Petualangan kami (berempat - perempuan semua) di musim gugur ini pada awal bulan November 2008, dimulai dengan destinasi pertama setiba di Korea Selatan yaitu menuju Pulau Naminara. Angin di musim gugur berasa dingin menghempas wajah dan kami langsung buru-buru mengenakan jaket yang sudah kami siapkan. Dari Bandara Incheon dengan bus kami menuju Chuncheon sekitar jam 11 pagi kami tiba disana. O iya... kami sebelumnya sudah janjian dengan 2 orang mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Seoul dan ternyata mereka membawa 1 orang lagi yang berasal dari Myanmar jadi kami bertujuh deh... siap dan semangat untuk mengelilingi Pulau Naminara.
Untuk menuju pulau ini kita mesti menyebrangi danau dengan menggunakan kapal kecil yang bermuatan sekitar 30 orang atau bisa menggunakan flying fox dengan catatan apabila cuaca cerah. Setelah sampai saya sempat terkejut dengan plang bertuliskan “Naminara Republic” dan tak jauh dari situ terlihat loket imigrasi dengan keterangan entry visa. Di dalam benak saya, jangan-jangan ini merupakan daerah yang terpisah dari Korea, saya membatin untung saya selalu membawa passport saya. Tapi setelah tiba di loket imigrasi ternyata itu merupakan strategi marketing pariwisata Korea untuk membuat Nami Island seakan-akan merupakan sebuah Negara. Naminara Republic sendiri merupakan Nami Island, loket Imigrasi ternyata adalah loket tiket, dan Visa entry yang dimaksud ternyata adalah tiket masuk *tepok jidat*. Untuk mendapatkan “Visa”, biayanya sebesar 8000 KRW.
Setelah selesai mengurus Visa Entry, kami langsung menitipkan koper-koper kami... untung saja ada penitipan barang didekat ruang loketnya, kemudian kami menyisihkan barang kedalam tas yang ingin kami bawa. Senangnya tak terhingga... bisa menapaki kaki di pulau Naminara ini. Pulau ini terkenal karena sering menjadi lokasi shooting drama-drama Korea, dan yang paling ngetop adalah drama "Winter Sonata" Sehingga tidak heran kalau di pulau ini banyak sekali pernak-pernik dekorasi Winter Sonata, hingga patungnya mereka pun terpajang di pulau ini.
Namiseom Island atau yang lebih popular disebut Naminara atau Nami Island terletak di Kota Chuncheon, sebuah kota yang terletak disebelah barat Seoul. Kota Chuncheon merupakan daerah yang menawarkan objek wisata alam ciri khas Korea, salah satunya Nami Island. Kalau lihat dari peta pulau ini berbentuk seperti selembar daun, dan berawal terbentuknya pulau ini dari pembangunan waduk Cheongpyeong pada tahun 1944 silam.
Konon... Nami Island merupakan makam Jendral Nami, seorang jendral kejam dan controversial pada masa Dinasti Joseon. Jendral Nami diasingkan di sebuah pulau oleh Kaisar Yejong karena dituduh sebagai pemberontak, meskipun pada akhirnya tuduhan tersebut terbukti tidak benar. Jendral Nami meninggal pada usia muda di tempat pengasingannya, oleh karena itu pulau tersebut dinamakan Nami Island.
Nami Island mulai dibuka sebagai objek wisata pada tahun 1953 dan mencapai puncaknya ketika Pulau ini dijadikan lokasi shooting film drama Korea berjudul “Winter Sonata” yang diperankan si ganteng Bae Yong Joon dan Choi Ji Woo. Sejak itu, ribuan wisatawan local maupun mancanegara berbondong-bondong pergi ke Nami Island, untuk sekedar menikmati suasana romantisme pada film tersebut. Tak heran jika pengunjung terbanyak merupakan pasangan muda-mudi Korea.
Salah satu spot terkenal pada Nami Island adalah deretan pohon yang membentuk lorong panjang. Lokasi ini merupakan adegan memorable dimana pada film Winter Sonata, pasangan Bae Yong Joon dan Choi Ji Woo sering menghabiskan waktu bersama, akibatnya lokasi ini menjadi sasaran tempat berfoto wisatawan. Beruntung sekali kami mengunjungi pulau ini di saat musim gugur dimana saat itu pohon berwarna kuning kemerahan dan mulai berguguran. Indah sekali. Atau jika anda sekalian ingin berkunjung saran saya pada saat Winter juga keren... dimana terlihat putih dan beda banget pastinya! Kalau musim semi atau musim panas, pastinya gak beda saat kita berkunjung ke taman bunga Cibodas deh.... hehehe.
Naminara disaat Autum |
Selain wisata foto, objek
lain yang dapat dinikmati ialah bersepeda mengelilingi Nami Island yang
mempunyai luas sekitar 4.3 Km. Tarif sewa sepeda untuk 30 menit adalah: sepeda
single 3000 KRW, sepeda double 5000 KRW, dan untuk sepeda besar (muat 3
orang) 10.000 KRW. Jika lapar setelah bersepeda, jangan takut, di Nami
Island terdapat banyak resto dengan menu makanan Korea (ada yang
bersertifikat halal), supermarket, dan café yang menyuguhkan minuman
kopi dan teh. Selain itu terdapat pula kolam air mancur kecil, rumah-rumahan
dari ijuk, dan area permainan menyusun batu untuk melatih konsentrasi
dan kesabaran.
Mengunjungi Nami Island dapat menggunakan 2 alternatif pilihan transportasi, yaitu menggunakan Bis atau menggunakan Kereta. Jika menggunakan Kereta waktu yang ditempuh sekitar 1.5 jam, dengan urutan stasiun yang harus dituju adalah: menggunakan line Jungang (line ini merupakan lingkar luar kota Seoul), turun di Stasiun Sangbong. Setelah itu berpindah line ke Stasiun Gapyeong, yang merupakan destinasi stasiun untuk mengunjungi Nami Island. Perjalanan selanjutnya ialah keluar stasiun menuju Pelabuhan untuk menyebrang ke Nami Island, untuk menuju Pelabuhan dapat menggunakan taksi dengan biaya sekitar 2700 KRW atau menggunakan Bis dengan biaya 1000 KRW.
Setelah seharian mengunjungi Nami Island, kami memutuskan untuk pergi dan menginap di daerah Chuncheon dengan menggunakan bus dari stasiun Gapyeong (perjalanan hanya 10 menit). Sesampainya di Chuncheon saya langsung jatuh cinta dengan kota ini. Chuncheon merupakan daerah pedesaan, suasananya sepi tetapi tetap modern. Setelah mendapatkan penginapan kami keluar untuk mencari makan malam dengan menu khas daerah Chuncheon yaitu DakGalbi (Spicy Grilled Chicken) dan Makguksu (Noodles in beef). Meskipun di Seoul terdapat banyak sekali restoran dengan menu DakGalbi, tetapi rasanya lebih seru kalau makan langsung di tempat asalnya. Segera kami menuju daerah Myeongdong DakGalbi Street, dan memilih resto yang agak besar dan ramai dengan warga lokal yang berkunjung itu salah satu trik resto tersebut pasti enak, hehehe... Akhirnya setelah berjalan-jalan dan perut kenyang, kami pun kembali ke penginapan karna besok pagi sekali kami akan berpetualang ke gunung Seoraksan.
Mengunjungi Nami Island dapat menggunakan 2 alternatif pilihan transportasi, yaitu menggunakan Bis atau menggunakan Kereta. Jika menggunakan Kereta waktu yang ditempuh sekitar 1.5 jam, dengan urutan stasiun yang harus dituju adalah: menggunakan line Jungang (line ini merupakan lingkar luar kota Seoul), turun di Stasiun Sangbong. Setelah itu berpindah line ke Stasiun Gapyeong, yang merupakan destinasi stasiun untuk mengunjungi Nami Island. Perjalanan selanjutnya ialah keluar stasiun menuju Pelabuhan untuk menyebrang ke Nami Island, untuk menuju Pelabuhan dapat menggunakan taksi dengan biaya sekitar 2700 KRW atau menggunakan Bis dengan biaya 1000 KRW.
Setelah seharian mengunjungi Nami Island, kami memutuskan untuk pergi dan menginap di daerah Chuncheon dengan menggunakan bus dari stasiun Gapyeong (perjalanan hanya 10 menit). Sesampainya di Chuncheon saya langsung jatuh cinta dengan kota ini. Chuncheon merupakan daerah pedesaan, suasananya sepi tetapi tetap modern. Setelah mendapatkan penginapan kami keluar untuk mencari makan malam dengan menu khas daerah Chuncheon yaitu DakGalbi (Spicy Grilled Chicken) dan Makguksu (Noodles in beef). Meskipun di Seoul terdapat banyak sekali restoran dengan menu DakGalbi, tetapi rasanya lebih seru kalau makan langsung di tempat asalnya. Segera kami menuju daerah Myeongdong DakGalbi Street, dan memilih resto yang agak besar dan ramai dengan warga lokal yang berkunjung itu salah satu trik resto tersebut pasti enak, hehehe... Akhirnya setelah berjalan-jalan dan perut kenyang, kami pun kembali ke penginapan karna besok pagi sekali kami akan berpetualang ke gunung Seoraksan.
Chuncheon disaat malam |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar