. Kenapa saya sebut kampung? Karena kota ini sangat kecil, dengan luas kurang lebih 60 Km, dalam sehari sebenarnya kampung ini sudah bisa kita kelilingi.

Di samping karena keindahan dan suasananya yang begitu tenang, juga karena kampung ini masuk dalam “World Heritage List” oleh UNESCO Convention for the Protection of the World’s Cultural and Natural Heritages sejak tahun 1997. Hallstatt dapat dicapai dengan menggunakan kereta api dari Vienna selama dua jam perjalanan, dengan berganti kereta satu kali di Attnang-Pucheim, dan melanjutkan perjalanan hingga tiba di stasiun kereta Hallstätt.



Market Square in Hallstatt

The Lake Hallstatt


Hallstätt merupakan sebuah desa di pinggiran danau yang terkenal akan saltmine-nya (tambang garam), menurut sejarahnya sudah ada sejak tahun 12000 S.M. tapi kami tidak mampir sih.. ^_^

Konon Hallstätt ada sebelum Romawi karena menurut catatan sejarah desa ini sudah ada sejak 7000 tahun yang lalu dan terkenal karena memiliki sumber garam alami. Saking berharganya garam pada masa itu, sampai-sampai terdapat istilah “White Gold” yang menjadi sumber kejayaan Hallstätt dan Austria pada masa itu. Untuk menghasilkan garam, setelah ditambang bahan mentahnya harus dipanaskan. Jaman dulu karena di Hallstätt kayu sangat jarang maka untuk memanaskan air garam ini mereka mengirim bahan mentah ke pabrik garam di Ebensee yang berjarak 40 km dengan menggunakan pipa kayu. Akhirnya terciptalah pipa kayu terpanjang dan tertua di dunia yang kabarnya sampai sekarangpun masih bisa digunakan.








Untuk meal, ada pilihan yang mahal (resto) ada juga yang murah (kedai). Kami memilih resto yang ramai pengunjungnya, biasanya ramai menentukan primadona yaa ^_^ . Sebelum meng-explore, kami sempat mencicipi makanan khas Hallstätt untuk makan siang di sebuah restoran Seewirt-Zauner yang berada ditengah-tengah perkampungan dengan jendela yang mengarah perkampungan dengan barisan rumah-rumah kayu. Restoran ini ramai sekali pengunjungnya dan menghidangkan makanan-makanan khas Hallstätt. Restoran dengan jendela berhias bunga mawar menjalar di dindingnya dengan dekorasi lilin Christmas dan boneka rusa yang menghiasi jendela-jendela restoran. Kami memesan menu ikan yang berasal dari danau dan ditambah soup cream penghangat badan. Tidak menyesal walau pun harganya sedikit mahal karena masakanannya sungguh nikmat! 






MARKTPLATZ

Dalam perjalanan menuju Marktplatz, mata kami benar-benar dimanjakan oleh pemandangan rumah-rumah kayu di sepanjang tepi jalan. Rumah-rumah tersebut dibangun melingkar-melingkar keatas bukit dan sebisa mungkin berdekatan dekat dengan danau. Alasan utamanya selain kekurangan tanah, mereka juga membutuhkan akses cepat ke danau. Yang kita lihat sebagai tingkat dua sekarang ini sebenarnya dulunya adalah tingkat pertama, sedangkan tingkat pertama dulunya adalah garasi kapal. Yah, kapal memang menjadi alat transportasi utama karena sampai abad ke 18 satu-satunya cara untuk sampai ke Hallstätt adalah melalui danaunya.


Marktplatz


The Lake Hallstatt


Cara yang paling baik untuk mengenali rumah mana yang benar-benar tua adalah dengan membandingkan komposisi bangunannya. Bila bangunannya banyak terbuat dari batu berarti rumah tersebut telah direnovasi atau dibangun kembali setelah terjadi kebakaran hebat pada tahun 1750. Rumah yang benar-benar tua bangunan keseluruhannya terbuat dari kayu tanpa ada batu sedikitpun. Nah, Markplatz yang kita datangi ini merupakan pusat kota Hallstätt yang dibangun pada saat Hallstätt sedang mencapai puncak kejayaannya. Keseluruhan tugunya dibangun dengan batu karena setelah kebakaran besar hampir semua bangunan dibangun kembali dengan menggunakan batu daripada kayu.




Di sini juga ada hotel dan akomodasi, jadi kalo kepengen santai-santai dan nginep juga bisa. Penginapan-penginapan cukup mudah ditemukan, bisa dipesan jauh hari secara online, toko-toko penjual suvenir, toko swalayan, bahkan ATM. Jadi jangan takut kehabisan uang, karena ATM tersedia. Kami terpesona dengan kampung yang bersuasana tenang ini. Biar kata kampung, tapi jalanannya bersih tanpa sampah dan beraspal bagus, serta ditutupi oleh paving block di pinggirannya. Air di paritnya jernih dan mengalir dengan lancar.






Gosaumühlstraße

Berjarak sekitar 250 meter dari pusat kota sampailah kita di jalan yang menjadi titik pandang paling difavoritkan di Hallstätt. Hampir semua pemandangan indah tentang Hallstätt diambil dari sini. Semua kartupos, wallpaper di komputer dan foto-foto di kalender memajang pemandangan dari titik ini.


Gosaumühlstraße

Dari Gosaumühlstraße, kami kembali ke parkiran mobil untuk melanjutkan perjalanan menuju Salzburg. Jam hampir menunjukkan pukul setengah 6 sore ketika salju sudah mulai turun. Kami membeli souvenir untuk kenang-kenangan dan melanjutkan perjalanan ke Salzburg. Menikmati kesegaran udara yang mulai dingin dan mengistirahatkan kaki yang pegal dan nafas yang ngos-ngosan setelah mendaki karena jalur naiknya lumayan juga.



Early winter view of Hallstatt and Church of Christ, Gosaumühlstraße - Hallstatt
Lake Hallstatt




Tidak terasa setelah setengah hari kami menikmati Hallstätt, sebenarnya tidak lama kami bermain di sana dengan berjalan kaki, tapi saking banyaknya lokasi yang layak foto, jadi banyak berhentinya untuk foto-foto. Kami hanya berjalan menyusuri kampung ini, menyeberangi sungai dengan air yang jernih dan berfoto-foto. Banyak toko souvenir yang dihiasi lampu-lampu natal dan berbagai ornamen yang menghiasi toko, menambah keindahana suasana natal saat itu.

Hallstätt hanya berjarak 1 jam berkendara dari Salzburg dan tiga jam perjalanan dari Wina, menjadikannya perjalanan sehari yang relatif mudah dari kota-kota Austria yang lebih besar menarik turis untuk berkunjung.


Gosaumühlstraße


Lake Hallstatt in winter

Lake Hallstatt in winter


Bahagianya bisa berkesempatan mengunjungi Hallstätt untuk oneday trip saja, berangkat pagi-pagi banget, pulang sore lanjut menuju Salzburg. Perjalanan dari Hallstätt menuju Salzburg dengan membawa kendaraan pribadi, dengan lama perjalanan sekitar 1 jam-an.

Hallstätt sebuah desa tenang yang gak terlalu ramai penduduk, desa yang posisinya dikelilingi oleh pegunungan dan danau yang airnya jernih dan bening, udara yang segar, warna warni pepohonan (ada yang hijau, kuning, merah), rumah-rumah kayu yang cantik berjajar dengan cat dinding aneka warna yang dihiasi bunga-bunga pada jendelanya, bebek dan angsa berenang ditepi danau, dan lingkungan serta jalanan desa nan bersih.... enaknya kalo bisa tinggal disana ^_^














Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Musim Semi Rasa Winter di Dolomites

Dari keindahan alam, laut mediterania hingga bangunan-bangunan kuno peninggalan sejarah, Italia memang merupakan salah satu negara te...