LIVE IS AN ADVENTURE

I think by traveling you can better appreciate yourself and the different cultures of the world... Enjoy life all around the world. To share with many people with different way of living. To love. To dance with the birds and sing with the wind....

Travelling brings color to my life. I'm travelling for the joy...
"...there is a difference between knowing the path and walking the path" - Morpheus

I am not good at writing but I want to share the adventure in my journey, but I have a lot of photo trips. Let the pictures are going to tell you about this trip ;)

Not only for the destinations, but it's about the journeys...
when you are traveling the time should be yours.

Some in my blog is using Indonesian, If you do not understand Indonesian you can use "Google Translate" at the top left of this blog. I hope this blog can be useful ...


DILARANG MENGAMBIL atau COPY PHOTO-PHOTO DALAM BLOG INI TANPA IJIN!

Kamis, 09 Agustus 2012

Ranu Kumbolo Surga di Bawah Puncak Mahameru




Danau Ranu Kumbolo adalah satu dari beberapa danau yang ada di gunung Semeru yang berada di kawasan jalur pendakian menuju Gunung Semeru Mahameru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur - Indonesia. Karena keindahan alamnya sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi pendaki selain Gunung Semeru dan sebagai lokasi base camp para pendaki sekedar melepas lelah. Tidak mengherankan, kalau spot ini jadi sangat populer. Bahkan menjadi salah satu tujuan utama selain Puncak Mahameru itu sendiri. Dan bagi saya pribadi, mengunjungi telaga yang terletak di lereng gunung paling tinggi di tanah Jawa in adalah impian saya sejak lama.




Dibutuhkan fisik yang prima untuk bisa mencapai danau yang letaknya di lereng Gunung Semeru ini. Bahkan, di tempat itu terdapat plakat para pendaki gunung yang meninggal dunia karena kondisi fisiknya tak cukup kuat melanjutkan pendakian. Udara di danau ini juga cukup dingin sehingga kita perlu membawa peralatan yang bisa melindungi diri kita dari kedinginan. Jika Anda berjiwa petualang dan suka mendaki, Ranu Kumbolo adalah salah satu tujuan wisata yang patut Anda coba.




Gunung Bromo yang dengan gagah berdiri akan mengiringi diawal perjalanan, kompak dengan semilir angin dingin yang lembut meniup wajah di sepanjang perjalanan menuju Ranu Kumbolo. Ada dua jalur utama yang bisa kamu pilih untuk menuju Ranu Kumbolo : dari Probolinggo atau Lumajang hingga tiba di pos Ranu Pani/Ranu Pane di kaki gunung Semeru.

Kami empat sekawanan penyuka petualangan yang ingin menikmati kedahsyatan landscape Ranu Kumbolo yang bukan hanya indah, namun juga eksotis. Ranu Kumbolo bisa dikatakan sebagai ikon Gunung Semeru. Telaga jernih yang terlihat berwarna hijau kebiruan ini, memang punya daya pikat tersendiri bagi para petualangan. Berikut cerita pengalaman kami bermalam di Ranu Kumbolo.




Hari pertama:

Petualangan Ranu Kumbolo ini kami lalui pada pertengahan bulan Juli lalu, saat setelah menikmati keindahan sunrise Gunung Bromo dari gardu pandang Gunung Penanjakan. Melewati Bukit Teletabis biasanya beberapa orang menyebutnya begitu untuk tempat ini. Kali ini mempunyai kesempatan melihat tempat ini dari atas gardu pandang. Ranu Kumbolo berada di ketinggian 2400 mdpl sekaligus menjadi danau tertinggi di pulau Jawa. Pendakian menuju danau Ranu Kumbolo dimulai dari desa Ranu Pane.


Bukit Teletabis Bromo



Kami berangkat melalui Lumajang menuju pos Ranu Pane di desa terakhir di kaki Semeru desa Ranu Pane di Kecamatan Senduro. Ranu Pane merupakan sebuah desa yang terletak di lereng Semeru; sekaligus menjadi gate awal pendakian. Desa ini berada di ketinggian 2100 mdpl. Berdasarkan plakat kayu yang berdiri menancap kokoh di sebuah sudut desa, suhu di desa Ranu Pane bisa mencapai hingga -4 derajat celcius. Sangat dingin. Untung saja kami tiba di desa Ranu Pane sudah pagi menjelang siang, jadi terbebaskan dari angin dingin Ranu Pane! Di depan pos perizinan, ada telaga. Namanya telaga Ranu Pane. Inilah yang (barangkali) mengilhami penamaan desa dengan sebutan Ranu Pane. O iya, di desa ini sinyal GSM sudah 'menghilang', jadi jangan berharap untuk check-in atau update status atau memberi kabar ke orang-orang dekat anda yaa... hehehe.


Gunung Semeru mengintip dari kejauhan




Dan perlu diketahui bahwa pendaki harus melakukan regristrasi dahulu sebelum mendaki. Di sini terdapat pos pemeriksaan dan disinilah kita harus melakukan perijinan untuk melakukan pendakian. Hal ini dimaksudkan untuk keamanan dan juga tindakan penyelamatan jika terjadi sesuatu terhadap pendaki pada waktu di perjalanan. Adapun dokumen yang diperlukan sebelum mendaki adalah sebagai berikut: fotokopi KTP (2 lembar) dan surat keterangan sehat dari dokter, kalau lupa... kita bisa membuat surat dokter di senduro sebelum berangkat ke Ranu Pani. Nah, ada cerita mengenai perijinan mendaki ini pemirsah! kami tidak membawa surat keterangan sehat dari dokter... yaa... kami memang salah, sebelum berangkat kami tidak mencari tahu sebelumnya bahwa diwajibkan untuk membawa surat itu. Tapi mosok mesti balik lagi sih... adoooh. Setelah lama memohon pada jagawana yang saat itu menjaga pos untuk memberikan ijin, datang seorang laki-laki yang baik hati, sepertinya dia pengawas di pos itu. Kami bercerita pada bapak itu akan keinginan kami untuk petualangan ke Ranu Kumbolo dan kami bilang juga bahwa kami dalam kondisi sehat dan kami juga pecinta alam yang sempat mendaki Rinjani dan beberapa gunung yang lainnya sambil memasang wajah memelas dan memohon pada dia.... hehehe... dan akhirnya dia memberikan ijin dengan syarat kami mesti membuat surat pernyataan bahwa kami dalam kondisi sehat dan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada kondisi kesehatan kami. woohoooo.... akhirnya bisa! Kemudian bapak penjaga yang baik hati itu juga membantu kami untuk mencarikan 2 orang porter, akhirnya dapat yaitu dengan tarif 100 ribu/porter/hari. Porter kami yang menjadi guide dalam pendakian ini dan membawa carriel serta perbekalan kami.




Sebelum berangkat kami makan siang dulu di warung rawon dekat pos.... hmm enak dan murah! akhirnya kami membungkus 5 rawon + nasi untuk makan malam kami di Ranu Kumbolo.... aaagh tidak masalah deh makan 2 kali dengan menu yang sama hehehe. Setelah beres-beres dan bersih-bersih kami berangkat. Petualangan pun dimulai. Sekitar jam 01.00 siang kami memulai perjalanan. Untuk mencapai Ranu Kumbolo, pendakian berjalan menyusuri jalan setapak selama kurang lebih 4 - 5 jam dari pos pendaftaran Ranu Pani yang akan menguras stamina. Dinas Perhutani setempat menyediakan pos-pos peristirahatan yang terdiri dari pos 1 sampai dengan pos 4.


Edelweis Ranu Kumbolo




Jalur awal berupa jalanan aspal sejauh 1 km melewati perkebunan suku Tengger. Setelah sampai di gapura “selamat datang”, perhatikan terus ke kiri ke arah bukit, jangan mengikuti jalanan yang lebar ke arah kebun penduduk. Setelah melewati jalan ini, pendakian mulai menemui tantangannya dengan trek tanjakan. Tanjakan pertama menuju Ranu Kumbolo berjarak 1 km, ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit jalan santai. Setelah itu kita akan menyisir pinggiran bukit yang sudah terlihat jalurnya. Panorama di titik ini didominasi oleh pepohonan rimbun khas hutan hujan tropis.





Selama perjalanan lumayan banyak bertemu para pejalan kaki lainnya yang naik ataupun turun. Menyenangkan memang ketika saling bertatap muka saling berbagi senyum walau keringantan dan ngos-ngosan, saling berbagi salam selamat siang atau memberi semangat. Tidak hanya pria, juga wanita. Tidak hanya yang kurus tapi juga yang 'tidak kurus'. Tidak hanya yang muda tapi juga yang 'tidak muda' dapat ditemui di jalan setapak menuju Ranu Kumbolo.


Napas saya makin memburu tak beraturan. Lutut mulai nyeri. Rute jalan pun makin menanjak naik. Di beberapa sudut bahkan, banyak potongan pohon yang membujur di tengah jalanan setapak. Tak jarang pula, lubang-lubang menganga seolah menjadi perintang laju kami. Tetapi, kami tak pernah berkecil hati. Jelang waktu senja… Kami sudah berada di pos 3. Setelah pos ketiga, perjalanan menanjak lagi dengan tingkat kemiringan yang jauh lebih curam ketimbang tanjakan yang pertama tadi. Kabar baiknya, ini adalah tanjakan terakhir sebelum akhirnya melihat keindahan danau Ranu Kumbolo. Tapi sebelum naik ke tanjakan tersebut, istirahat sebentar sambil ngemil coklat dan mengatur nafas. Katanya, saat istirahat sebaiknya jangan duduk, tapi tetap berdiri atau senderan di pohon. Kalau langsung duduk dikhawatirkan badan akan berada di state santai dan membuat terasa berat saat harus jalan lagi. Tapi saya sudah tak tahan lagi, langsung aja nyelongsor di batu atau rerumputan... hihihi. Dan dari Pos-4 kita sudah disapa papan selamat datang… “Selamat Datang di Ranu Kumbolo, Surganya Gunung Semeru




Pos 4 memang pos terakhir untuk sampai ke Ranu Kumbolo, tapi bukan berarti perjalanan ini sudah berakhir. Masih harus melakukan perjalanan lagi sekitar 20-30 menit untuk sampai di lokasi berkemah, yang sudah dapat dilihat kecil di ujung tengah danau ini. Untuk sampai kesana perlu jalan memutar menurun dan menajak. Dan akhirnya sampai ke titik ini. Tempat istirahat dan bermalam dan menikmati hidup tanpa listri, sinyal dan WC.

Ranu kumbolo, sebuah lukisan alam yang begitu sempurna. Sebuah danau yang dikelilingi lembahan terjal yang gersang, dengan tanjakan cinta-nya yang membuat galau. Dibalik itu semua, tempat ini adalah salah satu tempat yang membuat kita bersyukur, membuat kita tersenyum, membuat kita lebih menghargai hidup ini. Panorama Ranu Kumbolo seketika membuat kelelahanku sepanjang perjalanan terbayar sudah. Alamnya yang hijau berpadu apik dengan segarnya udara Ranu Kumbolo.




Di sini tidak diperbolehkan untuk membuat api unggun, tidak boleh mandi di danau atau kegiatan cuci muka dan sikat gigi yang memungkinkan sabun dan pasta gigi dibuang ke danau. Dan artinya juga tidak boleh mencuci di danau. Yang dapat dilakukan adalah cuci muka dan wudhu tanpa sabun. Air yang segar, dingin dan jernih, kadang akan terlihat ikan-ikan kecil di air sekitar kita.





Suasana danau ketika kabut mulai turun di waktu sore hari dipadu dengan air danau sungguh pemandangan yang tak bisa terucapkan. Senja semakin larut, kami pun bermalam di rumah pos yang berada di dekat danau, untung saja rumah itu tidak penuh karena rombongan pendaki semalam baru berangkat muncak, akhirnya kami bisa bermalam disitu. Suasana saat itu semakin dingin bersamaan tidurnya sang surya.  O iya, jangan lupa mempersiapkan peralatan-peralatan seperti, baju tebal/jaket, terutama yang tahan air, juga kaos kaki dan kaos tangan, kupluk/penutup kepala dan telinga, sleeping bag dan juga tenda yang tahan angin. Setelah makan malam kami sempat ngobrol sebentar, menceritakan pengalaman seru tadi siang dan tidak lama kami pun beristirahat untuk berusaha tidur karena besok pagi kami ingin melihat sunrise Ranu Kumbolo yang terkenal akan keindahannya.


Hari kedua:

Akhirnya saya terbangun,  ntah karena kedinginan atau karena suara  bisikan dari beberapa orang pendaki yang saat itu bermalam di pondokan itu juga bersama kami. Saya langsung melihat jam, ternyata masih pukul 04.30 pagi. Mau bangun pun masih gelap dan teman-teman yang lain pun masih terlelap... akhirnya saya membungkus diri ini kembali dengan sleepingbag.

Di pagi hari, matahari terbit di antara dua bukit yang menjadi benteng dari telaga air. Pagi hari sebelum matahari bersinar memang terasa dingin. Namun, begitu matahari sudah terbit terlihat kombinasi antara kabut, sinar matahari dan telaga itu sendiri. Udara sangat dingin mungkin mencapai 0 derajat celcius, namun hal ini tidak menjadikan kami putus asa justru menjadi daya tarik tersendiri karena di lokasi inilah kita dapat merasakan kenyamanan dan ketentraman dari hiruk pikuk keramain metropolitan. Sunrise yang muncul dari sela sela bukit seakan menghipnotis mata ini untuk tidak sekedip pun untuk berpaling dari sang surya. Kehidupan pagi yang dimulai dengan cara yang sangat indah. This is something that you didn’t see everyday. 





An early morning walk in around Ranu Kumbolo to watch the sun slowly rise from behind the mountain and over the lake. Explore Ranu Kumbolo is renowned for its relaxed, cool climate and laid back ambience.... making it a blissful spot for a tropical adventure.

Taking time out to appreciate a beautiful sunrise...




Ada keunikan tersendiri dibalik indahnya Ranu Kumbolo, yaitu ketika matahari mulai terbit di antara dua buah bukit hijau yang muncul perlahan dan membuat perhatian mata kita tidak bisa menolak untuk menikmatinya. Sinar matahari yang menyembul di balik bukit akan serta merta menyinari permukaan danau dan merefleksikan pemandangan yang indah. Setelah puas mengabadikan sunrise, berjalanlah berkeliling danau. Melihat keindahan pemandangan Ranu Kumbolo dari Tanjakan Cinta, padang rumput Oro-oro Ombo dan puncak Mahameru yang mengintip dibalik pegunungan.







** Tanjakan Cinta

Disekitar Ranu Kumbolo terdapat beberapa tempat lain yang bisa memberikan kenangan yang berkesan, seperti Tanjakan Cinta. Ada yang bilang disebut Tanjakan Cinta karena bentuk tanjakannya yang seperti amor. Memang tanjakan yang panjang dan sensasi yang berbeda dengan trek-trek sebelumnya yang telah kami lewati. Tanjakan ini wajib dinaiki karena beberapa alasan. Alasan yang pertama adalah karena saat berada di atas tanjakan ini kita akan dapat melihat kembali keindahan Ranu Kumbolo dari sisi yang berbeda. Dan dari tanjakannya ini kita juga dapat melihat puncak Mahameru yang malu-malu mengintip dan bersembunyi diantara pengunungan lainnya.








** Oro Oro Ombo

Setelah melewati tanjakan ini maka terdapat jalan menurun menuju Oro Oro Ombo yang sering disebut banyak orang sebagai landang lavender. Mungkin karena bunga tanaman yang berwarna ungu seperti halnya bunga lavender.Tapi sayang, pada saat kami kesana bunganya tidak ada, apa mungkin tidak pada musimnya yaaa...


Oro - oro Ombo, Semeru

Dari atas Tanjakan Cinta, untuk bertemu padang ungu ini dapat melewati jalan yang langsung menurun seperti Tanjakan Cinta, lebih pendek dan lebih singkat. Atau dapat juga melewat jalan yang lebih landai dan menyusuri sisi bukit di gambar ini. Dari sini dapat dilihat hutan yang disebut Cemoro Kandang.

Setelah sarapan pagi, kami bersiap-siap kembali untuk pulang. Dan rute pulang kami melalui Ayek Ayek. Lembah rerumputan yang cantik, dimana kabut turun pelan menyapa siapa saja yang berjalan di lembah ini. Rute ini lebih cepat dari jalur konvensional karena jalur ini adalah jalur terobosan yang menembus bukit. Namun untuk melewati jalur ini diperlukan energy yang ekstra karena kita akan menaiki bukit yang lumayan tinggi dan menuruninya.









Biarpun kesannya lama, tapi kami tidak bosan memandang indahnya alam sekitar. Sepanjang perjalanan, mata kami dimanjakan dengan sejuta landscape alam natural khas Semeru. Pepohonan akasia, pinus, dan cemara gunung, bertumbuhan di segala sudut perbukitan. Bunga-bunga liar dengan berbagai jenis dan warna-warni yang cantik, turut membangkitkan semangat perjalanan. Belum lagi, bebukitan hijau yang menjadi satu gugus pegunungan di kawasan Semeru, seolah melengkapi rasa cinta kami pada alam. Ilalang dan vegetasi semak belukar juga subur menghijau. Celotehan burung yang beterbangan di antara dahan-dahan pohon di hutan turut meramaikan suasana dan hembusan angin yang datang silih berganti pun makin membuat suasana makin menyenangkan. Nun jauh di sana, lautan awan bergumul menjadi satu, bagaikan kapas putih bersih. Dan, kami pun serasa berjalan di atas awan. Saat itulah, perasaan cinta kami pada alam semakin membuncah. cieleh..

Pemandangan yang kita bisa nikmati disaat turun gunung 😍 









Eits, jangan sampai kamu membuang sampah-sampah mu di sini, kawan! Sebaiknya sampah ditampung di plastik ataupun tempat sampah sementara yang kamu bawa bersamamu, karena kebersihan di sini adalah tanggung jawab kita bersama.

Perjalanan pulang memakan waktu lebih cepat yaitu cukup 3,5 jam lebih cepat 1 jam daripada perjalanan pergi. Meski demikian, kami sangat menikmati waktu-waktu saat kami berjalan melipir bukit. Rasa letih berjalan kami rasakan. Kedua kaki ku sudah berasa ngilu dan nyeri, rasa sakit di kedua pundak juga sudah terasa karena memanggul tas kamera yang lumayan berat, tapi semua itu seakan tak jadi soal. Lagi-lagi, ini persoalan semangat menempuh perjalanan pulang selepas menikmati keindahan sebuah telaga yang menjadi mahakarya Allah di tanah Jawa ini. Terima kasih Mahameru untuk Ranu Kumbolo-nya, nanti saya akan kembali lagi, bersama orang yang saya cintai.





JANGAN MENGAMBIL APAPUN KECUALI GAMBAR, 
JANGAN MENINGGALKAN APAPUN KECUALI JEJAK, 
JANGAN MEMBUNUH APAPUN KECUALI WAKTU. 

Selamat Berpetualang!





---** A lovely way to end the week end **---







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Musim Semi Rasa Winter di Dolomites

Dari keindahan alam, laut mediterania hingga bangunan-bangunan kuno peninggalan sejarah, Italia memang merupakan salah satu negara te...