LIVE IS AN ADVENTURE

I think by traveling you can better appreciate yourself and the different cultures of the world... Enjoy life all around the world. To share with many people with different way of living. To love. To dance with the birds and sing with the wind....

Travelling brings color to my life. I'm travelling for the joy...
"...there is a difference between knowing the path and walking the path" - Morpheus

I am not good at writing but I want to share the adventure in my journey, but I have a lot of photo trips. Let the pictures are going to tell you about this trip ;)

Not only for the destinations, but it's about the journeys...
when you are traveling the time should be yours.

Some in my blog is using Indonesian, If you do not understand Indonesian you can use "Google Translate" at the top left of this blog. I hope this blog can be useful ...


DILARANG MENGAMBIL atau COPY PHOTO-PHOTO DALAM BLOG INI TANPA IJIN!

Sabtu, 29 Mei 2010

Petualangan di Gunung Pilatus, Switzerland.


Mount Pilatus at Switzerland


Petualangan Backpacker kami kali ini akhirnya kesampaian mengunjungi Mount Pilatus Swizerland di kawasan Pegunungan Alpen - Luzern Switzerland pada bulan May musim semi. Dengan menempuh sekitar 4 jam perjalanan menggunakan tiket terusan Golden Round Trip, kami menuju Mount Pilatus. Kami disuguhi dengan pemandangan alam cantik yang luar biasa!







Berawal dari kota Geneva, karna kami menginap di kota yang indah ini. Pagi sekali kami bersiap menuju dermaga dengan berjalan kaki sambil menikmati suasana pagi kota Geneva dengan tak lupa membawa bekal perjalanan seperti buah, minuman, coklat dan cemilan. Setibanya di Luzern, kami melanjutkan perjalanan dengan naik kapal danau kemudian lanjut dengan kereta api yang tiket terusannya sudah kami miliki untuk satu paket tiket perjalanan Luzern - Aplnachstad - Pilatus Kulm - Kriens - Luzern. Setelah itu menumpang speed boad menuju stasiun Kriens, kemudian dilanjutkan dengan kereta Panorama. Sesuai dengan namanya, kereta ini mempunyai jendela kaca yang besar sekali sehingga kami bisa menikmati panorama alam pedesaan yang indah di sepanjang Pegunungan Alpen dalam perjalanan. Dari kejauhan tampaklah gunung batu Pilatus yang berwarna agak gelap, maklum karena didominasi oleh bebatuan yang sebagian diselimuti salju. Di puncak Mount Pilatus sana tidak tumbuh banyak tanaman, sangat gersang, barangkali disebabkan oleh suhu rata-rata tahunan yang rendah, sehingga tidak memungkinkan tanaman tumbuh sempurna di pegunungan bebatuan yang sudah kokoh selama ribuan tahun.







Akhirnya kami pun tiba di stasiun terakhir Aplnachstad dan selanjutnya kami akan naik ke Puncak Pilatus dengan ketinggian 2132 mdpl dengan menggunakan kereta api Cogweel. Alpnachstad sendiri hanya sebuah daerah kecil di kaki gunung Pilatus. Pemandangannya cantik sekali. Rumah-rumah penduduk atau apartemennya berlantai pendek antara 4 sampai 8 lantai khas bangunan Swiss. Jendela-jendela besar terbuka, tanpa tralis, dan detailnya sedikit 'minimalis', tidak seperti bangunan-bangunan klasik Eropa, seperti negara yang lain. Pohon-pohon khas pegunungan, pohon pinus selalu mengiringi kami.


Danau Lucerne, Switzerland disaat musim Semi.

Danau Lucerne, Switzerland disaat musim Semi.



view dari Cogwheel Railway, Pilatus.


Dengan kereta api khusus kami menuju puncak Pilatus. Kereta api itu dinamakan “WORLD’S STEEPEST COGWHEEL RAILWAY” karena memang jalannya sangat lambat, kecepatannya maksimum sekitar 3 m/detik, di tengah relnya ada semacam roda gigi tambahan sehingga kereta api tidak akan meluncur sekalipun kemiringan mencapai 45 derajat. Terlihat sudah banyak orang berbaris antri untuk menaiki Cogwheel, kami pun segera mengikuti barisan antrian yang sudah mulai panjang. Kereta api Cogwheel mengingatkan saya dengan tram di Victoria Peak Hongkong. Sedikit berdegup saat Cogwheel mendaki gunung yang curam melalui terowongan kemudian lanjut mengitari jurang tebing dan akhirnya sampai di puncak Mount Pilatus, hmm... sebuah perjalanan yang tak terlupakan. O iya, cogwheel hanya dibuka untuk umum antara Maret sampai November, setiap tahunnya, dan di musim dingin tidak beroperasi, karna salju akan membahayakan.... mungkin begitu kali yaaa... 😉





Dibutuhkan waktu 30-40 menit hingga mencapi puncak Pilatus dan di sepanjang perjalanan kita bisa menikmati alam sekitar, pohon-pohon yang tinggi dan lurus-lurus, juga rumput-rumput serta bunga-bunga liar berwarna kuning, apalagi saat itu kan musim semi, sungguh mempesona.

Di puncak Mount Pilatus kita bisa menikmati pemandangan indah sambil duduk-duduk di bangku yang sudah disediakan sambil menikmati perbekalan. Waktu sudah menunjukkan jam makan siang, lalu setelah kami berjalan-jalan sebentar, kami mencari rumah makan untuk makan siang.  Kami juga sempat mencoba sosis panggang dan sepotong roti keras seharga 10 euro, yang menurutku sangat mahal. Tips: sebelum naik ke puncak Pilatus, mendingan beli dan bawa bekal dari cafetaria yang ada di dekat konter tiket atau bawa dari penginapan pasti lebih murah harganya loh ;-)  ....dan hati-hati di area ini banyak sekali burung-burung gagak yang berterbangan. Jangan heran, kalau anda meleng sedikit sosis anda pasti lenyap... hehehe...


Sosis dan sepotong roti berharga 10 euro.


Sehabis makan siang, kami berjalan menaiki tempat-tempat yang sudah memang disediakan untuk dikunjungi para pengunjung, banyak jalan dan banyak tujuan yang bisa dinikmati di sana... hanya saja, hati-hati bagi Anda yang tidak tahan akan ketinggian, yang bisa menjadi tidak seimbang melihat kecuraman dan ketinggian, sebaiknya jangan coba-coba ke tempat-tempat yang tinggi dan terjal, karena di sisi kiri Anda ataupun di belakang Anda langsung jurang hampir 90 derajat sampai ratusan meter dan hanya ada penyanggah pagar kayu di satu sisinya.


Puncak gunung Pilatus
Chapel diatas batu gunung Pilatus
Chapel diatas batu gunung Pilatus dilihat dari Gondola
Danau Luzern
 Cogwheel in Railway, Mount Pilatus
Cogwheel in Railway, Mount Pilatus


Setelah selesai makan kami langsung mendaki puncak Pilatus, dengan mengitari bibir jurang yang dipagari kayu, terlihat di kejauhan danau Luzern dan barisan pegunungan Alpen yang mengelilingi kota Luzern. Cuaca yang cerah dengan hembusan angin yang cukup dingin tidak menghalangi petualangan kami yang sudah mengenakan jaket dan sepatu yang nyaman untuk mendaki. Masih ada salju terlihat, walau tidak banyak tapi cukup membuat kami bersemangat untuk menyentuhnya dan saling melempar. Hahaha. Saya pun langsung norak, menghampiri salju pertama yang bisa saya sentuh, nge-bikin bola kecil, dan kami saling melempar bola salju. Saat itu pengalaman pertama kali menyentuh salju: lembut, dingin, dan basah. Kayak es serut di abang-abang tukang es campur. Seharusnya bawa sirop yaa biar bisa minum es campur sepuasnya disini... hahaha.






Sekitar satu jam kami menikmati keindahan pemandangan dari puncak Pilatus yang bisa melihat ke seluruh penjuru 360 derajat, nampaklah danau Vierwaldstättersee yang berliku-liku itu dan juga kota-kota kecil di bawah sana seperti Kriens, dsb. Oh ya selain tujuan wisata, Puncak Pilatus ini juga dimanfaatkan sebagai stasiun Meteorologi, jadi multi fungsi lah.


bahagianya sampai di puncak Pilatus!


Puas menikmati pemandangan dan bermain salju, waktunya tiba untuk pulang. Kalau tadi naik dengan kereta api, sekarang kami putuskan untuk turun dengan cableway, atau cable car, yaitu sebuah gondola bermuatan 40 orang digantung pada 4 cable berukuran  cukup besar berkualitas tinggi serta memiliki kelenturan yang teruji sehingga cable itu akan ditarik dari stasiunnya, sementara gondola itu tetap terkunci pada ke-4 cable tersebut. Setelah tiba di Frakmünteg selama 5 menit dari Puncak Mount Pilatus Kulm, kami harus ganti cable way dengan ukuran lebih kecil isinya maksimum 4 orang dinamakan Panorama Gondelbahn, tapi jumlahnya sangat banyak bergelantungan ditarik dengan 1 cable ukuran besar.

Kami langsung melanjutkan perjalanan dengan Gondelbahn. Gondelbahn tidak langsung ke Kriens, tapi mesti ganti Gondelbahn lagi di Krienseregg, karena ada batas panjang tertentu dari cable tersebut utk satu putaran. Di Kriensebergg, kami singgah selama kurang lebih 1 jam, karena di sana ada juga tempat bermain anak-anak splieplatz atau seperti permainan outbound yang cukup memadai dan menarik serta menantang, seperti perosotan, ayunan, dan jejaring tambang yang dirangkai sedemikian rupa untuk tempat anak-anak mencoba nyali dan kemampuan berjalan dari jejaring tambang tersebut.





Setelah sekitar 1 jam, hari semakin sore, sudah pukul 5 sore, kami pun bergegas melanjutkan perjalanan ke Kriens dengan masih menggunakan Panorama Gondolbahn, di sepanjang jalan, tampak pucuk-pucuk pepohonan yang sedang berdaun lebat dan tampak lahan-lahan pertanian serta peternakan, juga pemukiman-pemukiman penduduk. Total waktu perjalanan yang dibutuhkan dari Pilatus Kulm hingga Kriens ada sekitar 30-40 menit, dengan waktu sebanyak itu sungguh banyak pemandangan indah yang  bisa dinikmati bukan. Wow... melintasi hutan pinus Alpen dan terlihat dibawah sana rumah-rumah pedesaan yang dihiasi barisan sapi-sapi yang sedang memakan rumput, padang rumput yang dihiasi bunga liar berwarna kuning terhampar bagai permadani. Sungguh indah sekali.




Kemudian dilanjutkan dengan kapal danau/ speed boad menuju kota Luzern. Perjalanan mengarungi danau yang dimiliki oleh 4 kanton sehingga dinamakan danau Vierwaldstättersee (vier = 4, dan see = danau, dalam bahasa Jerman), yang memakan waktu kurang lebih 90 menit itu sungguh fantastis, pemandangan sekeliling danau sungguh menakjubkan, mulai dari pegunungan yang indah, di kejauhan tampak gletsier yang selalu membalut pegunungan itu sepanjang masa, juga pemandangan tempat tinggal dan aktivitas masyarakat yang tinggal di sekitar danau menjadi pemandangan yang sungguh luar biasa.




Kapal danau itu sering juga berhenti dari pelabuhan ke pelabuhan lainnya, untuk menurunkan dan menaikkan penumpang dari daerah itu. Bentuk danau tersebut sungguh berliku-liku tidak berbentuk bulat atau lonjong memanjang seperti layaknya danau pada umumnya.

Sungguh indah dan luar biasa pemandangan di sepanjang perjalanan, kiri kanan danau semuanya sangat indah, airnya yang tenang dan jernih menambah indahnya perjalanan hari itu. Kapal nya pun melaju dengan gagah perkasa dan menciptakan rasa nyaman dan aman, dikemudikan oleh kapten kapal yang tampak sungguh berpengalaman dan professional.





Kehidupan masyarakat di sepanjang pinggir danau juga sangat modern, nampak dari bangunan-bangunan di sana, cukup kokoh berdiri dan rapi, serta kapal-kapal mereka, seperti speedboad, perahu, dll, diparkir dengan bagus menggunakan peralatan dan teknologi yang memadai. Juga di sepanjang pinggir danau, tampak banyak rumah-rumah peristirahatan, atau berupa villa dan taman-taman ataupun restoran.

Satu hal yang membuat petualangan saya ke tempat ini yang benar-benar luar biasa dan tak terlupakan hari perjalanan ke Mount Pilatus.

Please check:
*Website Mt. Pilatus*: http://www.pilatus.ch/en/
*Spring Photo: Spring in Mount Alpine Foothills


“ Fabulous views from beginning to end. No words can fully describe the experience. Awesome ”



View danau Lucerne dari puncak gunung Pilatus

Legenda Pilatus

Pada jaman dahulu, sebelum abad ke-16, penduduk yang tinggal di sekitar Puncak Mount Pilatus, selalu dihebohkan dan diganggu oleh badai dan guntur yang dapat membinasakan yang datang dari sebuah danau kecil yang ada di sekitar Puncak Pilatus yang dinamakan Danau Oberalp, ukurannya sangat kecil, bahkan sebenarnya lebih tepat disebut seperti kolam, namun karena kolam itu terjadi secara alami maka di sini tetap disebut itu sebuah danau.

Illustrasi Danau PilatusBadai gemuruh disertai guntur akan menggelegar manakala air danau itu bergejolak dan bergoncang, penduduk setempat meyakini itu adalah sebagai pertanda bangkitnya arwah Pontius Pilatus yang terjadi setiap good friday, yaitu saat Yesus disalibkan, yang mana keputusan tersebut tidak lepas dari keputusan kepemimpinan Pontius Pilatus saat itu. Masyarakat setempat kala itu percaya bahwa setiap sekali setahun pada hari Jumat Agung, good friday, maka arwah Pontius Pilatus seolah sedang mencuci darah Yesus Kristus dari tangannya dengan air Danau Oberalp yang jernih itu. Memang benar, kala orang berduyun-duyun datang kepada Pilatus untuk meminta persetujuan untuk menyalibkan Yesus Kristus, memang Pontius Pilatus mencuci tangannya dan menyerahkan sepenuhnya kepada orang-orang yang sudah ramai di luar istananya apakah Yesus Kristus disalibkan atau tidak, sebuah sikap yang tidak semestinya sebagai pemimpin, karena “cuci tangan” dari ketidakadilan.

Bagaimana mungkin air danau yang cuma sedikit itu dapat mengeluarkan tenaga dan badai gemuruh yang menggelegar? Maka orang meyakini pasti ada peranan roh arwah seseorang yaitu Pilatus yang sedang menjelma dalam reinkarnasi berupa badai gemuruh dan guntur disertai air danau yang bergejolak. Seperti diketahui pada abad pertengahan, orang sangat percaya pada hal-hal mistis dan mantra-mantra. Banyak orang jaman dulu yang pergi berguru ke sana, dan belajar untuk mendalami ilmu-ilmu mistis dan juga menguji ketenangan arwah Pontius Pilatus semenjak kejadian-kejadian itu.

Bagaimana Jasad Pontius Pilatus Sampai ke Switzerland

Memang patut dipertanyakan, Pontius Pilatus kan bekas Gubernur Romawi, yang artinya semestinya jasadnya dikubur di Italia sana, atau di Roma, tidak mesti jauh-jauh ke Swiss. Bayangkan dari Roma ke Puncak Pilatus Switzerland ini barangkali dipisahkan ribuan kilometer, tapi koq bisa?

Setelah kematian Pontius Pilatus Sang Gubernur Romawi, banyak sekali mitos negatif yang berkembang, tentu hal itu dikaitkan dengan ketidakteladanannya dalam kepemimpinannya, reputasinya yang jelek, yang telah “membiarkan” Yesus Kristus seorang yang tidak ditemukan kesalahannya tapi disalibkan, bahkan disebutkan Kaisar Tiberius, mencampakkannya ke dalam gilingan rantai sebagai hukuman padanya karena sikapnya yang membiarkan Yesus Kristus disalibkan, dan Pilatus berniat bunuh diri. Lalu jasadnya ditenggelamkan ke Sungai Tiber di Italia, namun sungai itupun menolak kehadirannya, yang menimbulkan banjir besar. Lalu kemudian jasad Pilatus ditenggelamkan ke Sungai Rhone, namun sama saja, tetap membuat masalah dan kesulitan. Sungai Rhone adalah sebuah sungai besar yang melalui Switzerland dan Francis, sebuah sungai utama di Eropa.

Akhirnya jasadnya ditenggelamkan ke sebuah tempat yang jauh, di sebuah danau yang sangat kecil yaitu Danau Oberalp di Switzerland. Di sana, nampaknya arwahnya tidak terlalu membuat banyak masalah, hanya sekali setahun yaitu pada saat Jumat Agung, yaitu berupa badai dan gemuruh yang menakutkan dan air danau bergejolak.

Sekali setahun itu, saat peringatan penyaliban Yesus Kristus, arwah Pilatus menampakkan diri, menggambarkan dia duduk di kursi keagungan di tengah danau Pilatus, rambut abu-abunya berurai di air danau dan di kepalanya mengenakan mahkota keemasan sebagai yang bertindak seorang Hakim Agung kala itu yang menghakimi Yesus Kristus.





Arwah Pilatus Diusir pada Tahun 1585

Pada pertengahan abad ke-16, ketakutan yang melanda orang mulai dilawan oleh penduduk, dan pada tahun 1585, tersebutlah seorang Pendeta dari daerah Lucerne, Switzerland, dengan mengerahkan penduduk kota di sekitar Puncak Pilatus, mereka mendaki Puncak Pilatus, sembari mereka menabuh genderang yang bersuara keras untuk menantang arwah Pilatus. Mereka melempari batu ke dalam danau yang kecil itu, dan mengarungi serta menyeberangi danau kecil itu. Namun roh Pilatus tidak bereaksi sama sekali.

Lalu pada tahun 1594, untuk meyakinkan roh Pilatus sudah pergi, di pinggir danau digalilah lobang untuk mengeringkan air danau itu. Barulah gangguan arwah Pilatus itu tidak terjadi lagi, hingga 400 tahun kemudian, hingga tahun 1980, galian itu sudah ditutup kembali, sehingga danau Pilatus itu menjadi ada lagi hingga sekarang. Dan kawasan Pilatus sekarang sudah “disulap” menjadi tujuan wisata domestik bahkan manca negara, sebuah wisata pegunungan yang sudah dikenal di seluruh penjuru dunia. Dan mereka yakin bahwa roh Pilatus sudah tenang di alamnya, rest in peace.

Pesan moral dari cerita ini adalah :

Janganlah kita sampai seperti seorang Pilatus, yang menghukum orang yang tidak bersalah, jangan kita menjadi orang yang menjalimi orang lain, dengan tangan kita yang gagah perkasa, uang, kekuasaan dan pengaruh. Karena keadilan itu hanya Tuhan yang berhak mengadili, janganlah kita jadi seorang Pilatus di abad modern ini.

Demikianlah, cerita legenda Pilatus ini disadur dari sumbernya, tentu penyadurannya bisa tidak sempurna, semoga berkenan 😁



Sungai Rhone melalui Swiss dan Francis








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Musim Semi Rasa Winter di Dolomites

Dari keindahan alam, laut mediterania hingga bangunan-bangunan kuno peninggalan sejarah, Italia memang merupakan salah satu negara te...