Kawasan dataran tinggi Dieng, yang secara geografis masuk ke dalam wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo ini belakangan jadi primadona baru bagi wisatawan. Dieng kini tak pernah sepi, selalu ada keelokan yang bisa dinikmati jika berkunjung ke sini dan memang menggoda untuk dijelajahi tiap jengkalnya.
Petualangan kali ini tidak direncanakan, berlangsung begitu saja. Berawal dari seorang teman yang menceritakan keindahan dataran tinggi Dieng. Akhir pekan yang lalu di bulan Juli kami berempat berpetualangan ke Dieng.
Petualangan Dieng relatif mudah dilakukan, baik dengan kendaraan pribadi atau sewaan maupun dengan kendaraan umum. Kalo yang praktis sih naik kendaraan sewaan karena kamu nggak perlu repot gonta-ganti angkutan menuju spot wisata Dieng. Tapi kalo mau naik kendaraan umum juga bisa karena angkutan umum ke Dieng banyak tersedia. Kami naik kereta api dari Jakarta dengan jurusan Purwokerto dengan mengambil tiket kelas executive dan tiket kelas Ekonomi untuk kereta balik Purwokerta - Jakarta. Dimulai pada hari Jumat malam setelah selesai pekerjaan kantor kami berangkat dengan menggunakan kereta api dengan total biaya pulang-pergi sebesar Rp 500.000. Dari Stasiun Gambir Jakarta jam 22.00 malam sampai di stasiun Purwokerto sekitar jam 03.30 pagi dan balik dari Dieng hari minggu sore tiba di stasiun Purwokerto pukul 16.00 menuju Jakarta dan saya turun di stasiun Bekasi tiba jam 21.00 malam.
Sesampainya di Purwokerto sudah subuh, lalu kami melanjutkan perjalanan dengan mobil yang telah kami sewa, dari stasiun Purwokerto ditempuh dalam waktu kurang lebih 3 jam. O iya, kami sempat mampir di alun-alun Wonosobo untuk sarapan pagi. Seru juga! Di alun-alun pagi itu sudah ramai orang berolahraga dan juga jajanan pun banyak yang bisa kami cicipi sebelum melanjutkan perjalanan menuju Dieng.
Suhu di Dieng cukup dingin, jangan lupa membawa jaket tebal, sarung tangan dan penutup kepala ke dalam tas yang akan kamu bawa. Dinginnya udara Dieng seringkali harus membuatmu mendobel pakaian. Tujuan utama kami adalah ingin melihat sunrise dari atas gunung Prau yang terkenal akan keindahannya. Namun sebelum mendaki gunung Prau, kami berkesempatan mengunjungi spot-spot wisata Dieng antara lain:
A. CANDI ARJUNA
Spot pertama yang kami kunjungi, Candi Arjuna. Dataran Tinggi Dieng memiliki kawasan candi yang sangat luas. Diperkirakan, candi-candi yang terdapat di kawasan ini menempati area seluas 90 hektare. Hanya saja, baru sebagian kecil dari candi-candi tersebut sudah selesai direstorasi. Dari sekian banyak candi yang ada Dataran Tinggi Dieng, kompleks Candi Arjuna merupakan yang terluas. Keberadaan candi ini sebagai objek wisata sukses menarik perhatian banyak wisatawan baik lokal ataupun mancanegara. Nah bagi kamu yang menggemari wisata sejarah wajib nih hukumnya datang ke Candi Arjuna yang super terkenal di Dieng tersebut. Tiket masuk ke area candi ini adalah sebesar Rp 10.000. Dengan tiket tersebut, kita dapat mendatangi Kompleks Candi Sendang Sedayu, Sedang Maerokoco, Dharmasala, serta Kawah Sikidang... dan kami hanya sempat mendatangi Kawah Sikidang.
Petualangan kali ini tidak direncanakan, berlangsung begitu saja. Berawal dari seorang teman yang menceritakan keindahan dataran tinggi Dieng. Akhir pekan yang lalu di bulan Juli kami berempat berpetualangan ke Dieng.
Petualangan Dieng relatif mudah dilakukan, baik dengan kendaraan pribadi atau sewaan maupun dengan kendaraan umum. Kalo yang praktis sih naik kendaraan sewaan karena kamu nggak perlu repot gonta-ganti angkutan menuju spot wisata Dieng. Tapi kalo mau naik kendaraan umum juga bisa karena angkutan umum ke Dieng banyak tersedia. Kami naik kereta api dari Jakarta dengan jurusan Purwokerto dengan mengambil tiket kelas executive dan tiket kelas Ekonomi untuk kereta balik Purwokerta - Jakarta. Dimulai pada hari Jumat malam setelah selesai pekerjaan kantor kami berangkat dengan menggunakan kereta api dengan total biaya pulang-pergi sebesar Rp 500.000. Dari Stasiun Gambir Jakarta jam 22.00 malam sampai di stasiun Purwokerto sekitar jam 03.30 pagi dan balik dari Dieng hari minggu sore tiba di stasiun Purwokerto pukul 16.00 menuju Jakarta dan saya turun di stasiun Bekasi tiba jam 21.00 malam.
Sesampainya di Purwokerto sudah subuh, lalu kami melanjutkan perjalanan dengan mobil yang telah kami sewa, dari stasiun Purwokerto ditempuh dalam waktu kurang lebih 3 jam. O iya, kami sempat mampir di alun-alun Wonosobo untuk sarapan pagi. Seru juga! Di alun-alun pagi itu sudah ramai orang berolahraga dan juga jajanan pun banyak yang bisa kami cicipi sebelum melanjutkan perjalanan menuju Dieng.
Suhu di Dieng cukup dingin, jangan lupa membawa jaket tebal, sarung tangan dan penutup kepala ke dalam tas yang akan kamu bawa. Dinginnya udara Dieng seringkali harus membuatmu mendobel pakaian. Tujuan utama kami adalah ingin melihat sunrise dari atas gunung Prau yang terkenal akan keindahannya. Namun sebelum mendaki gunung Prau, kami berkesempatan mengunjungi spot-spot wisata Dieng antara lain:
A. CANDI ARJUNA
Spot pertama yang kami kunjungi, Candi Arjuna. Dataran Tinggi Dieng memiliki kawasan candi yang sangat luas. Diperkirakan, candi-candi yang terdapat di kawasan ini menempati area seluas 90 hektare. Hanya saja, baru sebagian kecil dari candi-candi tersebut sudah selesai direstorasi. Dari sekian banyak candi yang ada Dataran Tinggi Dieng, kompleks Candi Arjuna merupakan yang terluas. Keberadaan candi ini sebagai objek wisata sukses menarik perhatian banyak wisatawan baik lokal ataupun mancanegara. Nah bagi kamu yang menggemari wisata sejarah wajib nih hukumnya datang ke Candi Arjuna yang super terkenal di Dieng tersebut. Tiket masuk ke area candi ini adalah sebesar Rp 10.000. Dengan tiket tersebut, kita dapat mendatangi Kompleks Candi Sendang Sedayu, Sedang Maerokoco, Dharmasala, serta Kawah Sikidang... dan kami hanya sempat mendatangi Kawah Sikidang.
Menurut sejarahnya, kompleks candi ini pertama kali ditemukan pada abad 18 oleh seorang tentara Belanda, Theodorf Van Elf. Saat pertama kali ditemukan, kondisi candi tergenang air. Upaya penyelamatan candi pertama kali dilakukan oleh HC Corneulius yang berkebangsaan Inggris sekitar 40 tahun setelah pertama kali candi ini ditemukan. Usahanya kemudian dilanjutkan oleh seorang berkebangsaan Belanda bernama J Van Kirnbergens.
Candi Arjuna, sebagai candi utama di kompleks ini diperkirakan sebagai candi tertua, diperkirakan dibangun pada abad 8 Masehi oleh Dinasti Sanjaya dari Mataram Kuno. Hal ini membuat kondisi kedua candi tersebut lebih rapuh dan rentan
terhadap resiko runtuh atau rusak. Jadi sebagai wisatawan yang baik,
penting buat kita untuk menjaga kelestarian Candi Arjuna dengan tidak naik
ke atasnya atau duduk dan membuang sampah juga puntung rokok sembarangan.
Candi Arjuna, Dieng
Kompleks Candi Arjuna merupakan bangunan suci bernama Dharmasala tempat para resi dan umat Hindu Jawa melakukan pemujaan kepada Dewa Siwa. Dan saat ini, Kompleks Candi Arjuna digunakan sebagai tempat pelaksanaan Ibadah Galungan. Selain itu, kompleks ini kadang juga digunakan sebagai tempat pelaksanaan ruwatan anak gimbal pada saat acara Festival Dieng Cultural yang dilaksanakan setiap tahunnya.
Uniknya tidak seperti candi-candi yang tersebar di Indonesia, candi ini
tidak ada arca yang biasanya menghiasi bangunan candi. Saya
hanya melihat ruang-ruang kosong yang biasanya dijadikan tempat
meletakkan arca.
Perpaduan keindahan alam dan peninggalan bersejarah membuat Candi Arjuna semakin mempesona, dengan keindahan alam sekitar Candi Arjuna yang berbukit-bukit. Sambil
memandangi kabut yang turun perlahan-lahan di siang hari, sayang sekali jika diabaikan begitu saja. Mengabadikan semua kecantikan panorama alam dan Candi Arjuna agar kita
bisa mengingat dan membawa pulang kenangan untuk
selamanya.
B. KAWAH SIKIDANG
Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju Kawah Sikidang, adalah kawah vulkanik yang sangat terkenal di kawasan Dieng. Hamparan tanah tandus dengan bau belerang yang menyengat di hidung. Nama Sikidang berasal dari bahasa jawa “Kidang” yang berarti “Kijang.” Kenapa kawah ini dinamakan demikian? sebab lava di kawah Sikidang kerap kali tampak bisa “meloncat” seperti kijang.
Ada sebuah cerita legenda menarik dari Kawah Sikidang ini. Konon dahulu kala didataran tinggi Dieng ada sebuah istana yang di huni oleh ratu cantik bernama Ratu Shinta Dewi. Saat itu sang ratu akan dilamar oleh seorang pangeran tampan dan kaya raya. Akan tetapi ternyata pangeran itu tidaklah setampan yang di beritakan. Pangeran itu bernama Pangerang Kidang Garungan yang perwujudannya berupa manusia berkepala kijang.
Untuk menolak lamaran sang pangeran, maka ratu mengajukan
syarat untuk dibuatkan sebuah sumur yang dalam dan luas. Saat sumur
hampir selesai, sang ratu dan pengawalnya menimbun sumur dengan tanah
yang didalamnya masih terdapat sang pangeran. Ketika sang pangeran berusaha keluar dengan mengerahkan segala kesaktiannya, tiba-tiba sumur itu menjadi panas, bergetar dan meledak-ledak.
Pangeran hampir saja keluar dari sumur tersebut, akan tetapi sang ratu terus
menimbun dengan tanah hingga sang pangeran tak dapat keluar. Sang pangeran akhirnya marah dan mengutuk Ratu Shinta Dewi dan
keturunannya kelak akan berambut gembel. Bekas sumur Pangeran Kidang
Garungan inilah yang kemudian menjadi Kawah Sikidang.
Luas kawah Sikidang sekitar 200 m2 terdapat pada tanah yang datar sehingga pengunjung dapat melihat secara dekat gumpalan-gumpalan lumpur kawah yang mendidih yang hanya dibatasi pagar kayu. Ada pedagang telur yang merebus telur langsung di kawah, kami sempat mencoba... rasanya sih tidak beda dengan telur rebus pada umumnya hehehe... untuk 1 butir telur ayam/bebek seharga Rp 5000,- Walau tampak eksotis, tidak disarankan untuk berlama-lama di daerah ini karena di kawah ini mengandung kadar belerang yang cukup tinggi sehingga bisa menganggu pernapasan. Jangan lupa menggunakan masker penutup hidung yaa...
Di Kawah Sikidang, kita bisa berfoto dengan latar belakang kepulan asap dari kawah dan putihnya pemandangan di sekeliling dan juga ada berbagai macam potobooth seperti berpoto diatas kuda, motor trail, sign LOVE, ada juga poto bareng burung hantu.... layaknya studio poto alam kita mesti membayar Rp 10.000 untuk merasakan masing-masing momen itu (tapi menurut saya ini terlalu banyak, membuat pemandangan tidak natural lagi).
C. BUKIT BATU PANDANG
Telaga Warna adalah salah satu objek wisata paling terkenal di Dieng. Objek wisata ini menjadi sangat populer karena konon warna air di telaga ini bisa berubah-ubah: terkadang warnanya hijau, kuning, atau sewaktu-waktu menjadi warna pelangi. Perubahan warna pada telaga tersebut diduga karena kandungan sulfur yang sangat tinggi sehingga ketika terkena matahari membuat warna air di telaga berubah. Nah, untuk menyaksikan Telaga Warna dan Telaga Pengilon dari kejauhan, kita bisa lihat dari tempat yang lebih tinggi yaitu Bukit Batu Pandang. Menikmati pesona keindahan pemandangan dua telaga sekaligus dengan berbeda warna berdekatan yang hanya di batasi pepohonan lebat, begitu ciamik berpadu jika dilihat dari ketinggian.
Untuk menuju Bukit Batu Pandang kita membutuhkan waktu sekitar 10 menit perjalanan dari tempat parkir. Perjalanan agak menanjak tetapi kita akan lupa dengan kelelahan karena panorma alam yang disajikan sangat indah.
Warna dari Telaga Warna akan tampak kental dan pekat dengan warna dominan hijau saat siang hari tiba ketika sinar matahari penuh memantul ke permukaan air telaga. Disinilah di Bukit Batu Pandang kita dapat berpose dengan background lanscape utama Telaga Warna, Telaga Pengilon, Gunung Prau. Untuk menikmati kecantikan alam ini kita mesti membayar Rp.10.000 untuk tiket masuknya.
D. GUNUNG PRAU
Setelah kami menikmati makan siang, lanjut menuju base camp untuk registrasi pendakian Gunung Prau yang menjadi salah satu tujuan favorit para petualang ketika mengunjungi Dataran Tinggi Dieng. Gunung Prau dengan jalur yang tidak begitu sulit yaitu dengan ketinggian 2.565 mdpl, termasuk alam gunung dengan ketinggian sedang. Yang menjadi momen favorite di gunung Prau yaitu fenomena sunset dan sunrise-nya yang sangat indah!
pemandangan pagi dari atas Gunung Prau, Dieng |
Sepanjang trek perjalanan kita akan berjumpa dengan pemandangan yang indah. Diawali melewati perkebunan kentang dan wortel warga setempat, hutan pinus, lembah berkabut hingga hamparan taman bunga daisy dan sampai di puncak gunung Prau kita akan disambut oleh Bukit Teletubies. Matahari sudah mulai turun saat kami tiba di basecamp Prau, warna-warni tenda terlihat menyebar di hamparan bukit. Para pendaki cukup ramai, ada yang sedang bercengkrama sambil memasak untuk makan malam, ada yang sibuk mengabadikan sunset, dan kami pun juga sibuk mendirikan tenda tempat kami beristirahat malam itu yang cerah berhiaskan kelap kelip bintang yang banyak sekali di langit.... dinginnya malam membuat kami tak lama diluar tenda dan segera tidur karna tak sabar menanti pagi.
Sunrise diatas gunung Prau, Dieng |
Esok paginya.... jeng jeng jeeeeng... sunrise indah yang kami nanti-nanti akhirnya muncul menghiasi langit pagi. Dari situ kita bisa melihat pucuk banyak gunung di pulau Jawa seperti gunung Merapi, Merbabu, Sumbing, Sindoro, Slamet. Wow..!! Udara dingin yang memeluk tubuh dan menusuk tulang, tak menghalangi kami untuk keluar dari tenda dan nikmati momen sunrise Gunung Prau yang terkenal itu. Keindahannya sulit untuk digambarkan dengan kata-kata. Saat bisa melihat golden sunrise, rasanya semua kelelahan mendaki terbayar lunas….. Akhirnya, setelah puas berfoto ria, kami sarapan sebentar, dilanjut dengan bereskan tenda dan packing semua peralatan ke dalam ransel, bersiap-siap untuk perjalanan pulang.
Foto-foto yang kami ambil pun rasanya tak mampu menangkap segala keindahan yang mampu ditangkap oleh mata. Untuk tahu seindah apa sunrise dan pemandangan Gunung Prau, kamu harus datang sendiri dan buktikan kebenarannya. Berikut foto-foto yang kami ambil saat mencoba mengabadikan momen sunrise dan keindahan yang tersaji pada pagi yang cerah di Gunung Prau.
Saat matahari sudah tenggelam dilihat dari atas Gunung Prau, Dieng |
Kami nyampe di basecamp Dieng sekitar jam 11.00 siang dan segera berberes karena kami harus segera balik menuju Purwokerto yang cukup lama sekitar 4 jam perjalanan dengan kondisi tidak macet. Saat itu hari Minggu yang biasanya lalu lintas pasti ramai dan tidak bisa diprediksi, kami tidak ingin mengambil risiko dengan ketinggalan kereta yang sudah kami booking dari Jakarta. Dan akhirnya kami sampai di stasiun Purwokerto jam 16.00 sore sedangkan jadwal keberangkatan kereta kami jam 16.25 sore, itu berarti kami masih bisa beristirahat sambil makan sore di warung dekat stasiun dengan menu gulai kambing dan sate kambing yang ternyata nDess rasanya. ^_^
Petualangan kali ini, kami meminta bantuan mas Teguh dari DiengAsik untuk mengatur
petualangan kami dari penyewaan mobil hingga merekomendasikan seorang
guide untuk mengantar kami hingga ke puncak gunung Prau yaitu dengan mas Genjie
nama panggilannya. Genjie yang selalu ceria, sabar dan juga memberi
ide-ide unik untuk berfoto narsis yang hasilnya keren semua potonya hehehe... thanks
Genjie!
Untuk kuliner, banyak sekali makanan yang wajib dicoba dalam trip Dieng ini, misalnya mencoba Mie Ongklok yang biasa
dimakan dengan sate, gorengan tempe mendoan dan tahu plus Purwaceng... yang terkenal sebagai makanan
khas Dieng. Jadikan liburan Anda ke Dieng lebih istimewa dengan mengunjungi
tempat-tempat indah. Keelokan alam Dieng memang menggoda untuk terus
dijelajahi tiap jengkalnya. Pernahkah kamu mendengar tentang wisata di
dataran tinggi Dieng? Dieng kini tak pernah
sepi, selalu ada keelokan yang bisa dinikmati jika berkunjung ke sini. Selamat berkunjung Dieng
menanti Anda.
Cerita berikutnya:
Festival Tahunan Dieng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar