Magandang Umaga, Mabuhay ng Pipilinas. Sapaan awak kabin maskapai Philipine Airlines yang berarti “Selamat Pagi, Selamat Datang di Filipina” membangunkan tidur pagi itu. Tidak terasa sejak bertolak dari Jakarta dan sekitar 4 jam di udara, sekarang bersiap-siap untuk mendarat di Bandara Internasional Ninoy Aquino di Manila, Filipina. Hari masih pagi, kami tiba di Ninoy Aquino International Airport (NAIA) dengan menggunakan Phillipine Airlines begitu juga dari Manila ke pulau Palawan dengan pesawat yang sama sore nanti pukul 3 pm. Tempat penukaran uang berjejer di pintu keluar dan setelah membandingkan satu dengan lannya nilai tukarnya relatif tidak jauh berbeda. Seorang teman ingin menukar USD nya dengan Peso Filipina.
Kunjungan saya dan dua orang teman di kota Manila untuk mengisi waktu transit sebelum melanjutkan perjalanan terbang menuju El Nido yang terletak di Pulau Palawan. Manila adalah ibukota Filipina yang merupakan kota yang menarik untuk dikunjungi. Banyak tempat wisata menarik seperti Intramuros, kota tua yang terjaga baik. Manila sama dengan Jakarta, mulai dari panasnya sampai macetnya! Atas petunjuk seorang petugas security airport dan juga karena pingin hemat, dari bandara kami keluar dengan menumpang jeepney angkotnya Manila, caranya keluar sedikit dari gerbang bandara (terminal internasional) ambil ke arah kiri jalan sedikit ada jalan layang lalu menyebrangi jalan dibawahnya... nah jalan itu dilalui jeepney menuju dalam kota. Ongkosnya? pasti murah lah... sambil menikmati suasana kota Manila dengan memandang lewat jendela jeepney. O iya, kami tidak menginap di Manila karena siang jam 3 sore kami kembali ke bandara menuju El Nido - Puerto Princesa di pulau Palawan.
Untuk yang membutuhkan taxi, di Terminal 3 NAIA ini terdapat pangkalan taksi yang menggunakan argo resmi jadi lupakan kisah tawar menawar dengan supir taksi bandara yang berwarna kuning dan setidaknya kekhawatiran terhadap praktik scam di bandara tidak terjadi.
Akhirnya bisa merasakan naek Jeepney. Sebelum city tour, kami menitipkan koper terlebih dahulu di ruang keberangkatan airport, ribetkan kalau sampe geret-geret koper dijalan. :-) Saking asyiknya melihat sekeliling kota Manila dan serunya naik Jeepney tanpa terasa perjalanan sudah melewati beberapa kali stasiun LRT (Light Rail Transit) kereta monorail di Manila yang kami ingin. Jeepney berhenti di terminal Baclaran, akhirnya kami tersesat di Manila pemirsah! hahaha.... di terminal Baclaran, bingung arah mana menuju stasiun LRT . Kami masuk pertokoan dan ketemu sebuah restoran cepat saji lokal di Filipina yaitu Jollibee. Waktu menunjukkan pukul 09 am, akhirnya kami memutuskan untuk masuk ke Jollibee untuk mencari informasi dan juga sarapan pagi tentunya. Menu makanan di Filipina sebagian besar mengandung unsur daging babi (Tagalog : baboy). Daging babi merajalela di seantero Manila. Bagi non-muslim harus hati-hati dalam memesan makanan. Sebaiknya ditanya lebih dahulu kepada penjual agar tidak salah saat memesan.
Dari informasi pegawai Jollibee, stasiun LRT tidak jauh dari rumah makan tersebut dan kami melanjutkan perjalanan menuju Ayana tepatnya kota metropolitan di Manila.
Hanya berjalan kaki sekitar 20 menit kami tiba di Rizal Park yang juga dikenal dengan nama Luneta Park. Taman ini didedikasikan bagi Dr. Jose Rizal, pahlawan nasional Filipina yang dieksekusi mati tahun 1896 saat Filipina masih dijajah oleh Bangsa Spanyol. Rizal Park juga menjadi “Kilometre Zero” di Manila.Taman ini sangat luas yang mencapai 58 ha dan menjadi atraksi turis yang datang ke Manila. Jika malas untuk jalan kaki tersedia angkutan kereta yang ditarik oleh kuda seperti delman di Indonesia yang bernama kalesa yang akan membawa pengunjung berkeliling taman. Persis di pintu masuk taman terdapat Rizal Monument. Sayangnya pengunjung tidak diperkenankan untuk mendekati area monumen karena diberi pembatas.
Pengunjung hanya dapat berfoto dari kejauhan. Terdapat 2 orang pasukan penjaga di sisi kiri dan kanan monumen dan pada jam-jam tertentu dilakukan upacara pergantian pasukan jaga yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan.Selain Rizal Monument, di dalam Rizal Park sendiri dapat dilihat beberapa spot diantaranya National Museum of the Filipino People, Open Air Auditorium, Chinese and Japanese Gardens, Museum of Philippine History, Relief Map of the Philippines – sebuah danau kecil yang menampilkan replika dari kepulauan Filipina, dan patung setengah badan beberapa pahlawan nasional di Filipina. Juga dapat disaksikan diorama tentang hukuman mati terhadap Dr. Jose Rizal di Rizal Park ini.
Seperti halnya kota-kota lain di dunia, Manila juga mempunyai kawasan kota tua yang bernama Intramuros. Dalam bahasa latin sendiri, Intramuros memiliki arti "di dalam tembok". Letak Intramuros tidak begitu jauh dari Rizal Park jadi kami jalan kaki kembali menuju Intramuros. Tembok raksasa yang mengelilingi Intramuros awalnya dibuat untuk melindungi penduduk di dalamnya. Siapa pun dapat datang dan melihat kota tua peninggalan Spanyol ini. Intramuros merupakan distrik tertua di Manila dan memiliki sejarah panjang, sejak masih menjadi bagian dari Kerajaan Spanyol, hingga sekarang. Di dalam Intramuros juga masih terdapat rumah, pertokoan, dan sekolah serta tempat ibadah seperti gereja yang arsitekturnya bergaya klasik. Banyak spot menarik di tempat ini untuk berfoto.
Memasuki kawasan Intramuros di Gen. Luna Street kita seolah-olah dibawa oleh mesin waktu kembali ke masa lalu saat Filipina masih di bawah penjajahan Spanyol. Gedung-gedung tua yang menjadi ciri khas dan indentitas Intramuros masih tegak berdiri dan tidak tersapu oleh jaman.
Akhirnya kami sampai juga di gereja San Agustin. San Agustin terletak di General Luna Street, jam kunjungan pertama dimulai dari jam 08:00-12.00 dan dibuka kembali jam 13:00-18:00 setiap harinya. Berada di distrik Intramuros yang merupakan kawasan Kota Tua di Manila yang dibangun pada masa kolonial Spanyol atau dikenal sebagai "Walled City". Di dalam komplek ini terdapat FORT SANTIAGO, Manila Cathedral dan SAN AGUSTIN CHURCH. Gereja San Agustin adalah Gereja Katolik Roma, merupakan gereja tertua di Filipina yang termasuk warisan budaya yang dilindungi UNESCO sejak tahun 1993. Dalam sejarahnya, gereja ini dibangun oleh Spanyol pada abad keenam belas, tetapi baru disucikan setelah tahun 1607. Dengan arsitektur yang indah dan megah pada masanya.
Kaki terus melangkah dan tiba di suatu tempat yang menurut saya sangat “Spanyol” banget. Duduk santai di tengah taman yang dikenal dengan Plaza de Roma sambil memandang Manila Chatedral di samping kiri Plaza dan memperhatikan perilaku pengunjung di sekitar sungguh memberikan nuansa yang sungguh berbeda. Seolah-olah lupa bahwa saya sekarang sedang berada di Manila bukan di Spanyol.
Manila Cathedral yang bernama resmi Minor Basilica of the Immaculate Conception telah berdiri sejak 1571. Di usianya yang telah mencapai 442 tahun, Katedral ini telah menjalani restorasi sebanyak 8 kali hingga saat ini karena berbagai sebab yaitu kebakaran, gempa bumi, taifun dll. Saat ke sanapun sedang dilakukan renovasi di bagian luar katedral sehingga ditutup buat kunjungan wisatawan. Persis di depan Plaza de Roma terdapat Palacio del Gobernador yang awalnya merupakan tempat kediaman dan kantor Gubernur Jenderal Spanyol. Sekarang bangunan 8 lantai tersebut sekarang digunakan sebagai kantor administrasi Intramuros. Awalnya sangat kepingin untuk menaiki kalesa yaitu sejenis kereta yang ditarik kuda yang banyak mangkal di sekitar Manila Chatedral. Rasanya gimana gitu mengelilingi Intramuros menikmati aura kota tua sambil naik kereta kuda. Namun begitu tahu tarifnya sebesar PHP 350 (Rp 87,500) per ½ jam langsung deh membatalkan niat, kalau 2 jam saja harus membayar Rp 350rb!
Pengunjung hanya dapat berfoto dari kejauhan. Terdapat 2 orang pasukan penjaga di sisi kiri dan kanan monumen dan pada jam-jam tertentu dilakukan upacara pergantian pasukan jaga yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan.Selain Rizal Monument, di dalam Rizal Park sendiri dapat dilihat beberapa spot diantaranya National Museum of the Filipino People, Open Air Auditorium, Chinese and Japanese Gardens, Museum of Philippine History, Relief Map of the Philippines – sebuah danau kecil yang menampilkan replika dari kepulauan Filipina, dan patung setengah badan beberapa pahlawan nasional di Filipina. Juga dapat disaksikan diorama tentang hukuman mati terhadap Dr. Jose Rizal di Rizal Park ini.
Seperti halnya kota-kota lain di dunia, Manila juga mempunyai kawasan kota tua yang bernama Intramuros. Dalam bahasa latin sendiri, Intramuros memiliki arti "di dalam tembok". Letak Intramuros tidak begitu jauh dari Rizal Park jadi kami jalan kaki kembali menuju Intramuros. Tembok raksasa yang mengelilingi Intramuros awalnya dibuat untuk melindungi penduduk di dalamnya. Siapa pun dapat datang dan melihat kota tua peninggalan Spanyol ini. Intramuros merupakan distrik tertua di Manila dan memiliki sejarah panjang, sejak masih menjadi bagian dari Kerajaan Spanyol, hingga sekarang. Di dalam Intramuros juga masih terdapat rumah, pertokoan, dan sekolah serta tempat ibadah seperti gereja yang arsitekturnya bergaya klasik. Banyak spot menarik di tempat ini untuk berfoto.
Memasuki kawasan Intramuros di Gen. Luna Street kita seolah-olah dibawa oleh mesin waktu kembali ke masa lalu saat Filipina masih di bawah penjajahan Spanyol. Gedung-gedung tua yang menjadi ciri khas dan indentitas Intramuros masih tegak berdiri dan tidak tersapu oleh jaman.
Akhirnya kami sampai juga di gereja San Agustin. San Agustin terletak di General Luna Street, jam kunjungan pertama dimulai dari jam 08:00-12.00 dan dibuka kembali jam 13:00-18:00 setiap harinya. Berada di distrik Intramuros yang merupakan kawasan Kota Tua di Manila yang dibangun pada masa kolonial Spanyol atau dikenal sebagai "Walled City". Di dalam komplek ini terdapat FORT SANTIAGO, Manila Cathedral dan SAN AGUSTIN CHURCH. Gereja San Agustin adalah Gereja Katolik Roma, merupakan gereja tertua di Filipina yang termasuk warisan budaya yang dilindungi UNESCO sejak tahun 1993. Dalam sejarahnya, gereja ini dibangun oleh Spanyol pada abad keenam belas, tetapi baru disucikan setelah tahun 1607. Dengan arsitektur yang indah dan megah pada masanya.
Kaki terus melangkah dan tiba di suatu tempat yang menurut saya sangat “Spanyol” banget. Duduk santai di tengah taman yang dikenal dengan Plaza de Roma sambil memandang Manila Chatedral di samping kiri Plaza dan memperhatikan perilaku pengunjung di sekitar sungguh memberikan nuansa yang sungguh berbeda. Seolah-olah lupa bahwa saya sekarang sedang berada di Manila bukan di Spanyol.
Manila Cathedral |
Manila Cathedral yang bernama resmi Minor Basilica of the Immaculate Conception telah berdiri sejak 1571. Di usianya yang telah mencapai 442 tahun, Katedral ini telah menjalani restorasi sebanyak 8 kali hingga saat ini karena berbagai sebab yaitu kebakaran, gempa bumi, taifun dll. Saat ke sanapun sedang dilakukan renovasi di bagian luar katedral sehingga ditutup buat kunjungan wisatawan. Persis di depan Plaza de Roma terdapat Palacio del Gobernador yang awalnya merupakan tempat kediaman dan kantor Gubernur Jenderal Spanyol. Sekarang bangunan 8 lantai tersebut sekarang digunakan sebagai kantor administrasi Intramuros. Awalnya sangat kepingin untuk menaiki kalesa yaitu sejenis kereta yang ditarik kuda yang banyak mangkal di sekitar Manila Chatedral. Rasanya gimana gitu mengelilingi Intramuros menikmati aura kota tua sambil naik kereta kuda. Namun begitu tahu tarifnya sebesar PHP 350 (Rp 87,500) per ½ jam langsung deh membatalkan niat, kalau 2 jam saja harus membayar Rp 350rb!
Masuk ke Intramuros gratis, dan di dalam sini juga ada toko-toko suvenir. Kami tidak sempat berkeliling semuanya, karena waktu dan kepentingan lain. Sebaiknya jika ingin berjalan-jalan di sini, siapkan payung dan air minum, karena udaranya cukup panas pada siang hari.
Kami sempat juga singah ke Mall of Asia, karena penerbangan kami malam hari, sehingga kami mampir dulu untuk membeli oleh-oleh. Ternyata pusat perbelanjaan sudah tahu kalau es krim tersebut sering dibawa sebagai oleh-oleh, sehingga mereka sudah tahu cara membungkus es krim sehingga tidak 100% meleleh ketika tiba di Jakarta, dan itu terbukti.
Kami sempat juga singah ke Mall of Asia, karena penerbangan kami malam hari, sehingga kami mampir dulu untuk membeli oleh-oleh. Ternyata pusat perbelanjaan sudah tahu kalau es krim tersebut sering dibawa sebagai oleh-oleh, sehingga mereka sudah tahu cara membungkus es krim sehingga tidak 100% meleleh ketika tiba di Jakarta, dan itu terbukti.
Mall of Asia Manila |
Uniknya, ketika kami sampai di Mall of Asia, di sana ada tempat penitipan barang-barang seperti koper dan lainnya dengan aman. Sehingga kita leluasa belanja oleh-oleh tanpa terbeban barang-barang lain. Mall of Asia ke bandara juga tidak terlalu jauh. Namun perhatikan jam sibuk. Kami sendiri sedia 2 jam sebelum waktu check in untuk menuju bandara.
Bahasa Tagalog. Tagalog merupakan bahasa nasional Philippines, tapi bahasa Inggris juga cukup luas digunakan terutama di perkotaan. Beberapa kata ternyata sama dengan Bahasa Indonesia, ada yang sama persis sesuai artinya atai memiliki arti berbeda. Ada baiknya memahami beberapa kalimat sederhana berikut :
- Magandang umaga po (Selamat Pagi)
- Magandang tanghali po (Selamat Siang)
- Magandang Hapon Po (Selamat sore)
- Magandang gabi po (Selamat malam)
- Kumusta po kayo (Apa kabar)
- Mabuti po naman (Saya baik2 saja)
- Tuloy po kayo (Silakan datang lagi)
- Salamat po (Terima kasih)
- Maraming salamat po (Terima kasih banyak)
- Opo/oho (Ya)
- Hindi po/Hindi (Tidak)
- Hindi ko po/ho alam (Saya tidak tahu).
saat membeli tiket LRT Manila |
Light Rail Transit Manila |
Airport. Metro Manila memiliki 2 airport. Satu berada di tengah kota Ninoy Aquino International Airport (NAIA) dan satu lagi berada di luar kota, yang dinamai Clark.
Transportasi
Transportasi di Filipina, kalau boleh dibilang mungkin gampang-gampang susah. Ada berbagai moda transportasi seperti:
- LRT (Light Rail Transit), seperti monorail di Kuala Lumpur.
Saya tidak merekomendasikan untuk traveler yang bawa anak. Jarak dari LRT ke tempat wisata masih cukup jauh, tentunya menyulitkan teman traveler yang membawa anak kecil seperti saya. Kebersihan di sekitar stasiun LRT ini juga kurang terjaga. - Jeepney
Jeepney merupakan angkutan umum di Manila. Dinamakan jeepney karena bentuknya mirip dengan mobil jeep tapi belakangnya panjang. Konon katanya mobil modifikasian, jeepney ini sudah digunakan sebagai angkutan umum di Filipina sejak berakhirnya perang dunia 2. Tentara Amerika yang kala itu akan pulang, memberikan mobil jeepnya pada warga Filipina dan kemudian dimanfaatkan menjadi angkutan umum. Naah, ini baru moda transportasi yang murah meriah dan asyik menurut saya dan kita tidak perlu menghapal rute. Tinggal lihat saja tulisan rute di bodi mobil atau langsung bertanya ke pengemudi apakah rute Jeepney melalui tempat tujuan kita. Dengan menambah harga sedikit, kita bisa naik UV Express Service, hampir sama dengan Jeepney, tetapi dengan mobil Panther & ber-AC, harga per orang 15 peso (P15 sekitar Rp3750 sekali jalan). - Tricycle.
Becak Motor, kalau di Indonesia disebut Bentor. Untuk harga, bisa langsung tawar-menawar dengan pengemudi tricycle. - Kalesa.
Mirip dokar di Indonesia, banyak terdapat di sekitar Ermita-Intramuros. Hati-hati dengan tipuan pengemudi kalesa. Banyak teman traveling yang sudah kena tipu, terutama kalesa yang berada di luar area Intramuros. Apabila ingin naik kalesa dianjurkan mencoba naik di dalam Intramuros. - Taxi
Ini moda transportasi yang sering saya pakai. Bedakan taxi berwarna kuning dan putih, karena berbeda harga di argometer. Lebih murah taxi putih, cuma pada jam sibuk cukup sulit juga mencegat taxi ini. Harga taxi juga relatif murah ketimbang di Indonesia. Selama saya naik taxi di Manila harga berkisar antara P100 sampai dengan P200 saja.
Tips:
- Sekarang ini cukup banyak budget airlines menuju Filipina, antara lain Cebu Pacific, Zest Air, Tiger Airways, JetStar dan Air Asia. Anda tinggal berlangganan newsletter masing-masing airlines untuk mengetahui promo terbaru mereka atau cek langsung di wego.co.id/
- Nilai tukar di money changer Indonesia: P1 = 250 rupiah. Nilai tukar lebih bagus apabila kita membawa mata uang USD, kemudian tukar di money changer setempat. Bulan lalu saya ke Filipina, nilai tukar 1 USD = 42-43 Peso
- Untuk menghindari kemacetan, sebaiknya pilih area menginap yang sesuai. Ermita-Malate untuk yang ingin berwisata sejarah, dan area Makati bagi yang ingin shopping. Banyak tersedia penginapan bagi turis backpacker sekelas hostel/guest house di sekitar Malate.
- Biaya makan hampir sama dengan di Indonesia, sekitar P50 sampai dengan P100 sekali makan untuk kelas depot dan fast food. Jangan lupa untuk mencoba Jolibee, resto fast food terkenal di Filipina dan hampir bisa ditemui di berbagai tempat.
- Transportasi dari airport ke hotel, jangan memakai mobil sewa di dalam bandara karena harga cukup mahal sampai dengan P1.000. Tersedia tranportasi resmi bandara, tetapi letaknya setelah pintu keluar dengan harga masih cukup terjangkau, sekitar P400-500 tergantung lokasi yang dituju.
- Begitu juga dengan taxi, harap berhati-hati dan bertanya dahulu kepada pengemudi taxi, apakah memakai argo atau tidak. Pada jam-jam sibuk biasanya kita harus tawar menawar langsung, tanpa memakai argo. Saya pernah langsung naik saja tanpa bertanya, dan supir taxi langsung menggetok harga tinggi!
Mabuhay !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar