Kami tiba di kota Salzburg sudah menjelang malam, perjalanan hampir dua jam dari Hallstatt menuju Salzburg. Kami langsung menuju penginapan yang sudah kami booking dari Jakarta dan beruntung penginapan kami berada di tengah kota. Kota ini sangat indah dengan hiasan lampu-lampu dan dekorasi natal dipenjuru kota membuat kota ini semakin fairytale!
Salzburg adalah salah satu kota di Austria yang berada di perbatasan Jerman, dengan pemandangan Pegunungan Alpen Timur. Kota ini dibelah oleh Sungai Salzach, dengan dekorasi bangunan abad pertengahan dan dari tepi sebelah kiri merupakan kota tua Altstadt, sisi sebelah kanannya merupakan bangunan-bangunan baru layaknya kota baru yaitu Neustadt.
Sebagai kota kelahiran Mozart dan saat ini rumah kelahirannya berfungsi sebagai museum yang menampilkan instrumen masa kecilnya. Salzburg juga sebagai lokasi film The Sound of Music -nya Julie Andrews. Pada inget donk, waktu jaman SD hampir tiap hari nonton film itu. Dimana suster Maria akhirnya merit dengan kapten Von Trapp yang gantengnya luar biasaaa! ..dan aku selalu ikutan nyanyi lagu-lagunya yang ok banget seperti: The Hills are alive with the sound of music, do re mi, edelweis, dll. Konon film tersebut adalah kisah nyata. Kapten Von Trapp dan suster Maria yang aslinya benar-benar ada, dan mereka kabur dari kejaran nazi dari Salzburg ke Amerika.
Menyusuri jalan-jalan sempit di pinggiran Sungai Salzach dengan berjalan kaki tidak akan menjadi lelah. Salzburg didominasi bangunan-bangunan bergaya baroque dengan kastil-kastil besar dan gereja-gereja yang megah, kami langsung menuju turis informasi.
Tapi, terus terang motivasi untuk mengunjungi Salzburg ini muncul karena keseringan melihat poto-poto yang di publish di medsos seperti Facebook dan Instagram. Bukan karena film “The Sound of Music”. Yah, memang Salzburg menjadi setting utama film tersebut, melihat bukit-bukitnya yang menghijau, sungai Salzach yang bening dan segar serta villa keluarga Von Trapp yang berada di pinggir danau dan gunung sangat menawan hati.
Dan ketika berkesempatan mengunjungi Salzburg ternyata saya malah tidak sempat ikut Tour Sound of The Music karena perjalanan di musim dingin dan waktu untuk mengexplor tidak cukup, jam lima sore saja sudah mulai gelap dan suhu udara yang dingin hingga ke tulang menjadi halangan untuk melangkah. Kalau mau dilakukan butuh waktu lebih dari sehari untuk mengunjungi tempat-tempat yang berada di luar kota sedangkan kami hanya punya waktu satu hari disini, sehingga bucket list yang sudah disusun sejak awal rencana tidak terwujud semuanya.... hmm... itu berarti ada alasan untuk kembali lagi yaa hehehe....
Dari Hallstatt menuju Salzburg sekitar satu jam lamanya perjalanan. Kami menginap di Yoho International Youth Hostel yang sudah kami booking saat masih di Jakarta, penginapan ini terletak dipusat kota Salzburg, kamar yang bersih, tenang dan untuk breakfast walau harus membayar ekstra €4 tetapi menu pilihannya cukup lengkap dan banyak.
Sebagai kota kelahiran Mozart dan saat ini rumah kelahirannya berfungsi sebagai museum yang menampilkan instrumen masa kecilnya. Salzburg juga sebagai lokasi film The Sound of Music -nya Julie Andrews. Pada inget donk, waktu jaman SD hampir tiap hari nonton film itu. Dimana suster Maria akhirnya merit dengan kapten Von Trapp yang gantengnya luar biasaaa! ..dan aku selalu ikutan nyanyi lagu-lagunya yang ok banget seperti: The Hills are alive with the sound of music, do re mi, edelweis, dll. Konon film tersebut adalah kisah nyata. Kapten Von Trapp dan suster Maria yang aslinya benar-benar ada, dan mereka kabur dari kejaran nazi dari Salzburg ke Amerika.
Menyusuri jalan-jalan sempit di pinggiran Sungai Salzach dengan berjalan kaki tidak akan menjadi lelah. Salzburg didominasi bangunan-bangunan bergaya baroque dengan kastil-kastil besar dan gereja-gereja yang megah, kami langsung menuju turis informasi.
Tapi, terus terang motivasi untuk mengunjungi Salzburg ini muncul karena keseringan melihat poto-poto yang di publish di medsos seperti Facebook dan Instagram. Bukan karena film “The Sound of Music”. Yah, memang Salzburg menjadi setting utama film tersebut, melihat bukit-bukitnya yang menghijau, sungai Salzach yang bening dan segar serta villa keluarga Von Trapp yang berada di pinggir danau dan gunung sangat menawan hati.
Dan ketika berkesempatan mengunjungi Salzburg ternyata saya malah tidak sempat ikut Tour Sound of The Music karena perjalanan di musim dingin dan waktu untuk mengexplor tidak cukup, jam lima sore saja sudah mulai gelap dan suhu udara yang dingin hingga ke tulang menjadi halangan untuk melangkah. Kalau mau dilakukan butuh waktu lebih dari sehari untuk mengunjungi tempat-tempat yang berada di luar kota sedangkan kami hanya punya waktu satu hari disini, sehingga bucket list yang sudah disusun sejak awal rencana tidak terwujud semuanya.... hmm... itu berarti ada alasan untuk kembali lagi yaa hehehe....
Dari Hallstatt menuju Salzburg sekitar satu jam lamanya perjalanan. Kami menginap di Yoho International Youth Hostel yang sudah kami booking saat masih di Jakarta, penginapan ini terletak dipusat kota Salzburg, kamar yang bersih, tenang dan untuk breakfast walau harus membayar ekstra €4 tetapi menu pilihannya cukup lengkap dan banyak.
Sang surya belum saja terlihat tapi jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi saat itu, setelah sarapan pagi kami memulai petualangan. Kami masih diantar uncle Jerry hingga alun-alun kota Salzburg. Di Mozartplatz ini ditandai dengan sebuah monumen berupa patung Mozart. Tepat ditengah alun-alun berdiri monument Mozart dan ada buket bunga didepannya.
Dikeliling oleh taman bunga, patung di tengah-tengah pelataran ini tak pernah sepi kunjungan turis untuk berfoto disana. Ya, rasanya memang tak lengkap jika ke Salzburg tapi tidak berfoto dengan patung Mozart sebagai sosok ikon kota, saya pun tak ketinggalan langsung mengabadikan didepan monument tersebut..
^_^
Monument Mozart yang berada ditengah alun-alun kota Salzburg |
Kota Salzburg diawal bulan Desember sudah dihiasi dengan dekorasi natal lampu-lampu berwarna-warni dan disepanjang kaki melangkah sayub-sayub terdengar lagu natal serta ada juga pertunjukkan natal di area Christmas-mart yang berada di alun-alun kota menjual berbagai makanan lokal, berbagai macam dekorasi natal hingga pertunjukkan hiburan bertema natal, semua sangat mengagumkan.
dengan harga €24 for oneday tour |
Untuk menjelajah kota Salzburg, kami membeli Salzburg Card untuk 24 jam. Kami membeli secara online melalui Viator dengan harga €24. Sesampai di alun-alun Old Town Salzburg, kami langsung menukar voucher Salzburg Card yang dikirim melalui email di konter tourist information dengan kartu-nya. Untuk gampangnya menemukan letak tourist information cari saja tanda
seru " ! " (bentuk lingkaran) disekitar area ruko alun-alun kota. Fungsi dan keuntungannya telah kami baca lewat google sebelumnya karna Salzburg Card banyak sekali keuntungan selain dapat digunakan untuk transportasi umum secara gratis dan juga tersebar tiket-tiket masuk museum dan castle gratis didalamnya. Jangan lupa untuk meminta peta kota Salzburg karena disana tersedia peta kota secara gratis. Supaya tidak rugi, dari brosurnya saya pilih atraksi yang paling mahal (brosurnya dapat didownload disini. Akhirnya pilihan jatuh pada 5 tempat yaitu : Hohensalzburg Fortress, Mozart’s Residence, Hellbrunn Palace Sound of Music, Salzach Cruise dan Mt. Untersberg. Yang tidak saya perhitungkan disini adalah lamanya perjalanan. Diatas
kertas, saya perkirakan kami akan memulai petualangan Salzburg kurang
lebih jam 9 pagi tapi kenyataannya walaupun kita sudah berangkat pagi, kami tidak disiplin dengan waktu ternyata kami menyelesaikan satu tempat hingga tengah hari sekitar jam
11.30 siang. Jadi ada beberapa tempat seperti Hellbrunn Palace Sound of Music sudah sore akhirnya telat sudah tutup, Mt. Untersberg sore itu ternyata tidak beroperasi dan Salzach Cruise
yang tidak bisa saya kunjungi karena sudah tutup atau jadwalnya
terlewat. Jadi saran saya, bila waktumu hanya setengah hari jangan
membeli Salzburg Card. Jelajahi saja Salzburg Old Town sesuai dengan
rute walking tour yang banyak tersedia disekitar kota, atau bagi
penggemar film “The Sound of Music” bisa melakukan walking tour sendiri.
Salzburg memang tidak hanya Sound of
The Music trip saja karena beberapa tempat yang saya kunjungi disini sangat
menarik hati. Petualangan Salzburg kami mulai dari Hohensalzburg
Fortress dan Mozart’s Residence kemudian Salzburg Cathedral dan selanjutnya menjelajahi old town. Semua rute diatas saya tempuh dengan berjalan kaki karna masih dalam satu area berdekatan padahal kami bisa menggunakan StadtBus yang biayanya gratis karena mempunyai Salzburg Card untuk menjelajah kota Salzburg.
1. Hohensalzburg
Fortress
Fortress Hohensalzburg yang berada di desa Mönchsberg, kastil ini dibangun di atas bukit distrik bersejarah Baroque.
Merupakan astil terbesar yang dirawat sepenuhnya dan merupakan lambang
kota Salzburg tentu saja ini menjadi daya tarik jutaan wisatawan ke
"Kota Mozart" setiap tahun-nya. Kota kecil yang terletak di perbatasan
negara Austria dan Jerman.
Oleh karena letaknya yang strategis, kota ini biasanya termasuk dalam
salah satu tujuan wisata bagi para turis yang mengunjungi kota Munich, Jerman Selatan.
Tujuan pertama kami adalah Hohensalzburg
Fortress. Tidak mau waktu habis begitu
saja kami langsung menuju castle Hohensalzburg. Alun-alun kota Kapitelplatz, siapa saja yang punya tujuan ke arah Hohensalzburg
Fortress
pasti melewati alun-alun ini.
Hohensalzburg Fortress dari alun-alun kota Salzburg
Fortress Hohensalzburg sangat eye-catcher! Dari kejauhan kita bisa melihat bangunan ini. Letaknya yang berada dipuncak bukit bagai di atas menara barok kota, yang menjadi tujuan utama bagi
para wisatawan saat berkunjung ke Salzburg. Hohensalzburg merupakan benteng bertembok putih dan menurut wikipedia terbesar di
Eropa, di dalamnya juga ada gereja ordo Fransiscan, dan St Peter’s
Abby.
Benteng yang berada hanya sekitar 500 meter dari Residenzplatz dan diatas sebuah bukit setinggi 506 meter yaitu Bukit Festungsberg, kita bisa menyambangi sebuah benteng kuno yang dibangun lebih dari 600 tahun. Ya, benteng bernama Hohensalzburg ini menurut sejarahnya, awal didirikan tahun 1077 atas perintah Pangeran Gebhard von Helfenstein sebagai benteng kerajaan. Namun baru selesai pembangunannya di tahun 1681. Pembangunannya yang luar biasa lama ini membuat benteng ini sering disebut sebagai Benteng Abadi.
Berwarna putih keabuan menjadikan benteng ini semakin mecolok di atas ketinggian bukit. Saat malam haripun, benteng ini dihiasi dnegan lampu kuning keemasan sehingga juga menarik perhatian.
Berwarna putih keabuan menjadikan benteng ini semakin mecolok di atas ketinggian bukit. Saat malam haripun, benteng ini dihiasi dnegan lampu kuning keemasan sehingga juga menarik perhatian.
Sphaera yang berada di alun-alun kota Salzburg |
Terasa sangat luas seperti juga
Residenplatz, alun-alun ini dikelilingi oleh beberapa bangunan
penting
antara lain Dompropstei (kantor katedral) dan Erzbischolfliches Palace
yang menjadi tempat kediaman resmi para Archbishop Salzburg. Selain itu
di alun-alun ini juga terdapat patung pria sedang berdiri di bola emas.
Patung ini bernama “Sphaera” karya Stephen Balkenhol yang merupakan
bagian dari Art Project dari Salzburg Foundation. Rencananya patung ini
akan dipasang selama 10 tahun sebelum diganti dengan Art Project yang
lain. Nah dari alun-alun old town
kita mulai perjalanan menyusuri bukit, jalannya mudah dan terarah, jadi gak
usah bingung.
Untuk bisa naik ke atas bukit, pengunjung bisa memilih dua cara. Pertama dengan berjalan kaki alias mendaki yang hanya memakan waktu sekitar 15-20 menit. Atau dengan naik funicular atau kereta atau Festungsbahn Cable car. Hingga kita menemukan sebuah jalan kecil yang mengarah pada Festungbahn, sebuah kereta api (Funicular Railway) yang digunakan untuk mengangkut pengunjung menuju Hohensalzburg Fortress. Mungkin naik fenicular ini menjadi pilihan paling nyaman, apalagi tiketnya sudah termasuk tiket masuk benteng.
Untuk bisa naik ke atas bukit, pengunjung bisa memilih dua cara. Pertama dengan berjalan kaki alias mendaki yang hanya memakan waktu sekitar 15-20 menit. Atau dengan naik funicular atau kereta atau Festungsbahn Cable car. Hingga kita menemukan sebuah jalan kecil yang mengarah pada Festungbahn, sebuah kereta api (Funicular Railway) yang digunakan untuk mengangkut pengunjung menuju Hohensalzburg Fortress. Mungkin naik fenicular ini menjadi pilihan paling nyaman, apalagi tiketnya sudah termasuk tiket masuk benteng.
Dengan Salzburg Card tiket masuk juga termasuk cable car ini gratis, bila tidak tiketnya €15.2 untuk naik dan turun bagi
perjalanan kurang dari satu menit dan sudah termasuk audio guide yang tersedia dalam 11 bahasa yang siap menjadi pemandu. Jadwal bukanya sendiri yaitu setiap hari dari antara jam 9 pagi sampai 5 sore. Jadwalnya memang tidak menentu tergantung bulan atau musim apa yang tengah berlangsung.
Walaupun penampakan keretanya sangat modern, jalur kereta ini sebenarnya sudah dibuka dari abad ke 18. Sejak itu terjadi beberapa perbaikan dan penggantian kereta. Yang terakhir adalah kereta dari tahun 2011 yang dapat memuat 55 orang sekali jalan. Uniknya, karena namanya Funicular Railway (kereta khusus untuk tanjakan dan pendakian) maka tempat duduknya tidak sama rata tapi bertingkat dan mampu mendaki tanjakan dengan kemiringan 62%. hebat bukan?! ^_^
Walaupun penampakan keretanya sangat modern, jalur kereta ini sebenarnya sudah dibuka dari abad ke 18. Sejak itu terjadi beberapa perbaikan dan penggantian kereta. Yang terakhir adalah kereta dari tahun 2011 yang dapat memuat 55 orang sekali jalan. Uniknya, karena namanya Funicular Railway (kereta khusus untuk tanjakan dan pendakian) maka tempat duduknya tidak sama rata tapi bertingkat dan mampu mendaki tanjakan dengan kemiringan 62%. hebat bukan?! ^_^
Pemandangan dari atas kastil sangat indah, kita bisa melihat sekitar kota Salzburg yang terbelah dua oleh sungai Salzach...
hamparan kota sedikit redup oleh kabut di musim dingin tapi tidak
menghilangkan keindahan yang terhampar memanjakan mata, tapi kami tidak
bisa berlama-lama karna udara dingin dan penjaga kastil pun menggiring
tamu untuk kembali kedalam kastil. Dari bukit itulah pemandangan menakjubkan akan bisa
dinikmati. Ikuti jalannya sampe nanti akan turun sendiri di sebuah old
town.
Karena berada di atas bukit, maka pula pengunjung bisa melihat keindahan kota Salzburg dari berbagai arah mata angin.
Karena berada di atas bukit, maka pula pengunjung bisa melihat keindahan kota Salzburg dari berbagai arah mata angin.
Hohensalzburg
Fortress
awalnya bangunan sebuah kastil dengan pagar dari kayu.
Seiring dengan pergolakan situasi yaitu perselisihan antara Pope dan Emperor,
Hungarian War, Napoleon War, lama kelamaan fungsinya berubah menjadi
benteng karena setiap Archbishop yang berkuasa di Salzburg menambahkan
dan memperkuat kastil ini. Dari beberapa serangan hanya sekali benteng
ini kalah dan menyerah tanpa perjuangan di tangan Perancis. Sejak itu
fungsinya berubah-ubah menjadi barak, penjara dan tempat penyimpanan
sampai akhirnya berubah fungsi menjadi museum dan destinasi paling
diminati di Salzburg. Museum-museum tersebut antara lain: Fortress
Museum, Rainer Regiment Museum dan Marionette Museum.
Goa Cinta berada di Hohensalzburg Fortress |
2. Mozarts Geburtshaus
Kemudian Mozarts Geburtshaus
yang merupakan rumah tempat kelahiran Mozart. Sebenarnya ada dua museum
tentang Mozart di kota ini. Satu lagi bernama Mozart Wohnhaus atau
tempat kediaman Mozart (Mozart Residence) yang letaknya dekat dengan
Mirabell Garden. Nah yang saya kunjungi ini adalah rumah kelahirannya
(Mozart Birthplace). Tiket masuk museum ini E 10 atau gratis bila
menggunakan Salzburg Card. Di dalam gedung bertingkat tiga ini disimpan
koleksi-koleksi pribadi keluarga Mozart mulai dari peralatan rumah
tangga sampai alat musik yang dimilikinya saat kanak-kanak.
Dari Mozartplatz kami menuju Salzburg Museum dan Residenzplatz
yang masih dalam lingkungan alun-alun itu juga. Museum yang masuk dalam jajaran museum terbaik di Eropa tahun 2009 ini
memaparkan tentang sejarah, seni dan budaya Salzburg. Persis di depan
Salzburg Museum terdapat Residenzplatz, satu dari 3 alun-alun penting di
Salzburg. Berbeda dengan Mozartplatz, alun-alun ini sangat luas dengan
kolam air mancur menjadi pusat utamanya. Air mancurnya sendiri terdiri
dari 4 patung kuda yang menyemburkan air dan tercatat sebagai air mancur
baroq terbesar diluar Itali. Patung ini juga muncul di film The Sound
of Music saat Maria menyanyikan lagu “I Have Confidence in Me”. Saat itu disekitar Residenzplatz digelar pasar natal di seputar alun-alun, dengan dekorasi dan lampu-lampu natal menambah keindahan suasana terdengar sayup-sayup lagu natal disekitar alun-alun.
Tidak hanya itu, kita dapat menemukan banyak sekali oleh-oleh khas
Salzburg yang membawa nama Mozart seperti Mozart Kugeln (coklat bola dengan bungkusan bergambar Mozart dengan berbagai rasa), Mozart Liquor
(seperti minuman coklat dengan kemasan botol yang cantik) dan lainnya dengan tema Mozart. Kalian juga dapat menemukan restoran yang mengusung tema
musik klasik - dimana kalian dapat menggunakan pakaian dari jaman Mozart
dan berdansa bersama sambil menikmati makanan khas Salzburg. To sum up, kalian dapat menemukan apa saja yang berkaitan dengan Mozart dan juga musik klasik di kota ini!
3. Salzburg Cathedral
Selanjutnya Salzburg Cathedral, kami mengunjungi katedral dan melihat interiornya yang tua dan klasik. Salzburg Cathedral berada persis di sisi Selatan Residenzplatz. Gereja katolik roma yang didedikasikan untuk Saint Rupert dan Saint Vergilius ini memiliki arsitektur bergaya Baroque. Sebagai gereja terpenting di Salzburg, katedral yang dibangun pada abad ke 7 ini mengalami berbagai pembangunan ulang dan renovasi. Cikal bakal bangunan gereja sendiri berasal dari gereja yang dibuat oleh Saint Rupert di tahun 774. Namun sempat terjadi kebakaran dan sempat pula dibangun ulang tahun 1181. Pembangunan ulang secara total seperti kondisi saat ini sendiri baru dilakukan pada abad ke 17 tepatnya tahun 1614 sampai 1628, dibawah perintah Pangeran Wolf Dietrich Raitenau.
Beberapa hal menarik di tempat ini antara lain pancuran tempat Mozart dibaptis serta organ besar yang dihiasi patung-patung malaikat kecil tempat Mozart sebagai organis gereja menciptakan beberapa musik klasik untuk Salzburg. Terdapat juga dua menara dikedua sudutnya. Menara ini memiliki kubah kecil dibagian atasnya berwarna hijau toska. Jika dilihat dari samping, maka akan tampak juga sebuah kubah besar berwarna hijau toska disisi Timur bangunan. Dari Salzburg Cathedral kami berjalan terus melewati Kapitel Platz.
dekorasi detail langit-langit Cathedral |
Lukisan-lukisan yang menghiasi Cathedral |
suasana di dalam Salzburg Cathedral |
Maunya sih ikutan naik Salzach Cruise ini tapi apa
daya kami terlalu terlambat dan ketinggalan jam pemberangkatan yang
paling akhir. Bagi pemegang Sazburg Card, Salzach Cruise menawarkan
pelayaran gratis selama 40 menit membelah sungai Salzach untuk menikmati
keindahan kota Salzburg dari atas sungai. Bila tidak memiliki Salzburg
Card, maka untuk menikmati fasilitas ini kita harus membayar E15. Untuk pemegang
Salzburg Card karena gratis.
Pemandangannya yang indah. Saat itu sore
sangat cerah jadi kejernihan sungal Salzach dipadu birunya langit dan
hijaunya perbukitan yang melatar belakangi bangunan – bangunan kuno
membuat suasana Eropanya jadi semakin terasa. Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore, kami berjalan kaki hingga sampai old town ngopi dan jajan makanan seperti pretzel yang masih hangat from oven, banyak dijual disekitar bazar Christmas mart di alun-alun sambil nunggu
dijemput oleh uncle Jerry buat selanjutnya menuju Salzbergwerk Salt Mine.
4. Salzbergwerk Salt Mine
Hari sudah sore menunjukkan waktu jam 16.00 kami langsung menuju Salzbergwerk Salt Mine adalah museum tambang garam yang berada diatas gunung dan dibawah tanah. Dengan kereta tambang kita menelusuri goa garam. Di dalamnya kita bisa melihat sejarah penambang garam yang bekerja memproduksi garam, dan tidak lupa menikmati perosotan kayu tanpa pegangan panjangnya sekitar 64 m yang berada di dalam goa. Jangan lupa berpose cantik saat perosotan, karna anda akan dipoto dan tentu saja untuk menebus potonya lumayan mahal yaa.... Selain itu didalam kita bisa melihat film yang menceritakan sejarah pertambangan garam ini. Seru tapi sedikit spooky dengan suasana temaram dan sedikit dingin dan lembab didalam lorong belum lagi kita bisa berjumpa dengan memorial tentang penambang yang tewas saat bekerja pada saat itu.
4. Salzbergwerk Salt Mine
Hari sudah sore menunjukkan waktu jam 16.00 kami langsung menuju Salzbergwerk Salt Mine adalah museum tambang garam yang berada diatas gunung dan dibawah tanah. Dengan kereta tambang kita menelusuri goa garam. Di dalamnya kita bisa melihat sejarah penambang garam yang bekerja memproduksi garam, dan tidak lupa menikmati perosotan kayu tanpa pegangan panjangnya sekitar 64 m yang berada di dalam goa. Jangan lupa berpose cantik saat perosotan, karna anda akan dipoto dan tentu saja untuk menebus potonya lumayan mahal yaa.... Selain itu didalam kita bisa melihat film yang menceritakan sejarah pertambangan garam ini. Seru tapi sedikit spooky dengan suasana temaram dan sedikit dingin dan lembab didalam lorong belum lagi kita bisa berjumpa dengan memorial tentang penambang yang tewas saat bekerja pada saat itu.
lorong suram bekas tambang garam |
ini bentuk perosotannya dan disamping itu potonya, seru banget pokoknya!! |
hasil tambang garam bongkahan garam berwarna merah |
Ada
sebuah danau ditengah tambang, saya menyebutnya danau karna air dikolam
itu lumayan banyak dan kami melintasi danau itu dengan kapal kayu.
langit-langit goa seperti dekat dan lembab kadang meneteskan air.
Sekitar danau diberikan lampu-lampu berwarna-warni dengan dekorasi
Chrismast dan saat diatas perahu terdengar lagu "Ein Teil von mir" yang saya tidak mengerti artinya tapi terasa indah sekali ditelinga ku.. 😊 lagu itu dinyanyikan oleh Christina Sturmer menambah syahdu suasana sepi didalam goa, musik dengan volume kuat dan bergema, mungkin efek suara musik di dalam goa, musik menjadi semarak tapi lembut suara vocalnya... saya suka sekali!
Jangan lupa mengabadikan momen sewaktu kita didalam goa melintasi perbatasan dua negara yaitu border antara Austria dan Jerman, keren kan?! didalam tanah loh...hahaha. Oh iya harga tiket masuk €26 termasuk guide dan baju anti air untuk perosotan.
Christina Sturmer - Ein Teil von mir
Jangan lupa poto di perbatasan antara negara Austria dan German di dalam tunnel!
Border antar 2 negara: German dengan Austria yang berada di dalam goa bawa tanah.
Jangan lupa mengabadikan momen sewaktu kita didalam goa melintasi perbatasan dua negara yaitu border antara Austria dan Jerman, keren kan?! didalam tanah loh...hahaha. Oh iya harga tiket masuk €26 termasuk guide dan baju anti air untuk perosotan.
Intinya di Salzburg jangan takut nyasar. Everything is oke! ;-)
Perjalanan kami selanjutnya dari Salzburg menuju Munich yang ditempuh dengan kendaraan pribadi pada jarak tempuh sekitar 2 jam lamanya. Ternyata antara Salzburg dengan Munich tidaklah jauh yaa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar