Membicarakan Korea Selatan, tidak hanya tentang penyanyi-penyanyi cantik dan tampan yang menjadi trend di negeri kita dan juga drama-drama yang melekat dihati banyak pemirsa. Korea juga mempunyai banyak tempat-tempat wisata yang indah yang berbeda dengan negeri kita karena korea memiliki empat musim yaitu semi, panas, gugur dan musim dingin. Yang masing-masing menyuguhkan suasana dan pemandangan yang berbeda yang tidak kita jumpai di negeri kita tercinta. Tujuan kali ini kami ingin menikmati pemandangan di musim gugur Mount Seorak dengan trekking dan menumpang cable car.
Perjalanan dari Seoul Station dengan Express Bus ke terminal Sokcho sekitar 2,5 jam dengan tarif 17.000 won (sekitar Rp 170.000) kemudian dilanjutkan dengan bus no. 7 dengan tarif 1.200 won (sekitar Rp12.000) selama 15 menit atau bisa juga dengan taxi yang bisa sampai tarif 9.000 won (sekitar Rp 90.000) kalau terjebak macet, turun di Seorak-dong Sogongwon atau pemberhentian terakhir, tidak jauh dari gerbang taman nasional Seoraksan.
Jam 10 pagi kami tiba di Seoraksan kami tidak langsung melakukan perjalanan tetapi mencari penginapan yang banyak tersedia disekitar arah menuju gerbang taman nasional. Nekat! ...hmm, memang kami belum mempunyai tempat bermalam, akhirnya kami mendapati guest house yang terletak masuk sedikit didalam dari jalan raya, posisi disebelah kiri menuju gerbang taman nasional. Penginapan milik keluarga, yang langsung dilayani oleh seorang ajuma yang baik hati walau tidak mengerti bahasa Inggris dia selalu berusaha mengerti akan keperluan kami. Dengan Rp 350.000/nite untuk berdua dan hanya disediakan air panas untuk menyeduh minuman dengan kamar yang bersih dan nyaman + perlengkapan mandi serta tempat tidur dan lantai yang dialiri listrik biar tidak kedinginan.
Jam 10 pagi kami tiba di Seoraksan kami tidak langsung melakukan perjalanan tetapi mencari penginapan yang banyak tersedia disekitar arah menuju gerbang taman nasional. Nekat! ...hmm, memang kami belum mempunyai tempat bermalam, akhirnya kami mendapati guest house yang terletak masuk sedikit didalam dari jalan raya, posisi disebelah kiri menuju gerbang taman nasional. Penginapan milik keluarga, yang langsung dilayani oleh seorang ajuma yang baik hati walau tidak mengerti bahasa Inggris dia selalu berusaha mengerti akan keperluan kami. Dengan Rp 350.000/nite untuk berdua dan hanya disediakan air panas untuk menyeduh minuman dengan kamar yang bersih dan nyaman + perlengkapan mandi serta tempat tidur dan lantai yang dialiri listrik biar tidak kedinginan.
Diawal bulan November 2008, saya beserta tiga temen yang lainnya semua perempuan, berkesempatan berkunjung ke Korea Selatan yang saat itu sedang memasuki musim gugur. Terbayang daun-daun yang berwarna-warni dan guguran daun-daun yang tertiup angin, mengingatkan ku dengan film “Autum in New York” yang dibintangi si tampan Richard Gere. Hmm…rasanya tak sabar lagi menunggu untuk berpetualang.
Seoraksan adalah gunung tertinggi ke tiga di Korea Selatan sekaligus taman nasional yang dijaga kelestariannya oleh pemerintah Korea selatan, yang terletak di provinsi Gangwon di bagian timur Korea Selatan dekat kota pelabuhan Sokcho. Seoraksan atau gunung Seorak yang berarti ‘gunung salju’ dimana saat musim dingin gunung ini ditutupi salju tebal hingga diatas pepohonan disela ranting-ranting menjadi putih tertutup salju seperti kapas dan saat musim gugur batu-batuan yang berada di puncak gunung berwarna putih seperti salju yang menempel.
Pesona keindahan Seoraksan tidak berhenti disitu. Saatnya melihat puncak Gwongeumseong yang spektakuler itu. Jangan khawatir jika tak pernah mendaki gunung, karena jalur pendakian sudah terbuat dari tangga dan memiliki pegangan tangan sehingga orang tua sekalipun bisa melewatinya. Sayang sekali kalau tidak mengunjungi tempat ini, kita hanya mendaki 100 m hingga 200 m saja terhampar indahnya pemandangan Seoraksan dari segala sudut pandang, sangat mengagumkan. Batu-batuan granit yang seolah disusun oleh alam menambah kesempurnaan indahnya.
Autum in Seoraksan |
Melewati pintu gerbang, terlihat hamparan taman yang luas seperti lapangan yang dikelilingi berbagai macam pohon. Luas taman nasional Seoraksan sekitar 16.365 hektar. Tidak jauh dari gerbang bagian sebelah kiri, pengunjung dapat membeli aneka souvenir khas Seoraksan dari harga 3000 won (sekitar Rp 30.000) dan juga kedai-kedai makanan pun banyak dijumpai tak lupa dengan jajanan-jajanan khasnya Korea. Kamipun tak tahan untuk mencobanya dan membawa beberapa untuk perbekalan dalam perjalanan.
Taman Seoraksan |
Sebelah kanan gerbang ada patung beruang berwarna hitam yang menyambut kedatangan kami dengan ditemani burung-burung yang hinggap di punggung patung beruang itu. Dibawahnya ada seekor tupai yang lagi sibuk mengumpulkan bunga pinus yang jatuh bertebaran. Tak heran, taman nasional Seoraksan dinobatkan UNESCO sebagai kawasan pelestarian Biosfer pada tahun 1982 karna banyak dijumpai disini berbagai jenis species langka.
Puncak Seoraksan |
Jalur trekking menuju air terjun Biryeong di saat musim gugur |
Jalur trekking menuju air terjun Biryeong di saat musim gugur. |
Kuil Sinheungsa dilihat dari atas Cable car. |
Selain mendaki puncak ada juga jalur trekking menuju air terjun Biryeong yang memakan waktu 1,5 jam. Sekitar area taman juga ada kuil umat Buddha yaitu kuil Sinheungsa dengan dihiasi patung Buddha setinggi 14,6m yang bisa dikunjungi.
Melewati lorong-lorong alam yang terbentuk dari tebing tanah berbatu disatu sisi dan pepohonan dengan ranting menjuntai ke arah tebing disisi lainnya. Suasana musim gugur yang indah membuat jalur treking menuju air terjun Biryeong cukup ramai, tidak sedikit kami jumpai berpapasan dengan beberapa pengunjung lainnya.
Penunjuk arah yang cantik di Taman Seoraksan. |
Tidak usah takut nyasar, karena disepanjang jalur treking banyak dijumpai gambar peta dan petunjuk jalan yang jelas dan gampang dimengerti walau bertuliskan hurup kanji dan juga tong-tong sampah juga banyak tersedia membuat taman ini selain indah juga bersih.
Sungai yang dihiasi batu berwarna putih. |
Air terjun Naga Biryeong. |
Suasana musim gugur yang indah membuat jalur treking menuju air terjun Biryeong cukup ramai, tidak sedikit kami jumpai berpapasan dengan beberapa pengunjung lainnya. Setibanya kami di air terjun langsung beristirahat dengan membuka perbekalan sambil duduk-duduk di batu-batu tidak jauh dari air terjun dengan menikmati indahnya suasana. Walau air terjun Biryeong tidak tinggi, tetapi pemandangan yang disuguhkan sangat indah, menurut warga sekitar bentuk air terjun Biryeong seperti tubuh ular naga yang meliukkan badannya. Gemericik aliran sungai yang dihiasi batu-batu besar berwarna kemerahan, sisi kanan dan kiri sungai dihiasi warna warni daun maple yang menjuntai ke arah air sungai, serta daun-daun yang berguguran ditiup angin menutupi air sungai. Perpaduan yang sempurna, sungguh indah sekali.
Pedagang kaki lima yang menjajakan Ginseng di Taman Seoraksan. |
Sore hari menjelang malam suasana di luar area taman nasional sangat ramai, kedai-kedai makanan banyak sekali dijumpai. Dipinggir-pinggir jalan banyak sekali pedagang yang menjual ginseng dan biji-bijian khas Korea, tidak hanya di jajakan di toko-toko tetapi juga banyak yang menjajakan di kaki lima, tinggal dipilih saja asal pintar-pintar menawar. Sekelompok orang ataupun berpasangan, bersendau gurau sambil berjalan-jalan atau yang sedang duduk-duduk santai dikedai-kedai pinggir jalan.
Suasana taman nasional Seoraksan masih ramai, tidak terasa lelah menyelusuri jalan, unik dan menyenangkan. Sore hari menjelang gelap semakin dingin dengan suhu sekitar 6 drajat celcius, maklumlah dari negeri tropis... Sebelum balik kepenginapan kami makan malam dan berbelanja sedikit cemilan untuk malam dan pagi hari.
Suasana taman nasional Seoraksan masih ramai, tidak terasa lelah menyelusuri jalan, unik dan menyenangkan. Sore hari menjelang gelap semakin dingin dengan suhu sekitar 6 drajat celcius, maklumlah dari negeri tropis... Sebelum balik kepenginapan kami makan malam dan berbelanja sedikit cemilan untuk malam dan pagi hari.
Hari kedua, setelah sarapan di kedai dekat penginapan kami pagi-pagi sekali sudah langsung bersiap menuju Taman Nasional Seoraksan. Koper sudah diturunkan dari lantai 2 karena takut telat baliknya dan juga biar ajuma juga tidak cemas menanti kami karna sudah dibilang hanya untuk menginap 1 malam saja :-)
Pintu gerbang sudah ramai sekali, orang-orang muda maupun tua ada yang berkelompok maupun berpasangan. Banyak sekali dijumpai wisatawan baik lokal maupun asing. Kami langsung menuju loket tiket untuk melihat rute perjalanan yang disediakan. Loket yang dibuka setiap hari dari jam 7.30 pagi hingga 17.30 sore dengan tiket masuk 2.500 Won kami bisa menjelajahi area taman nasional Seoraksan.
Tujuan kami selanjutnya adalah menuju puncak Gwongeumseong dengan menggunakan cable car (kereta gantung). Loket tiket kereta gantung sudah dipenuhi pengunjung, kami langsung mengantri dibarisan yang sudah panjang. Loket ini buka setiap hari dari pukul 7.30 pagi hingga 17.20 sore. Tiketnya seharga 9000 won (sekitar Rp 90.000) untuk orang dewasa dan 6000 won (sekitar Rp 60.000) untuk anak-anak yang berumur 4 thn hingga 13 thn. Tiket hanya bisa dibeli secara langsung dan bisa dibatalkan jika cuaca yang tidak mendukung atau angin kencang.
Dari kereta gantung, kita dapat melihat formasi batuan menarik puncak Gwongeumseong serta daerah Sogongwon, Jeohangnyeong, dan bongkahan batu cadas yang besar Ulsanbawi kesisi utara. Terlihat dari sisi arah timur laut kota pelabuhan Sokcho, dan dibawah dekat jembatan terlihat kuil Sinheungsa, indah sekali pemandangan dari kereta gantung. Sambil berhayal, seandainya keindahan gunung Rinjani yang berada di pulau Lombok itu juga ada kereta gantungnya, pasti keindahan pesonanya bisa dinikmati juga dengan mudah oleh semua orang.
Pintu gerbang sudah ramai sekali, orang-orang muda maupun tua ada yang berkelompok maupun berpasangan. Banyak sekali dijumpai wisatawan baik lokal maupun asing. Kami langsung menuju loket tiket untuk melihat rute perjalanan yang disediakan. Loket yang dibuka setiap hari dari jam 7.30 pagi hingga 17.30 sore dengan tiket masuk 2.500 Won kami bisa menjelajahi area taman nasional Seoraksan.
Tujuan kami selanjutnya adalah menuju puncak Gwongeumseong dengan menggunakan cable car (kereta gantung). Loket tiket kereta gantung sudah dipenuhi pengunjung, kami langsung mengantri dibarisan yang sudah panjang. Loket ini buka setiap hari dari pukul 7.30 pagi hingga 17.20 sore. Tiketnya seharga 9000 won (sekitar Rp 90.000) untuk orang dewasa dan 6000 won (sekitar Rp 60.000) untuk anak-anak yang berumur 4 thn hingga 13 thn. Tiket hanya bisa dibeli secara langsung dan bisa dibatalkan jika cuaca yang tidak mendukung atau angin kencang.
Dari kereta gantung, kita dapat melihat formasi batuan menarik puncak Gwongeumseong serta daerah Sogongwon, Jeohangnyeong, dan bongkahan batu cadas yang besar Ulsanbawi kesisi utara. Terlihat dari sisi arah timur laut kota pelabuhan Sokcho, dan dibawah dekat jembatan terlihat kuil Sinheungsa, indah sekali pemandangan dari kereta gantung. Sambil berhayal, seandainya keindahan gunung Rinjani yang berada di pulau Lombok itu juga ada kereta gantungnya, pasti keindahan pesonanya bisa dinikmati juga dengan mudah oleh semua orang.
Gunung Seorak yang membentang sekitar 500 km sepanjang sisi timur semenanjung Korea yang terletak di propinsi Gangwon dekat dengan kota pelabuhan Sokcho.
Kantin yang berada di stasiun cable car di puncak Gwongeumseong. |
Pemandangan indah dilihat dari stasiun cable car di puncak Gwongeumseong. |
Pemandangan indah dilihat dari puncak Gwongeumseong |
Diatas puncak kita bisa melihat sisa-sisa puing benteng Gwongeumseong. Konon, benteng yang berada di ketinggian 850 m ini dibangun oleh dua lelaki gagah perkasa yang bernama Kwon dan Kim, pada masa dinasty Goryeo (sekitar tahun 1254) untuk menangkal invasi pasukan Mongol. Pemandangan terindah gunung seorak dapat dilihat dari benteng ini.
Suasana puncak Gwongeumseong di minggu pagi. |
Kantin di area taman Seoraksan |
Selesai petualangan di gunung Seorak, hari sudah siang menjelang sore, kami segera bersiap-siap melanjutkan perjalanan berikutnya mengarah Gyeongju. Tidak disangka ajuma penginapan yang baik hati itu memberi kenang-kenangan pada kami ber-4 sebuah bandana yang bergambar peta Seoraksan... wuaah, tentu saja kami kegirangan dan langsung kami ikat dikepala biar dia semakin senang dan tidak lupa kami pun berfoto bersama serta memberi kenang-kenangan sebungkus biskuit yang kami bawa dari Jakarta, ajuma tertawa senang walau hanya sebungkus biskuit sambil merangkul kami masing-masing.
di area gunung batu Gwongeumseong. |
with Ajhuma, The Owner of Homestay at Seorak. |
Map South Korea |
wah seoraksan nya bagus sekali yah... kira-kira kalo pergi di akhir okt - awal nov tahun ini bakal dapet pemandangan kaya gini ga yah ?? hehehe.... oh iya, ke seoraksan nya nginep atau pulang hari yah ?
BalasHapusTrimakasih sudah berkunjung di halaman ini... lebih bagus antara akhir Nov-awal Desemebr... daun2nya sudah berwarna warni lbh banyak deh.. waktu itu kami stay 2 hari 1 malam.. ok, happy traveling!
BalasHapusdari Seorak ke Gyeongju naik apa?
BalasHapusseoraknya komplit. waktu maret ke sana ga sempat nanjak2, cukup ke air terjunnya aja. plus ga ke cable car-nya (yg ini karena budget limit..hehe). Nice blog mbak! ^^
BalasHapus