Destinasi berikutnya adalah Budapest, ibukota Hungaria. Alasan mengunjungi Budapest karena saya
sangat menyukai arsitektur yang unik apalagi negeri Eropa, nah kalau
beberapa negara di Eropa Barat ada yang tidak begitu asli bangunanya
atau dengan kata lain banyak yang sudah dimodernisasi, berbeda dengan
hal tersebut di Budapest semua terlihat begitu asli dan sangat
arsitektural.
Masih di awal bulan Desember 2016, dari Praha ke Budapest perjalanan sekitar 6 jam dengan menggunakan mobil, dan saya mengalokasikan waktu hanya tour 1 hari di sana walaupun kami menginap 2 malam disana. Praha dan Budapest biasanya menjadi satu paket tujuan wisata, bersama dengan Wina/Vienna (Austria), karena Praha-Wina-Budapest berada dalam satu garis dan dapat dengan mudah ditempuh dengan mobil. Rute petualangan kami tahun ini dimulai dari kota: Munich - Halsttat - Salzburg - Füssen - Vaduz - Rothenburg ob der Tauber - Berlin - Praha - Budapest - Wina.
Masih di awal bulan Desember 2016, dari Praha ke Budapest perjalanan sekitar 6 jam dengan menggunakan mobil, dan saya mengalokasikan waktu hanya tour 1 hari di sana walaupun kami menginap 2 malam disana. Praha dan Budapest biasanya menjadi satu paket tujuan wisata, bersama dengan Wina/Vienna (Austria), karena Praha-Wina-Budapest berada dalam satu garis dan dapat dengan mudah ditempuh dengan mobil. Rute petualangan kami tahun ini dimulai dari kota: Munich - Halsttat - Salzburg - Füssen - Vaduz - Rothenburg ob der Tauber - Berlin - Praha - Budapest - Wina.
Pagi sekali kami sudah keluar dari kota Praha. Melintasi jalan tol biar cepat sampai. Tak terasa saatnya makan siang, kami memutuskan untuk keluar dari jalur tol. Saat itu kabut
tebal menghalangi jalan, kanan kiri jalan dihiasi pohon-pohon gundul dan
lapangan rumput yang berwarna putih karena dipenuhi kabut dan embun
yang membeku, dengan suasana yang sepi, rasa cemas pun datang dan tanpa
diduga akhirnya kami menemukan desa kecil yang indah tapi seperti tidak
berpenghuni, tapi pemandangan sangat indah!
Kami mampir di sebuah desa Bratislava untuk makan siang. Sengaja untuk tersesat setelah keluar dari jalan tol, seru loh! GPS tiba-tiba hilang signal, memasuki desa terpencil dengan suasana sepi dan sampai akhirnya kami melihat bangunan seperti rumah makan - pintu dan jendela tertutup tapi tidak terkunci, nama rumah makannya Koliba. Kami mencoba masuk karena kami lihat ada sebuah mobil yang parkir. Dan ternyata, di dalam warung makan ini ramai dan dekorasinya pun unik sekali! tentu saja makanannya juga enak.... tidak menyesal tersesat di kampung orang hehehe.
Setelah kami diantar Gerard ke stasiun bus yaitu di perbatasan Bratislava, kami melanjutkan perjalanan menuju kota Budapest dengan Bus malam. Kami hanya membawa backpack saja untuk membawa baju secukupnya, koper kami tinggal di mobil karena kami akan bertemu lagi dengan Gerard di Wina-Austria besok lusa.
Suasana kota kelabu dan dingin, selamat datang Desember!😊
Perjalanan kami 2 jam lagi menuju Budapest. Kami tiba sekitar jam 8 malam, angin di musim dingin menusuk tulang, untung saja bus berhenti depan stasiun MRT jadi kami langsung turun ke underground stasiun mencari tau bagaimana cara membeli tiket MRT. Karena buru-buru sarungtanganku tertinggal dibangku bus, saya langsung kembali ke bus tapi bus sudah pergi. Untung saja kami menggunakan bus yang sama menuju Wina, jadi langsung menelpon bus untuk menitipkan sarung tangan saya yang tertinggal kepada bus yang menuju Wina besok malamnya. Memang masih milik saya, besok malam nya sarung tangan itu kembali ke tangan saya. Saat Gerard menjemput kami di Wina dan saya bilang untuk minta tolong mengambil sarung tangan yang dititipkan dari bus karena kami saat itu belum tiba di Wina. fiuh... untung saya membawa 2 sarung tangan, jadi saat di Budapest saya tidak kedinginan. Jadi pesan saya: sebelum turun bus, cek dulu barang-barang sehingga tidak ketinggalan seperti saya, repot banget ngurusnya!
Suasana stasiun layaknya di negara Eropa lainnya, adalah gedung yang sudah tua tapi di Budapest suasana stasiun agak kotor dan terlihat sangat usang. Kami langsung mencari touris information didalamnya. Untuk mencari tau alamat dan bagaimana menuju hotel yang kami sudah booking dari Jakarta dan mencari tau informasi mengenai destinasi wisata favorite dan tiket transportation one day dan tidak lupa mengambil map MRT dan map wisata di kota Budapest buat explore besok. Setelah semua kami dapatkan, kami langsung menuju Pal's Hostel yang terletak di Szent István tér 3, untuk beristirahat malam itu. Ternyata bentuknya seperti apartment lengkap ada livingroom dan dapurnya, letaknya di sebelah gedung Szent István Basilica, Wow keren! Saat mencari alamat, jangan ragu untuk bertanya, meski tidak semua orang di Budapest bisa berbahasa Inggris, tapi kalo
kita bertanya akan di beri tahu dengan sangat detail bahkan diantar loh!
Nama Kota Budapest memang terdiri dari dua kota yaitu “Buda” yang berada disisi Barat dari kata Obuda dan “Pest” disisi Timur yang dihubungi oleh Chain Bridge. Budapest adalah sebuah kota yang dibelah menjadi 2 bagian oleh Sungai
Danube, bagian Buda dan bagian Pest. Perbedaan paling mencolok dari dua kota ini terletak pada topografinya;
Buda berbentuk bukit atau dataran tinggi, sedangkan Pest merupakan
dataran rendah/datar. Karakter masing-masing kota juga berbeda; Pest
sangat modern dan hidup, sedangkan Buda lebih terlihat tradisional dan klasik. Perbedaan itulah letak keunikan
Budapest. Kejayaan bangsa masa lampau, tercermin dari arsitektur yang
megah dan menawan. Kekhasan masa lalu, beradu dengan semangat mengejar
masa kini, membuat Budapest menjadi salah satu kota di Eropa yang
menarik untuk disibak ceritanya. Kotanya cantik banget,
bahkan transportasi seperti metro aja masih dipertahankan gaya kunonya.
Menariknya lagi kota Budapest merupakan warisan dunia dilindungi
oleh
UNESCO sejak tahun 1987. Tidak heran, kebanyakan bangunan di Budapest
sudah ada dari tahun 1700-an dan 1800-an. Hingga akhirnya kota Buda dan
Pest bergabung membentuk satu Kota tahun pada tahun 1873.
Hungary sendiri memiliki mata uang sendiri, jadi tidak memakai Euro. Mata Uang Hungaria bernama Hungarian Forint dan bisa ditukar saat di Eropa atau gesek via ATM asalkan kartunya memiliki logo Visa/Mastercard yaa...untuk nilai satuannya HUF. Ketika saya kesana Desember 2016 yang lalu, 312 HUF sama dengan 1 Euro. Memang untuk traveling ke Eropa saat ini sudah mulai banyak lokasi dengan tarif akomodasi yang bersahabat. Namun, Budapest adalah yang termurah.
Cara paling mudah menukarkan uang di Budapest adalah dengan menggunakan ATM. Secara otomatis, mesin ATM akan mengkonversi uang di rekening kalian dengan rate HUF pada saat itu ditambah dengan biaya administrasi setiap pengambilan uang. Oleh karena itu, ada baiknya mengambil uang secukupnya dan menghindari pengambilan uang lewat ATM secara berulang-ulang.
Apabila kalian tidak memiliki ATM, tentu saja kalian harus menukar uang di bank atau money changer yang tersebar di pusat kota Budapest, hindari menukar atau menarik tunai di mesin ATM dan money changer dalam Central Station! Kurs rate di mesin atm dan money changer dalam stasiun jauh lebih tinggi di bandingkan di luar stasiun. Lebih baik tukar uang atau tarik tunai di luar stasiun. Di luar stasiun kita tinggal menyeberang dan berjalan sedikit. Tidak jauh dari situ kita akan ketemu mesin atm dan money changer. Kami memilih untuk tarik tunai di mesin atm menggunakan kartu debit terbitan bank di Indonesia.
Layaknya kota-kota di negara Eropa lainnya,
Budapest memiliki jalur transportasi umum yang baik. Setiap pusat kota
dan tujuan wisata menarik telah dihubungkan dengan Metro, Trem dan juga
Bus. Hal yang perlu kalian perhatikan sebagai turis adalah membeli tiket
yang BENAR sebelum menggunakan transportasi umum tersebut. Sebagai turis, saran saya membeli tiket sesuai dengan berapalama kita
tinggal di Budapest. Pada saat saya mengunjungi Budapest, saya
membeli 24-hour travel ticket, karena saya hanya memiliki waktu 1 hari
berkeliling kota. Apabila kalian hendak tinggal lebih lama, kalian dapat
membeli 72 hour atau 7 days ticket. lebih murah.
Untuk informasi tambahan, apabila kalian bepergian dalam grup/family, kalian dapat membeli Budapest 24-hour travel group ticket seharga 3100 HUF yang dapat digunakan oleh 4 orang. Untuk mencari tau transportasi umum atau bagaimana menuju destinasi di Budapest, kami menggunakan moovit.com sangat membantu loh! Berikut tempat yang kami sempat kunjungi di Budapest:
1. Fisherman's Bastion
Spot ini wajib dikunjungi jika anda berkesempatan mengunjungi Budapest, indah banget deh! Ada beberapa objek yang populer di area ini adalah antara lain: Matthias Church, National Gallery dan kastil Fisherman's Bastion dan berkunjung kesini gratis.
Pagi-pagi kami sudah siap memulai petualangan. Dengan menumpang bus No.16 kami menuju Fisherman's Bastion (Halászbástya orang lokal menyebutnya) yang berlokasi di atas bukit bagian kota Buda. Kami duduk dibangku dekat jendela biar bisa melihat pemandangan. Saat bus melintasi Chain Bridge pemandangan yang disuguhkan sangat menyegarkan mata.
Sekitar 20 menit perjalanan kami tiba di halte bus Fisherman's Bastion dan disambut menara St. Matthias Church. Gereja dengan bangunan bergaya Gothic penuh dengan relif-relif yang indah, sebuah gereja Katolik Roma yang dibangun pada tahun1015. Awalnya gereja ini bernama The Church of Mary kemudian diganti menjadi St. Matthias Church yang diambil dari salah satu raja Hungary yang memerintah di tahun 1458.
St. Matthias Church
St. Matthias Church
St. Matthias Church dari sisi lain
alun-alun depan St. Matthias Church
Banyak kejadian bersejarah bertempat di gereja yang sudah berumur 700 tahun ini, salah satunya penobatan Raja Charles IV pada 1916, yang merupakan kaisar terakhir Austria dan raja terakhir Hungary. Gereja ini juga sempat digunakan sebagai tempat berlindung oleh tentara Jerman dan Soviet pada tahun 1944-1945 saat pendudukan Soviet di Hongaria.
St. Matthias Church juga pernah menjadi masjid pada saat pendudukan Ottoman Turki di negeri ini dan merupakan masjid yang paling terbesar di abad 14 ketika itu. Gereja ini juga menjadi saksi penobatan para raja-raja Hungary, saat ini masih menjadi Gereja dan digunakan oleh masyarakat setempat serta gereja tertua di dunia.
Diantara Matthias Church dan Fisherman’s Bastion, berdiri patung seseorang yang menunggangi kuda dan dia adalah statue of St. Stephen (the first christian king of Hungary). Berdekatan dengan St. Matthias Church, ada satu bangunan yang
mencuri perhatian kami karena bentuknya yang sepeti kastil di
dongeng-dongeng... nama bangunan ini adalah Fisherman’s Bastion. Fisherman's Bastion memiliki tujuh menara yang menggambarkan tujuh suku Magyar, suku asli di Hungary.
Dinding kastil dulunya dilindungi para nelayan, dan banyak sekali
penjual ikan disekitarnya, itulah mengapa bangunan tersebut dinamakan Fisherman's Bastion.
statue of St. Stephen
Bastion ternyata salah satu tempat terbaik yang menjadi tujuan para turis di kota Budapest. Dari tempat kami berdiri di Fisherman’s Bastion, kami dapat melihat Danube River, Parliament Building Budapest yang sangat megah dan Chain Bridge.
Parliament Building Budapest (kalo bahasa Hongaria-nya: Országház) adalah bangunan yang paling iconic di Budapest, merupakan salah satu gedung legislatif tertua di Eropa persis berdiri megah di tengah kota di pinggir Sungai Danube yang pasti akan mencuri perhatian banyak turis. Walaupun kami hanya melihat dari kejauhan, bangunan yang sudah berusia lebih dari 100 tahun ini membuat kami berdecak kagum, begitu indah dan megahnya! Areanya luas, serta gedungnya
dilihat dari sisi manupun dipandang cakep!
Kabut di bulan Desember, membuat pemandangan kota Budapest dari Fisherman’s Bastion
menambah keanggunannya
Parliament Building, Budapest
Oh…Budapest! Dalam sekejap teras Fisherman Bastion dipenuhi pengunjung yang berebut
tempat strategis untuk mengabadikan keindahan ini. Memang Spot ini salah satu terbaik untuk mengabadikan Parliament Building: dari atas bukit tepatnya Fisherman Bastion dan kearah stasiun Batthyany di
seberang sungai tepat berhadapan dengan Parliament Building, kami mencoba
mengambil gambar utuh gedung ini dari Fisherman’s Bastion.
Arsitektur bangunan yang menarik dengan kolaborasi antara desain arsitektur Romawi, Gothic, dan Turki mewarnai bangunan-bangunan di kota ini. Selain itu, banyak perpaduan nuansa yang lain, seperti klasik dan romansa.
Ada menu turis 😍
Kantor Pos, jangan lupa kirim postcard ke rumah 😁
Museum pesulap, tapi saya cuma lewat 😊seyeeem...
Suasana di awal bulan Desember sedikit berkabut sehingga pemandangan terlihat magical tapi tidak bisa lama kami berdiri memandang pemandangan indah itu, karna angin yang berhembus dingin menyentuh wajah. Di area view point ada cafe yang menjual minuman dan kue dan disediakan kursi untuk menikmati makanan dan pemandangan. dan ini membuat orang betah berlama-lama disana. Saya suka tempat ini..a wonderful landscape and a must-see place!
Setelah puas kami mengelilingi area Fisherman's Bastion dan tidak lupa mengambil beberapa poto disana, kami berjalan kaki keluar mengitari oldtown dan disana kami menemukan food court yang menjual makanan lokal Budapest dan menu for tourist too! saya memilih menu nasi, daging dengan bumbu merah yang berasa sedikit manis-lupa namanya dan sayuran, dengan harga seperti makan di mall Jakarta yaa...hehehe. Setelah selesai lunch, kami melanjutkan perjalanan berikutnya menuju Buda Castle.
Selanjutnya kami menuju Buda Castle, this was the residence of Hungarian Kings. Kami mengambil bus no.16 turun di halte Dísz Tér, gerbangnya berada dipinggir Sungai Danube. Buda Castle ini merupakan sebuah kompleks istana sangat luas yang terletak di atas bukit. Untuk menuju ke istana kami menggunakan funicular (kereta/tram bentuknya kotak) dan antik, terlihat umurnya sudah panjang ya hingga saat ini masih layak digunakan. Saat kami tiba di gerbang, sudah ada beberapa orang yang mengantri didepan pintu loket funicular. Untuk satu funicular diisi maksimal 6 orang. Perjalanan keatas cukup curam, ada sedikit rasa cemas tapi untungnya perjalanan tidak lama akhirnya sampai di pintu masuk Buda Castle dari kejauhan kita bisa melihat patung Citadella yang sering menjadi tempat shooting film Holywood berada Gellért Hill letaknya disebelah kanan castle.
kami datang, antrian sudah mulai panjang.... dingiiin lagi 😰
Mosaic di dinding tembok itu cantik sekali 😍
funicular diisi maksimal 6 orang, menuju Budacastle
Lets go guys?! 😉
Tiba diatas sudah terlihat matahari akan turun, padahal masih jam 5 sore
Menurut sejarahnya, Buda Castle dibangun antara tahun 1247-1265, sempat mengalami berbagai perubahan. Masa keemasan istana
tersebut adalah saat Raja Matthias Corvinus menikah dengan Beatrice dari
Napoli, Italia pada 1476. Banyak seniman Italia yang menyumbangkan
keahliannya untuk mendekorasi istana tersebut. Kini, istana tersebut
menjadi salah satu situs warisan dunia dan menjadi tempat bersejarah
yang menjadi daya tarik para turis.
Di bagian belakang kompleks kastil kita bisa melihat pemandangan cantik kota Budapest sebelah Barat. Setelah selesai mengunjungi Buda Castle kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menyebrangi Chain Bridge.
Pemandangan dari Budacastle
wuah.... lalu lintas macet di jembatan
semakin sore, kabut semakin pekat
Patung: anak-anak menangkap ikan
seperti poto di studio, latar belakangnya indah 😍
Széchenyi orang lokal menyebutnya, Chain Bridge (Jembatan Rantai) merupakan jembatan permanen
pertama di Hongaria yang dibangun melintasi Sungai Danube dan
menggabungkan wilayah Buda dan Pest. Jembatan tersebut dirancang oleh
insinyur asal Inggris, William Tierney Clark, pada 1839. Namun, jembatan
itu baru resmi digunakan pada 1849, setahun setelah Revolusi Hongaria.
Struktur jembatan ini terdiri dari dua buah gerbang yang dihubungkan
dengan sebuah besi yang kokoh dan ditengah nya terdapat lampu-lampu
antik yang sangat cantik jika dilihat di malam hari. Kemudian menghadap
kota Pest terdapat dua buah patung Singa yang menjadi penjaga dari jembatan ini, begitu klasik dan megah. Menjelang malam keindahan gemerlap lampu lampu di sepanjang jembatan ini
menambah keindahan kota ini sehingga banyak orang mengatakan bahwa kota
ini adalah Paris from The East.
4. St. Stephen’s Basilica
St. Stephen’s Basilica, Gereja ini merupakan gereja terbesar di Budapest berdiri gagah di pusat kota Pest, megah dan indah yang bisa menampung hingga 8500 orang di dalamnya. Ada tulisan diatas pintu depan St.Stephen’s Cathedral: “EGO SUM VIA VERITAS ET VITA”. Saat melihat ukiran tulisan itu, saya belum menemukan artinya. Sesampainya di Indonesia, saya cari arti kata-kata itu dan searching, ternyata artinya adalah “I am the Way, the Truth, and the Life” (John 14 : 6).
Alun-alun didepan Gereja saat itu ada Christmas market, dekorasi natal dan warna warni lampu laser yang menghiasi gereja menambah kemeriahan. Ditengah alun-alun ada pohon Natal berwarna merah yang sangat indah dan ada lapangan kecil ice skating bagi anak-anak. Banyak jajanan yang ditawarkan dan berbagai ornamen-ornamen natal dan tak lupa juga berbagai minuman bir hangat bisa kita nikmati. Warga berkumpul dan menikmati jajanan di depan St. Stephens Basilica
saat Festival Natal. Meriah sekali!
Menurut sejarahnya, butuh 50 tahun untuk membangun gereja ini. Nama Stephen diambil dari
nama Raja pertama Hungary. Bagian tangan kanan sang raja yang telah
diawetkan juga bisa dilihat di bagian kiri chapel dekat altar utama.
Interior indah bergaya neo-renaissance di dalam gereja sangat indah dengan dekorasi yang memukau. Meski arsitekturnya lebih mirip katedral,
gereja ini diberi gelar 'basilica minor’ oleh Paus Pius XI pada 1931.
Kami menikmati suasana Christmas market beberapa pertunjukan atraksi Natal seperti paduan suara anak-anak dan juga artis ibu kota, Santa Clause dengan loncengnya, berjalan-jalan sambil menyeruput secangkir anggur panas di tangan, Suasana Christmas market semakin meriah dengan suasana keindahan arsitektur abad ke-19 di St István Square.
5. Heroes’ Square
Selanjutnya mengunjungi Lapangan Pahlawan (Heroes’ Square) dan dipenuhi christman market juga. Memang sejak awal Desember penjuru kota sudah mulai menyelenggarakan christmas market untuk menyambut perayaan Natal. Dan beberapa patung tetutup dengan stan-stan pedagang di alun-alun.
Heroes Square Budapest dalam bahasa Hungary disebut Hosok Tere merupakan salah satu bangunan tertua dan dinyatakan sebagai
World Heritage Site. Alun-alun ini merupakan alun-alun kota terbesar
di Budapest yang dibangun pertama kali pada 1896 merupakan pintu masuk ke taman kota dan sebagai lambang memperingati 1000
tahun sejarah suku Magyar. Di tengah-tengah lapangan itu terdapat
patung malaikat Gabriel berdiri di atas pilar utama, memegang mahkota
suci dan salib ganda. Ketujuh kepala suku yang memimpin suku Magyar di
Hungary juga terdapat di sisi bawah pilar tersebut. Sementara patung
raja dan tokoh sejarah penting lainnya berdiri di kedua sisi pilar
tengah. Di samping square ini
terdapat 2 museum yaitu Art Gallery dan Museum of Fine Arts.
Saat monumen itu dibangun, Hungary merupakan bagian dari
Kekaisaran Habsburg Austria, sehingga terdapat bagian terdapat
patung-patung anggota dinasti Habsburg yang berkuasa. Namun, patung
tersebut kemudian digantikan dengan patung pejuang kemerdekaan Hungary,
ketika monumen tersebut dibangun kembali setelah Perang Dunia II.
6. Vasacsarnok (Central Market Hall)
Sebelum mengakhiri petualangan di Budapest, kami mengunjungi salah satu main shopping area di Budapest yaitu Vaci Street (Vaci Utca) yang terletak
di city centre. Lalu berlanjut ke Vasacsarnok
(Central Market Hall). Ini adalah salah satu pasar indoor terbesar di
Budapest dengan arsitektur bangunannya yang
kuno tetap dipertahankan.
Untungnya saya bukan tipe gila belanja ketika jalan-jalan. Tapi, kalo
ada yang suka belanja pilihan termurah buat belanja di Budapest yaitu di
Central Market. Central Market di Budapest cukup unik, lantai dasar
digunakan untuk jualan sayuran dan buah-buahan. Sedangkan lantai dua digunakan untuk jualan souvenir. Central
Market ini terletak di dalam gedung bergaya kolonial yang cantik dan
megah.
Pesan saya kalau ingin membeli oleh-oleh,
lebih baik pergi ke Central Market dibandingkan berbelanja di toko-toko
souvenir di tengah kota ataupun di tempat-tempat wisata. Selain harganya
lebih murah, ada sangat banyak pilihan kios sehingga kita dengan mudah
bisa membandingkan harga. Kalau mau ke sana bisa naik metro, turun di stasiun Kálvin tér. Pasarnya langsung kelihatan dari stasiun. Saya nggak tahu pasti jam
bukanya, tapi kemungkinan dari jam 9 pagi sampai jam 4 sore. Salah satu cara untuk menikmati pemandangan sepanjang Danube Promenade dari sisi Pest, bisa naik
Tram No.2 : untuk menikmati keindahan Danube tanpa jalan kaki. Setelah puas mengelilingi pasar, kemudian sore harinya kami bersiap
menuju Vienna. Walaupun saya tidak dapat melihat seluruh keindahan kota Budapest, tapi
saya dapat merasakan kekentalan budaya Eropa Tengah yang jauh berbeda
dengan negara di belahan benua Eropa lainnya.
Central Market Hall
Tips membeli air mineral kemasan: Bagi yang pernah traveling ke Eropa pasti tau, kalau air mineral kemasan di sana terdiri dari 2 jenis. Air kemasan dengan tambahan asam karbonat, dan air mineral tanpa tambahan asam karbonat. Air kemasan di Indonesia yang biasa kita minum masuk di kategori yang terakhir. Rasanya jelas beda. Nah, untuk itu biar mudah membelinya kita perlu tau membedakannya. Dalam kemasan berbahasa inggris, air mineral dengan tambahan asam karbonat biasa ditulis dengan ‘sparkling mineral water’. Masalahnya, di Budapest, tak semua air kemasan dilengkapi dengan label berbahasa Inggris. Bagi kita yang tak banyak tau bahasa Hungary, ini lumayan bikin terpaku di depan lemari minuman…heheheh. Kalau pengen beli air mineral tanpa tambahan karbonasi di Budapest, cari yang bertuliskan ‘szénsavmentes’, yang dalam bahasa inggris artinya non carbonated.
Karena begitu banyak tempat yang bisa di eksplore yang penuh dengan
keindahan pada setiap sudut dan bentuk bangunannya memanjakan mata... dan belum sempat kami kunjungi dengan waktu yang sangat terbatas dan belum lagi udara di awal musim dingin di bulan Desember ini bener-bener menusuk tulang saat hari menjelang malam dan tentu saja membuat kami ingin segera balik ke penginapan yang ada penghangatnya. Seperti: berfoto dibawah patung Citadella di Bukit Gellért, mengeksplor Gedung Parlemen, mendaki tower St.Stephen’s Cathedral, pemandian air panas, Shoes on
the Danube Bank, The House of Terror, mengunjungi Opera House dan lain-lain, ... aaagh itu berarti saya mesti kembali lagi!
Banyak Baca
Baca sebanyak-banyaknya tentang Budapest sebelum ke kota ini. Sayang kalau hanya dinikmati dengan ber-selfie ria saja. Kota ini termasuk salah satu kota di Eropa yang kaya dengan warisan sejarah. Membaca buku sejarah Budapest akan sangat membantu saat kita mengunjungi kota yang sarat akan peninggalan sejarah ini.
Jangan sampai menyesal kayak saya karena melewatkan banyak dokumentasi penting di Budapest. Tapi kalau tidak cermat, kita bisa juga kena jebakan 'batman', alias
tourist trap. Sesuai namanya, ini biasanya memang terjadi di kawasan
yang ramai di kunjungi turis.
Bahasa di Budapest
Negara Eropa Tengah memiliki bahasa unik yang sulit sekali untuk dilafalkan dan juga didengar. Oleh karena itu, kalian perlu berkonsentrasi dan juga sigap ketika berada di dalam metro. Kalian harus mengetahui dengan jelas di stasiun mana kalian akan berhenti dan berapa jumlah stasiun yang akan kalian lewati. Jangan andalkan pendengaran kalian untuk mengetahui kalian sudah sampai di stasiun mana (karena bahasa Hungaria susah didengar!) tapi andalkan mata kalian untuk membaca papan nama stasiun yang selalu terpampang di setiap stasiun.
Bahasa tubuh berperan penting untuk bertahan hidup di Budapest (dan juga di tempat berbahasa aneh lainnya). Di stasiun kereta, jarang sekali petugas di Budapest yang bisa berbahasa Inggris, oleh karena itu kalian harus menunjuk dengan jelas tiket apa yang ingin kalian beli. Lain hal dengan tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh turis, kebanyakan penjual souvenir dapat berbahasa Inggris.
Makan siang ala Hungaria
Seperti di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya, makanan murah biasanya bisa ditemukan di foodcourt atau pasar tradisional. Di Budapest makanan dengan harga terjangkau bisa di beli di Central Market. Di lantai dasar ada berbagai macam gerai yang menjual berbagai makanan lokal. Harganya sekitar 17 HUF untuk sekali makan. Kalo mau murah lagi bisa cari semacam toko yang ada tulisan "Hus Hentes". Hus artinya daging dan Hentes artinya penjual daging. Daging dan roti bisa langsung di masak di tempat sesuai menu yang kita mau. Di tempat ini kita membayar sesuai berat makanan yang kita makan. Jelas dong tempat makan seperti ini bukan tipe saya, secara kalo saya makan pasti jatuhnya mahal terus. Kalo masih mahal bisa ke restoran yang menjual makanan dengan menu yang setiap harinya ganti. Walaupun namanya restoran, masakan di sini seperti masakan rumahan dan harganya jauh di bawah Central Market. Restoran ini biasanya buka menjelang makan siang jam 12.30, tapi kita harus cepet-cepetan sama turis lainnya kalo nggak mau kehabisan.
Seperti di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya, makanan murah biasanya bisa ditemukan di foodcourt atau pasar tradisional. Di Budapest makanan dengan harga terjangkau bisa di beli di Central Market. Di lantai dasar ada berbagai macam gerai yang menjual berbagai makanan lokal. Harganya sekitar 17 HUF untuk sekali makan. Kalo mau murah lagi bisa cari semacam toko yang ada tulisan "Hus Hentes". Hus artinya daging dan Hentes artinya penjual daging. Daging dan roti bisa langsung di masak di tempat sesuai menu yang kita mau. Di tempat ini kita membayar sesuai berat makanan yang kita makan. Jelas dong tempat makan seperti ini bukan tipe saya, secara kalo saya makan pasti jatuhnya mahal terus. Kalo masih mahal bisa ke restoran yang menjual makanan dengan menu yang setiap harinya ganti. Walaupun namanya restoran, masakan di sini seperti masakan rumahan dan harganya jauh di bawah Central Market. Restoran ini biasanya buka menjelang makan siang jam 12.30, tapi kita harus cepet-cepetan sama turis lainnya kalo nggak mau kehabisan.
'Budapest Card' bisa jadi pilihan tapi pertimbangkan banyak hal
Biasanya para turis yang berkunjung ke Budapest ditawari untuk membeli Budapest Card. Ini bisa jadi pilihan yang bagus jika kita punya waktu cukup untuk mengelilingi tempat-tempat wisata di Budapest sekaligus. Karena dengan Budapest Card kita bisa dapat keuntungan gratis masuk ke berbagai museum yang ada selain bebas naik turun moda transportasi umumnya. Tapi jika waktu kita terbatas, dan tak semua turis punya gaya ala flashpacker, seperti kami maka kita perlu menghitungnya secara cermat. Saya menyarankan untuk membeli Budapest Card jika frekuensi pemakaian transportasi umum anda cukup sering.
Menikmati jajanan lokal di Chrismas market
Gluwine... wine rasa buah dan hangat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar