LIVE IS AN ADVENTURE

I think by traveling you can better appreciate yourself and the different cultures of the world... Enjoy life all around the world. To share with many people with different way of living. To love. To dance with the birds and sing with the wind....

Travelling brings color to my life. I'm travelling for the joy...
"...there is a difference between knowing the path and walking the path" - Morpheus

I am not good at writing but I want to share the adventure in my journey, but I have a lot of photo trips. Let the pictures are going to tell you about this trip ;)

Not only for the destinations, but it's about the journeys...
when you are traveling the time should be yours.

Some in my blog is using Indonesian, If you do not understand Indonesian you can use "Google Translate" at the top left of this blog. I hope this blog can be useful ...


DILARANG MENGAMBIL atau COPY PHOTO-PHOTO DALAM BLOG INI TANPA IJIN!

Rabu, 30 Mei 2012

Maneki Neko (招き猫)



Maneki Neko Porceline

Minna-san, pasti pernah lihat patung kucing putih yang salah satu tangannya naik-turun seakan-akan mengundang kamu untuk mendekat, kan!? Nah, apa kamu tahu nama, asal-usul, dan juga alasan banyak orang memasangnya di toko mereka? Kalau belum tahu atau kalau kamu ingin tahu lebih jauh tentang asal-usul kucing putih yang imut tersebut, aku akan ceritakan dengan detail ke kamu.

Patung kucing itu disebut Maneki Neko (招き猫) yang artinya “Beckoning Cat” atau kucing pemanggil pelanggan dan biasanya juga dikenal sebagai Welcoming Cat, Lucky Cat, Money cat, atau Fortune Cat. Maneki Neko dipercaya akan membawa keberuntungan kepada sang pemiliknya. Katanya sih, sang pemilik akan sering kehilangan uang koin kecil karena digunakan sebagai sesajen atau pengorbanan Maneki Neko. Si pemilik kehilangan beberapa koin tetapi sebagai gantinya akan sangat beruntung!

Maneki neko biasanya memakai kalung, sapu tangan atau syal. Maneki – neko juga biasanya diberi celemek atau dalam bahasa jepangnya adalah “hichirimen” yang sangat populer di zaman edo dan lonceng kecil yang biasanya digunakan untuk melacak atau menandai kucing. Ketiga barang tersebut sebagai perumpamaan bentuk kucing rumahan di zaman edo. Selain itu Maneki neko juga diberi hiasan koin emas yang dikenal dengan sebutan koban (小判). Pada zaman edo, koin emas tersebut biasanya diikat di kucing dan dipercaya membawa keberuntungan. Maneki neko biasanya terbuat dari keramik, tetapi juga dapat dibuat dengan bahan- bahan lainnya seperti plastik yang tentu harganya lebih murah.

Beberapa ada yang mencatat kesamaan antara gerakan Maneki neko dengan kucing yang sedang memandikan wajahnya. Ada kepercayaan di Jepang bahwa jika seekor kucing memandikan atau membasuh wajahnya maka pengunjung akan segera datang. Sedangkan menurut keyakinan Cina, jika ada kucing membasuh atau memandikan mukanya maka akan turun hujan yang artinya keberuntungan. Jadi intinya kucing yang sedang membasuh atau memandikan wajahnya akan membawa keberuntungan.

Selain itu Maneki neko sangat berhubungan dengan berbagai legenda dan cerita di Jepang. Salah satunya adalah adalah sebagai berikut:




Pada suatu ketika terdapat beberapa orang samurai yang sedang berkuda di kawasan Musashino, wilayah Edo. Serombongan samurai tersebut dipimpin oleh seorang tuan yang bernama Ii Naotaka, penguasa wilayah Hokane. Mereka sedang menikmati pemandangan di sekitar daerah tersebut.

“Pemandangan di kawasan ini agak berbeda dengan Danau Biwa ya?” ujar sang tuan sambil menikmati indahnya alam.
 
“Benar, tuan. Pemandangan disini hanya terdiri dari hutan belantara belaka. Namun, karena daerah ini juga wilayah kekuasaan kita, kita harus menjaganya dengan baik!” kata salah seorang penasehatnya.

Ketika mereka menghentikan kudanya, tiba-tiba seekor kucing berwarna putih bersih keluar dari balik pepohonan. Hal ini agak mengejutkan mereka. Sang kucing kemudian melompat dan duduk di atas sebuah batu besar. Sejenak rombongan samurai itu berhenti dan memandang tingkah laku kucing itu. Warna bulu kucing yang putih bersih dan bola matanya yang bulat sangat menarik hati. Sang kucing tersebut sambil duduk, terus menatap wajah Naotaka. Naotaka agak terkejut. Apalagi setelah itu sang kucing mengangkat sebelah tangannya seolah-olah memintanya untuk mendekat.

“Hei, lihat! Bukankah kucing itu melambaikan tangannya untukku?” kata Naotaka kepada para pengawalnya.

Sang kucing pun kemudian melompat turun dari batu tempatnya duduk tadi lalu pergi ke balik pepohonan di belakangnya.

“Mari, kita mengikuti kucing itu. Bukannya dia telah mengundang kita untuk datang?” kata Naotaka seraya turun dari kudanya.

Lalu, para pengawalnya pun mengikuti sang tuan. Mereka menambatkan tali kudanya di pepohonan, kemudian berjalan di belakang sang tuan. Ternyata kucing itu pergi menuju sebuah kuil Budha tua yang tersembunyi di balik pepohonan.

“Oh, mungkin kucing itu mengundang kita untuk mampir di kuil tua itu. Mungkin dia akan menghidangkan teh hangat untuk kita” kata Naotaka berkelakar.

“Permisi… apakah ada orang disini?” teriak Naotaka sesampainya di depan kuil tua itu.

Beberapa saat kemudian muncullah seorang pendeta tua dan mempersilakan mereka masuk ke dalam kuil.
 
“Apakah yang menyebabkan tuan-tuan sudi mampir ke kuil tua kami ini?” tanya sang pendeta.

“Seekor kucing putih di luar itu yang telah mengundang kami kesini” kata Naotaka menjelaskan.

“Seekor kucing?” tanya sang pendeta keheranan.

“Ya benar. Ia melambaikan tangannya mengundang kami untuk datang ke kuil ini” kata penasehat Naotaka menjelaskan.

“Oh, begitu ya? Kalau begitu, mari kita minum teh dahulu” kata sang pendeta.

Beberapa saat lamanya pendeta dan Naotaka bercakap-cakap, tiba-tiba kucing yang tadi mengundangnya datang dan melompat ke serambi depan kuil. Kepalanya didongakkan ke atas. Matanya berkedip-kedip ketika memandang ke angkasa. Semua orang yang hadir disitu keheranan. Namun beberapa saat kemudian awan hitam menyelubungi langit dan turunlah hujan dengan lebatnya. Mereka keheranan melihat itu semua. Akhirnya mereka sadar bahwa kucing putih itulah yang memberikan peringatan bagi mereka agar mampir untuk berteduh di kuil tua tersebut.
 
“Bukan main hebatnya kucing putih ini! Kucing ini telah menyelamatkan kita dari hujan yang lebat. Kucing ini adalah kucing pengundang kebahagiaan!” kata Naotaka dengan gembira.

Sejak saat itu ketenaran kucing putih meluas di seluruh Edo. Masyarakat pun akhirnya sering mengunjungi kuil tua itu untuk bertemu dengan sang kucing. Mereka menganggap kucing tersebut adalah penjelmaan dari dewa. Beberapa tahun kemudian, sang kucing pun akhirnya mati. Untuk mengenangnya, sang pendeta membuat patung kucing kecil dengan salah satu tangannya melambai ke atas. Patung kucing tersebut sangat diminati masyarakat Edo. Mereka sering mampir ke kuil tersebut dan membeli patung kucing tersebut sebagai oleh-oleh. Dan sampai saat ini pun orang-orang Jepang sering memajang patung kucing kecil dengan sebelah tangan yang melambai untuk mengundang kebahagiaan dan keberuntungan.

Judul asli: Shiawase no maneita neko (Kucing pengundang kebahagiaan) berasal dari prefektur Tokyo. Diambil dari: Antonius R. Pujo Purnomo, M.A. TANABATA Kumpulan Cerita Rakyat Jepang Pilihan. Era Media. 2007




Selain satu cerita di atas tentang Maneki neko, ada beberapa legenda lain. IkuZo! akan ceritakan dua yang paling popular secara singkat yaitu:

The Geisha:

Suatu hari ada seorang Geisha bernama Usugumo. Usugumo tinggal di Yoshiwara, Tokyo sebelah timur. Usugumo memelihara kucing yang sangat ia sayangi. Suatu malam, kucingnya menarik-narik kimono Usugumo. Apapun yang Usugumo lakukan, kucing itu tetap menariknya. Pemilik tempat Usugumo bekerja melihat hal itu dan mengira bahwa kucing itu adalah jelmaan penyihir. Tanpa basa-basi dipotonglah kepala kucing itu dan kepala tersebut terpental sampai ke langit- langit hingga mengenai seekor ular (di langit-langit) yang siap menyerang. Jadi ternyata kucing kesayangannya itu menarik-narik Usugumo supaya tidak digigit ular. Usugumo sangat sedih atas kematian kucingnya. Akhirnya untuk menghiburnya salah satu dari pelanggannya membuat boneka kayu berbentuk kucing. Boneka kucing ini kemudian menjadi popouler dengan nama Maneki Neko.
 
The Old Woman:

Zaman dahulu ada seorang wanita tua yang tinggal di Imaido (Tokyo bagian timur) yang sangat miskin. Dia tinggal di rumah hanya dengan kucingnya. Hingga suatu hari dia terpaksa menjual kucingnya karena sangat miskin. Ketika malam hari ia bermimpi tentang kucingnya. Kucingnya bilang ke dia untuk membuat patung kucing yang menyerupai kucingnya dari tanah liat dan menjualnya. Wanita tua itu pun melakukan apa yang kucingnya suruh dan dia pun menjual patung tersebut. Lalu dia membuat patung kucing lebih banyak lagi , dan ternyata banyak orang yang membelinya. Akhirnya wanita tua itu pun menjadi kaya dan makmur.

Nah, kira-kira itulah legenda yang diceritakan di Jepang tentang Maneki Neko. Ada nilai moral juga yang bisa kita ambil dari cerita-cerita di atas. Misalnya saja bahwa kucing merupakan salah satu hewan yang bersahabat dengan manusia dan siap membantu asalkan kita berbuat baik padanya. ^^
 
Semoga informasi ini bisa menambah wawasan kamu tentang Jepang dan membuatmu lebih baik memperlakukan hewan apapun bukan hanya kucing saja.


Maneki Neko





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Musim Semi Rasa Winter di Dolomites

Dari keindahan alam, laut mediterania hingga bangunan-bangunan kuno peninggalan sejarah, Italia memang merupakan salah satu negara te...