Pulau Penyengat - Bintan. |
Sebelum kami mengakhiri petualangan di Pulau Bintan, kami menyempatkan berkunjung ke Pulau Penyengat yang terkenal dengan nama Negeri Gurindam 12. Hanya kurang lebih 2 jam kami menyelusuri pulau ini, untuk menengok spot-spot sejarah Melayu yang tersebar di Pulau Penyengat.
Saat ini Pulau Penyengat sudah mulai terdengar sebagai tempat wisata sejarah, khususnya sejarah budaya Melayu. Untuk menuju Pulau Penyengat kita bisa menggunakan perahu pong-pong yang dermaganya ada di sebelah Pelabuhan Tanjung Pinang, dengan tiket perahu Rp 5.000/orang dan hanya memakan waktu 10 menit saja.
Dari kejauhan sudah terlihat Masjid Raya Sultan Riau di Pulau Penyengat yang telah berdiri sejak tahun 1832 dibangun oleh Raja Abdurrahman, Yang Dipertuan Muda Riau VII. Kami langsung menuju masjid yang letaknya tidak jauh dari dermaga kapal dan masjid berada lebih tinggi dari tanah di sekelilingnya serta warnanya yang kontras mudah untuk dikenali, dengan dominasi warna kuning terang dan bangunannya megah terawat dengan baik.
Menurut cerita masyarakat, Sultan memerintahkan menggunakan putih telur untuk memperkuat dinding masjid. Sementara untuk warna menggunakan kuning telur. Tentu berton-ton telur digunakan untuk mengecat masjid ini biar tampak mencolok. Tapi kalau sekarang warna masjid yang kuning sudah menggunakan cat. Di dalamnya kita bisa melihat koleksi perpustakaan Raja Muhammad Yusuf al Ahmadi, Yang Dipertuan Muda Riau X, mimbar khotib yang khas serta kitab-kitab kuno dan kitab suci Al-Quran bertulis tangan. Ada dua bangunan kembar di kiri dan kanan depan masjid. Sementara di bagian belakang terdapat sejumlah makam keluarga Sultan.
Bentor |
Barisan Bentor di depan Masjid Raya Sultan Riau. |
Setelah selesai menikmati kemegahan Masjid, kami lanjut ke tempat-tempat sejarah yang lain dengan menggunakan becak motor (bentor) untuk berkeliling dengan ongkos Rp 25.000 berdua. Para penarik bentor dengan lihai menyusuri jalan-jalan kecil Pulau Penyengat. Ditambah suasana yang damai dan tenteram, angin laut yang berhembus pelan, kesibukan warga yang rata-rata nelayan, anak-anak yang mandi di laut menjadi keseharian yang khas di Pulau Penyengat.
Menengok makam raja-raja, seperti Raja Ja’afar dan Raja Ali Marhum yang berada di tengah-tengah Pulau Penyengat jangan dilewatkan. Selanjutnya kita dapat mengunjungi kompleks istana, benteng, dan tentu yang tak kalah pentingnya makam Raja Ali Haji sang pencipta Gurindam Dua Belas. Raja Ali Haji tidak hanya dikenal sebagai seorang sastrawan bangsa Melayu tapi juga sebagai tokoh intelektual, sejarawan dan ulama. Semasa hidupnya ia menjadi penasihat bagi Sultan, ia menjadi guru bagi masyarakat Melayu.
Pulau Penyengat, memang sarat dengan peninggalan Kerajaan Melayu. Rumah tua ini salah satunya, yang merupakan peninggalan bangsawan Kerajaan Melayu....
Kondisinya nampak terawat. Beberapa makam berada di halaman bangunan utama, dengan kondisi seadanya. Dalam bangunan utama, makam-makam dengan nisan terbungkus kain berwarna kuning kembali saya temukan. Menurut cerita supir bentor, kain kuning pada nisan menunjukkan bahwa jasad terkubur adalah keluarga kerajaan Riau.
Balai Adat Melayu di Pulau Penyengat. |
Replika Pelaminan Adat Melayu di Balai Adat Melayu - P. Penyengat. |
Terakhir kami singgah juga di Balai Adat Melayu yang bangunannya berbentuk rumah panggung, di balai adat ini terdapat replika pelaminan adat Melayu kita bisa berfoto ria disana. Diterasnya terpampang dua pigura yang bertuliskan Gurindam 12 yang terkenal itu yang menjadi salah satu kekayaan budaya bangsa Melayu.
Gurindam dua belas. |
Gurindam 12 adalah pasal syair melayu yang berisikan petuah dan ajaran kepada seluruh umat manusia untuk saling hormat-menghormati, toleransi dan berbuat baik kepada sesama. Selain itu juga terdapat pesan-pesan agama Islam yang memberikan ajaran kepada pemeluknya.
Salah satu petikan Gurindam Dua Belas yang termasyur, “Jika hendak mengenal orang berbangsa, lihat kepada budi dan bahasa, Jika hendak mengenal orang yang berbahagia, sangat memeliharakan yang sia-sia. Jika hendak mengenal orang mulia, lihatlah kepada kelakuan dia. Jika hendak mengenal orang yang berilmu, bertanya dan belajar tiadalah jemu. Jika hendak mengenal orang yang berakal, di dalam dunia mengambil bekal. Jika hendak mengenal orang yang baik perangai, lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.”
Salah satu petikan Gurindam Dua Belas yang termasyur, “Jika hendak mengenal orang berbangsa, lihat kepada budi dan bahasa, Jika hendak mengenal orang yang berbahagia, sangat memeliharakan yang sia-sia. Jika hendak mengenal orang mulia, lihatlah kepada kelakuan dia. Jika hendak mengenal orang yang berilmu, bertanya dan belajar tiadalah jemu. Jika hendak mengenal orang yang berakal, di dalam dunia mengambil bekal. Jika hendak mengenal orang yang baik perangai, lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.”
Lelah dan kepanasan sebelum menyebrang ke Pulau Batam, kami putuskan menikmati air kelapa muda di warung depan dermaga kapal; nyanyian perut memaksa kami memesan beberapa ikan laut dengan menu bakar, cah kangkung dan acar ketimun serta sambal gorengnya yang dahsyat.... harum dan kenyalnya daging ikan membuat perut kembali kenyang.
Cerita lain di Pulau Bintan:
1. Bintan - Pulau Bintan Adventure
2. Bintan - 0Pantai Trikora
3. Bintan - Lagoi Bintan Resort
Lengkap banget. Thank u infonya
BalasHapus