Ketika kita mendengar 'Gunung Rinjani' yang terbayang adalah keindahan gunung ini dan cerita-cerita seru selama pendakian yang sudah sering kita dengar dari para pendaki gunung. Puncak Gunung Rinjani, panorama alamnya yang spektakuler serta medannya yang menantang adalah daya tarik utama bagi para pendaki gunung. Tidak heran Gunung Rinjani merupakan gunung favorit bagi pendaki gunung karena keindahan pemandangannya dan juga merupakan sebuah gunung yang esksotis dan salah satu ikon dari keindahan alam di Pulau Lombok - NTB, Indonesia, yang juga menarik banyak wisatawan lokal maupun mancanegara untuk mendakinya dan melihat langsung keindahan Gunung Rinjani.
Gunung Rinjani dari Sembalun Lawang |
Dengan tingginya yang mencapai 3.726 meter dari permukaan laut (mdpl), gunung ini pun mencatatkan dirinya sebagai gunung api tertinggi ke-2 di Indonesia, setelah Gunung Kerinci di Sumatera dan masih berstatus gunung api aktif sampai sekarang.
Saya dari dahulu sudah ingin sekali untuk mendaki Gunung Rinjani karena beratnya medan dan persiapan fisik inilah yang membuat terus batal dan akhirnya datang juga kesempatan untuk mendaki Gunung Rinjani. Pada pertengahan bulan Juni lalu, akhirnya saya dan kawan-kawan (kami bertujuh - wanita) melakukan pendakian dengan menggunakan jasa trekking organizer. Tarif yang dipatok sebesar Rp 1,5 juta per orang. Biaya tersebut sudah termasuk jasa pemandu dan porter, perlengkapan dan perbekalan makan minum selama pendakian. O iya jangan lupa.... dibutuhkan banyak persiapan dan perlengkapan sebelum melakukan pendakian. Medannya untuk mendaki terbilang sulit dan butuh persiapan yang matang. Sebulan sebelum pendakian, kami sempat berlatih sebelumnya: joging di stadion GBK yaa... walau lebih banyak nongkrong dan jajannya tapi lumayan lah.... hehehe
Hari ke 1:
Sesampai di Bandar Udara Lombok, kalau tidak salah sekitar pukul 10.00 WITA, kami telah ditungguin oleh mas Budi dari trekking organizer menjemput kami di bandara dan langsung mengantar kami ke Desa Sembalun Lawang, tempat kami akan menginap malam itu dan merupakan titik start pendakian kami esok harinya. Desa Sembalun Lawang merupakan salah satu jalur masuk ke Taman Nasional Gunung Rinjani. Saat perjalanan ke Sembalun, kami sempat berhenti sejenak untuk beristirahat sambil menikmati pemandangan jauh terlihat desa Sembalun diantara lembah pegunungan. Perjalanan dari Bandara ke Sembalun sekitar 5 jam, kami tiba di Desa Sembalun sekitar pukul 17.00 WITA. Disana kami disambut rekan-rekan mas Budi dan ada 3 orang lagi yang ikut dalam rombongan kami besok, jadi total 10 orang, makin rame makin seru dan tentunya makin murah!
Sesampai di Bandar Udara Lombok, kalau tidak salah sekitar pukul 10.00 WITA, kami telah ditungguin oleh mas Budi dari trekking organizer menjemput kami di bandara dan langsung mengantar kami ke Desa Sembalun Lawang, tempat kami akan menginap malam itu dan merupakan titik start pendakian kami esok harinya. Desa Sembalun Lawang merupakan salah satu jalur masuk ke Taman Nasional Gunung Rinjani. Saat perjalanan ke Sembalun, kami sempat berhenti sejenak untuk beristirahat sambil menikmati pemandangan jauh terlihat desa Sembalun diantara lembah pegunungan. Perjalanan dari Bandara ke Sembalun sekitar 5 jam, kami tiba di Desa Sembalun sekitar pukul 17.00 WITA. Disana kami disambut rekan-rekan mas Budi dan ada 3 orang lagi yang ikut dalam rombongan kami besok, jadi total 10 orang, makin rame makin seru dan tentunya makin murah!
Desa Sembalun Lawang dari kejauhan |
Kemudian setelah makan malam dan ngobrol sebentar, kami pun beristirahat di homestay yang juga telah dipesan. Homestay itu sendiri bernama Lembah Rinjani, terdiri atas beberapa kamar dengan memakai konsep seperti villa dan tidak pake AC tentunya, karena udara di Sembalun sendiri sudah sangat dingin. Desa Sembalun berada di ketinggian 1.150 mdpl. dinginnya ampuuuun deh… sambil menahan dingin yang teramat sangat saya pastinya tidak mandi malam itu karena tidak ada air panasnya, hehehe... hanya cuci muka dan gosok gigi saja. Kami menyewa 3 kamar. Malam itu juga saya packing terakhir dan memisahkan barang yang tidak dibawa pada saat pendakian nantinya dan menitip barang yang tidak dibawa pada mas Budi. Malam itu kami cepat tidur karena besok pagi akan dimulai petualangan Rinjani.... zzZzzz....
Hari ke 2:
Jam 5 subuh kami sudah bangun, langsung semua pada sibuk berberes, saya packing kembali barang-barang saya, ngecek semua perlengkapan. Pukul 6 pagi kami sarapan dahulu, Oh iya... mengurus perizinan pendakian kami sudah dilakukan semua oleh mas Budi, semalam kami sudah mengumpulkan fotocopy KTP, dan saat itu juga kami diberi semacam nametag, yang digantungkan di tas ransel kami, sebagai penanda bahwa kita adalah pendaki resmi yang telah mengurus perizinan ke TNGR. Setelah sarapan pagi kami bersiap untuk mulai mendaki.
Padang Savana Sembalun, Rinjani |
Diawal perjalanan kami disuguhi padang savana yang luas nan eksotis dengan kondisi medannya yang relatif datar, hutan tropis yang mempesona, serta perbukitan yang luar biasa indah. Ini baru awal, tetapi sudah sangat indah.
Pos I, Sembalun |
Pukul 11.00 WITA akhirnya sampai di Pos I yang atapnya sudah rubuh mungkin tertiup angin kencang, kami istirahat disela-sela seng bekas atap itu sejenak dengan teman-teman pendaki yang lain, sembari menunggu kedatangan teman lainnya. Banyak juga pendaki saat itu yang sedang berteduh, selain pendaki lokal ada juga yang dari Malaysia, Eropa dan beberapa yang lainnya. Tidak heran, gunung Rinjani memang salah satu daya tarik wisata yang juga terkenal di mancanegara. Saya sempat berbincang dengan sepasang bule dari Austria dan dia berkata, ‘Indonesia was really beautiful..’, saya hanya tersenyum dan berkata, ‘Indeed..’
Dari basecamp Sembalun ke pos satu dihiasi padang savana seperti bukit teletubbies. Tetapi yang namanya savana, jarang sekali terdapat pohon, maka saya pun tidak berlama-lama di pos ini karena sengatan matahari mencotot sangat, tidak heran banyak yang menyebut Rinjani ‘gunung pantai’๐. Angin padang yang bertiup membuat ilalang-ilalang melambai bagai jutaan rajutan yang begitu indah.
Udaranya segar sekali.., saya sering kali berhenti sambil menatap ke arah belakang, kemudian menghirup nafas dalam-dalam, sangat menyegarkan! Perjalanan kami kali ini memang tidak terburu-buru. Tak berapa lama, setelah satu jam berjalan dari Pos I, sampailah kami di Pos II, disini kami istirahat cukup lama karena porter menyarankan agar makan siang dilakukan disini. Itulah enaknya pake porter, kita tinggal duduk-duduk, porternya yang memasakkan buat kita, asiiik kan... ?!๐ Menu makan siang waktu itu sangat nikmat yaitu menu ayam goreng + sambal terasi + capcay ala gunung (seadanya tapi enak banget! efek lapar..๐) serta buah segar seperti nenas dan pepaya yang dihidangkan, mantap! Oh ya kawan, di Pos II kita bisa menemukan sumber air, makanya disarankan untuk beristirahat buat makan siang ataupun bermalam di Pos II ini.
Udaranya segar sekali.., saya sering kali berhenti sambil menatap ke arah belakang, kemudian menghirup nafas dalam-dalam, sangat menyegarkan! Perjalanan kami kali ini memang tidak terburu-buru. Tak berapa lama, setelah satu jam berjalan dari Pos I, sampailah kami di Pos II, disini kami istirahat cukup lama karena porter menyarankan agar makan siang dilakukan disini. Itulah enaknya pake porter, kita tinggal duduk-duduk, porternya yang memasakkan buat kita, asiiik kan... ?!๐ Menu makan siang waktu itu sangat nikmat yaitu menu ayam goreng + sambal terasi + capcay ala gunung (seadanya tapi enak banget! efek lapar..๐) serta buah segar seperti nenas dan pepaya yang dihidangkan, mantap! Oh ya kawan, di Pos II kita bisa menemukan sumber air, makanya disarankan untuk beristirahat buat makan siang ataupun bermalam di Pos II ini.
Pukul 13.30 WITA, setelah makan, kami melanjutkan perjalanan kembali, cuaca terang dan matahari masih bersinar cerah dengan sombongnya, dan kembali panas mencotot menemani kami. Medan yang dilalui masih lumayan landai, kiri-kanan adalah hamparan bukit kehijauan. Sampai di Pos III sekitar pukul 15.30 WITA. Cuaca sudah mulai sejuk, angin sudah terasa agak dingin. Target untuk mendirikan tenda malam ini adalah di Plawangan Sembalun, sebagian teman dan porter kami sudah berjalan duluan, cukup jauh juga jaraknya, dikarenakan mereka mau mencari tempat untuk mendirikan tenda di sana, karena banyaknya jumlah pendaki yang mendaki saat itu sehingga dikhawatirkan tidak mendapat tempat yang strategis untuk mendirikan tenda. Semangaaattt!! Saya harus sampai Sembalun ๐
Jalur treking Sembalun - Rinjani |
Kami melanjutkan perjalanan kembali, nah... dari Pos III ke Plawangan Sembalun ini medannya sangat berat dan melelahkan. Di trek ini kita akan bertemu dengan yang namanya 'Tanjakan Penyesalan' ataupun 'Bukit Penyesalan'. Perbukitan terjal ini memang membuat saya tersiksa karena tanjakan yang seakan tak pernah habis. Disini kami sering menemukan puncak semu, dari kejauhan seperti puncak bukit berakhir tetapi sebenarnya bukit-bukit berikutnya masih tertutup kabut.... dan saya punya nama khusus buat bukit-bukit ini: 'Bukit Haram Jadah' hehehe.
Kenapa dinamakan 'Bukit Penyesalan'? karena, ketika berada di sini, banyak pendaki yang kemudian merasa menyesal dalam mendaki Gunung Rinjani. Tanjakan curam dan bukit seakan tiada berujung... sangat melelahkan yang membuat penyesalan! ...dan tanjakan terakhir sebelum Plawangan Sembalun itu adalah tanjakan finalnya, karena kemiringannya sekitar 60 derajat, jalanannya terjal dan licin, apalagi lelah dan letih yang sudah terasa disekujur tubuh... kesal, marah, nyesal campur aduk deh... karena sudah tidak kuat lagi tapi mau balik gak mungkin juga....huaaaa.๐ญ oksigen pun sudah semakin menipis rasanya napas tersengal dan dada sedikit sesak, kaki terasa lelah dan hampir mati rasa, saya duduk sejenak dibatu menghadap awan yang menutupi pemandangan... dan tanpa diduga didepan saya terpampang pemandangan lembah yang saya rasa sangat indah dihiasi bukit-bukit hijau dikejauhan ada disebrangnya savana yang membentang.... tanpa terasa saya menangis terharu, karena dibalik semua yang telah saya lalui ini, saya bersyukur sudah diberi kesempatan melihat pemandangan yang indah. Rinjani yang dulu lama pernah saya dengar tapi saya tak pernah berharap mendakinya karena saya merasa itu... tidak mungkin.๐
Kenapa dinamakan 'Bukit Penyesalan'? karena, ketika berada di sini, banyak pendaki yang kemudian merasa menyesal dalam mendaki Gunung Rinjani. Tanjakan curam dan bukit seakan tiada berujung... sangat melelahkan yang membuat penyesalan! ...dan tanjakan terakhir sebelum Plawangan Sembalun itu adalah tanjakan finalnya, karena kemiringannya sekitar 60 derajat, jalanannya terjal dan licin, apalagi lelah dan letih yang sudah terasa disekujur tubuh... kesal, marah, nyesal campur aduk deh... karena sudah tidak kuat lagi tapi mau balik gak mungkin juga....huaaaa.๐ญ oksigen pun sudah semakin menipis rasanya napas tersengal dan dada sedikit sesak, kaki terasa lelah dan hampir mati rasa, saya duduk sejenak dibatu menghadap awan yang menutupi pemandangan... dan tanpa diduga didepan saya terpampang pemandangan lembah yang saya rasa sangat indah dihiasi bukit-bukit hijau dikejauhan ada disebrangnya savana yang membentang.... tanpa terasa saya menangis terharu, karena dibalik semua yang telah saya lalui ini, saya bersyukur sudah diberi kesempatan melihat pemandangan yang indah. Rinjani yang dulu lama pernah saya dengar tapi saya tak pernah berharap mendakinya karena saya merasa itu... tidak mungkin.๐
Bahagianya sudah sampai di kaki Gunung Rinjani, Plawangan Sembalun |
Sesampainya di pos Plawangan Sembalun, awan sudah berada sejajar dengan kaki kami. Wow... bahagianya! Akhirnya saya menapakkan kaki di Plawangan Sembalun sekitar pukul 18.00 WITA. Pelawangan Sembalun adalah sebuah dataran memanjang yang berada persis di sisi jurang yang terjal dan sangat dalam. Tempat ini menjadi camp favorit para pendaki sebelum menuju Puncak Rinjani pada keesokan harinya. Panorama yang disuguhkan di Pelawangan Sembalun sungguh memikat. Mata disuguhkan bentangan alam yang berupa Puncak Rinjani berwarna kekuningan karna disinari matahari yang hampir tenggelam, lereng-lereng yang berbaris dan terjal serta Danau Segara Anak di bawah sana yang hampir tertutup awan. Disini hawanya memang lain, sudah terasa benar-benar di alam liar, alam para petualang.... dalam hati saya.๐ Bahkan saat angin berhembus pun terdengar jelas suaranya. Ahhh, rasanya saya ingin sekali melompat dan menari-nari di atas awan itu. Plawangan Sembalun adalah pos terakhir sebelum puncak, dengan ketinggian sekitar 2700 mdpl. Puncak Rinjani berada di ketinggian 3726 mdpl. Berarti masih ada tanjakan sekitar satu kilo meter vertikal, saya jadi malas membayangkannya... hihihi.๐ Tapi bagaimanapun, saya akan summit attack pas jam satu malam tepat nanti.
Setelah melewati tanjakan terakhir Plawangan Sembalun, muncul permasalahan baru, tenda kami yang didirikan porter kami dimana ya? waduh....๐ mana alat komunikasi juga tidak bisa dipakai. Akhirnya setelah hampir setengah jam berjalan, tenda kami ditemukan juga setelah teman saya yang pertama sampai - mendengar suara saya memanggil-manggil dan sudah hampir gelap, apalagi nama porternya itu saya kurang hapal, hahaha... parah!
Sisa-sisa tenaga saya kumpulkan demi Puncak Rinjani. Daypack isi senter, makanan kecil, P3K, air botol kecil, serta doa yang saya bawa. Target saya tepat saat subuh saya sudah di puncak dan mengambil foto sunrise dari sana. Tak lama teman-teman yang lainnya menyusul, kemudian kami segera beres-beres dan ganti baju hangat, udara sangat dingin dan saya pun tidak mandi di hari ke-dua ini. hihiiii.๐ Salah seorang Porter memberitahu bahwa makan malam sudah siap. Gak pake lama, kami segera keluar dari tenda dan langsung menyantap semua hidangan yang disajikan dengan lahapnya pemirsah! hahaha.๐ Setelah makan, ngeteh dan sempat ngobrol tentang perjalanan kami tadi siang yang seru itu, akhirnya kami masuk ke tenda lagi, dan mulai berusaha tidur. Berdasarkan informasi dari seorang Porter, kalo muncak itu disarankan mulai jalan sekitar jam 1 dini hari, biar dapat sunrise di atasnya.
Sisa-sisa tenaga saya kumpulkan demi Puncak Rinjani. Daypack isi senter, makanan kecil, P3K, air botol kecil, serta doa yang saya bawa. Target saya tepat saat subuh saya sudah di puncak dan mengambil foto sunrise dari sana. Tak lama teman-teman yang lainnya menyusul, kemudian kami segera beres-beres dan ganti baju hangat, udara sangat dingin dan saya pun tidak mandi di hari ke-dua ini. hihiiii.๐ Salah seorang Porter memberitahu bahwa makan malam sudah siap. Gak pake lama, kami segera keluar dari tenda dan langsung menyantap semua hidangan yang disajikan dengan lahapnya pemirsah! hahaha.๐ Setelah makan, ngeteh dan sempat ngobrol tentang perjalanan kami tadi siang yang seru itu, akhirnya kami masuk ke tenda lagi, dan mulai berusaha tidur. Berdasarkan informasi dari seorang Porter, kalo muncak itu disarankan mulai jalan sekitar jam 1 dini hari, biar dapat sunrise di atasnya.
Hari ke 3:
Pukul 00.30 WITA kami terbangun setelah seorang Porter memanggil-manggil dari luar tenda, saya masih merasa kurang tidur, penyakit benar emang buat saya, susah tidur kalo di gunung, padahal badan sangat lelah.๐ Kami segera membawa peralatan yang sudah disiapkan buat muncak, saya membawa tas kamera dan ransel kecil berisi coklat dan roti, serta air minum dan saya titipkan pada Porter ๐ ...dan saya minta dia tidak boleh jauh-jauh dari saya.... hihihi. Tidak ada yang mau ditinggal di tenda, kami semua semangat untuk muncak. Jalan menuju pucak cukup mengikuti treknya, tidak ada persimpangan jalan yang buat bingung. Tepat pukul 01.00 WITA kami mulai berjalan. Oh iya, sekedar informasi, pakaian yang saya kenakan ada 2 lapis, celana 2 lapis, ditambah dengan jaket hangat, belum lagi nanti ditambah syal + kupluk, hahaha... dingin coii!๐
Gunung Barujari yang dalam bahasa Sasak berarti 'gunung baru jadi, Kawah Rinjani |
Perjalanan muncak ini dihiasi langit yang cerah sekali kawan, tidak ada awan sama sekali, bulan dan bintang terlihat begitu indahnya, ceileh. Saya optimis bakal dapat sunrise di atas. Saya berjalan beriring dengan tujuh orang teman saya lainnya dan Porter dibelakang mengikuti. Kami bersenda gurau sesekali agar tidak terlalu memikirkan kaki yang lelah. Para pendaki lain sudah terlihat di bawah kami dan di atas, kelihatan dari cahaya-cahaya senter yang berkerlap-kerlip. Trek muncak ke Rinjani ini berbelok-belok, sehingga agak sulit melihat apakah sudah ada yang berhasil sampe puncak apa tidak.
Gunung Barujari, Rinjani - Lombok |
Selain masih harus melawan rasa kantuk dan udara yang sangat dingin, medannya yang berpasir cukup menyulitkan dalam melangkah. Jarak pandang itu tidak sampai dua meter kawan. Sebenarnya, saat tanjakan pasir terakhir saya sudah tidak kuat sama sekali... setiap melangkah trus melorot lagi... begitu terus, sampai-sampai porter ikut membantu mendorong dari belakang hahaha.๐
Ingin sekali turun kebawah. Tetapi saya selalu disemangati oleh pendaki lain, yang bahkan saya tidak kenal. Teriakan-teriakan penyemangat mereka memberi kekuatan kepada saya. Bintang-bintang yang bertaburan di atas juga ikut menyemangati. Bayang-bayang orang yang saya sayangi juga tiba-tiba muncul memberikan kekuatannya. hihihi.๐
Setelah dua jam berjalan, sekitar pukul 04.00 WITA saya mendengar teriakan-teriakan kegirangan di atas, wah puncak sudah dekat!! Saya tersenyum senang, dan mengajak yang lainnya untuk semangat, “Puncak sudah dekat!!” teriak saya waktu itu. Akhirnya sampai juga di puncak, udara dingin sekali. Tidak kelihatan pemandangan di sekitar, masih gelap. Kami berlindung dari angin dingin yang menusuk tulang di cerukan batu disekitar area itu. Setelah setengah jam lebih berlindung, semburat sinar surya mulai muncul. Keindahan yang tiada duanya terhampar dihadapan kami. Sungguh indah. Terima Kasih Tuhanku.๐
Setelah dua jam berjalan, sekitar pukul 04.00 WITA saya mendengar teriakan-teriakan kegirangan di atas, wah puncak sudah dekat!! Saya tersenyum senang, dan mengajak yang lainnya untuk semangat, “Puncak sudah dekat!!” teriak saya waktu itu. Akhirnya sampai juga di puncak, udara dingin sekali. Tidak kelihatan pemandangan di sekitar, masih gelap. Kami berlindung dari angin dingin yang menusuk tulang di cerukan batu disekitar area itu. Setelah setengah jam lebih berlindung, semburat sinar surya mulai muncul. Keindahan yang tiada duanya terhampar dihadapan kami. Sungguh indah. Terima Kasih Tuhanku.๐
Break the limit. Itu kata-kata yang selalu ada di pikiran saya. Rinjani mengajarkan saya untuk selalu tidak menyerah dalam keadaan apapun. Langkah demi langkah saya jalani, walaupun terkadang kaki terjebak di pasir, yang hanya perlu saya lakukan hanyalah melangkah dan terus berdoa. Dan… sayapun berada di Puncak Rinjani.
Ingin menangis (lagi) rasanya tapi malu hehe. Terharu. Ketika berhasil menjejakkan kaki di puncak, seluruh “pengorbanan” terbayar lunas, Pemirsah! Dari puncak 3726 meter di atas permukaan laut, saya bisa melihat luas sisi pulau Lombok, bahkan terlihat juga pulau Bali! Di kejauhan terlihat Gunung Agung di Bali berdiri dengan angkuhnya. Melihat kaldera Rinjani dengan garis enam kilometer, saya merasa bagaikan butiran pasir di pantai.
"A true climber not being conquered the highest tops poking into the sky, but it was conquering the highest tops of himself as a human being" - unknown.
Danau Segara Anak kelihatan dari puncak bisa saya nikmati. Saya segera sujud syukur didalam hati. Bersyukur kepada Tuhan masih diberikan umur yang panjang dan kesehatan untuk menikmati keindahan ciptaan-Nya. Aktifitas di puncak tentu saja foto-foto, mengabadikan momen tersebut, hahaha.๐ Setelah hampir dua jam di puncak, kami pun mulai turun, sebab para teman-teman pendaki lainnya juga terlihat satu persatu sampai ke puncak, gantian istilahnya.๐
Saat melihat jalur turun, saya sedikit merinding. Ternyata jalur yang saya lewati subuh tadi itu sangat mengerikan, kiri-kanan langsung jurang menganga lebar dan treknya pasir bebatuan yang licin. Kami berjalan pelan-pelan. Saya sangat setuju summit attack dimulai malam hari sehingga mental kita tidak jatuh duluan melihat jalurnya. Pasir yang licin pada trek balik, sepertinya jadi lebih panjang rasanya. Yang punya nyali lebih, bisa mencoba untuk meluncur seperti bermain “ski pasir”, asalkan hati-hati jangan sampai terperosok ke jurang yaa...
Sesampai di tenda, Plawangan Sembalun sekitar pukul 10.00 WITA, saya disambut dengan makanan hangat dari porter. Menu makanan yang disediakan porter kami berupa pancake pisang, ditambah dengan teh hangat, sepertinya belum cukup hahaha... perut saya sudah lapar sekali! menu indomie yang biasanya jadi andalan kalo naik gunung akhirnya dihidangkan. Setelah makan, kami segera melanjutkan perjalanan yang hampir saja batal yaitu untuk turun ke Danau Segara Anak dengan tujuan menginap satu malam di tepi danau. Menurut Porter, saya tidak kuat lagi melanjutkan perjalanan.... karena terlihat sangat lelah saat itu, padahal saya sebenernya sangat lapar.๐ setelah makan nasi saya bilang "....hayuuk kita lanjut, siapa bilang saya gak kuat!"... hehehe.๐ Setelah semua siap, kami melanjutkan kembali perjalanan sesuai yang telah direncanakan: menginap di Danau Segara Anak.
Danau Segara Anak berada di ketinggian 1700 mdpl. Sekitar pukul 11.00 WITA, rombongan kami berangkat, sebagian porter berjalan terlebih dahulu dengan pertimbangan agar tenda bisa berdiri sebelum kami datang, dan sekalian menyiapkan makan malam buat kami. Rute ke Danau Segara Anak itu adalah melipir ke arah kanan dari Plawangan Sembalun, keliatan plangnya, jalurnya cukup berbahaya, karena banyak sekali bebatuan yang terjal menurun, lumayan sakit juga telapak kaki, apalagi kondisi kami semua tidaklah se-prima sehari sebelumnya, dan apalagi kami baru saja muncak tadi paginya. Kami berjalan perlahan-lahan, jalur ke danau tidak lebar, paling muat dua orang kalau papasan dan disebelah kanannya jurang, ditambah kondisi licin karena lembab, wah, bahaya sekali apabila kita ceroboh, bisa-bisa nyusruk ke jurang.
Danau Segara Anak berada di ketinggian 1700 mdpl. Sekitar pukul 11.00 WITA, rombongan kami berangkat, sebagian porter berjalan terlebih dahulu dengan pertimbangan agar tenda bisa berdiri sebelum kami datang, dan sekalian menyiapkan makan malam buat kami. Rute ke Danau Segara Anak itu adalah melipir ke arah kanan dari Plawangan Sembalun, keliatan plangnya, jalurnya cukup berbahaya, karena banyak sekali bebatuan yang terjal menurun, lumayan sakit juga telapak kaki, apalagi kondisi kami semua tidaklah se-prima sehari sebelumnya, dan apalagi kami baru saja muncak tadi paginya. Kami berjalan perlahan-lahan, jalur ke danau tidak lebar, paling muat dua orang kalau papasan dan disebelah kanannya jurang, ditambah kondisi licin karena lembab, wah, bahaya sekali apabila kita ceroboh, bisa-bisa nyusruk ke jurang.
Nafas mulai terengah-engah, mata mulai berat, bawaannya mau duduk dan tidur, saya sesekali duduk, kemudian memejamkan mata barang semenit dua menit, nikmat juga. Anehnya perjalanan ke danau saya tidak merasa haus, apa karena kedinginan ya. Lama-lama rombongan kami terpisah, saya berdua berjalan sambil mengejar dua teman saya yang berusaha mengikuti porter pada waktu turunnya, sementara ketiga teman saya di belakang berjalan santai dan tidak terburu-buru.
Sekitar tiga jam berjalan, akhirnya saya melihat danau. Yep, Danau Segara Anak! Sampai juga saya di danau yang terkenal itu. Bahagianya, batin saya, dan kemudian mulai mencari-cari kawan saya yang lain dan porter, mengira-ngira dimana tenda berdiri. Di tepi danau sudah ramai orang memancing, ada yang bersantai, ada yang memasak.
Danau Segara Anak, merupakan salah satu lokasi favorit di Rinjani. Tak hanya menawarkan suasananya yang hening, danau ini menyajikan panorama alamnya yang mengagumkan. Siapa pun akan merasa betah kala berada di sini. Di danau seluas sekitar 1.100 hektar ini juga banyak terdapat ikan sehingga bisa memancing ikan di danau. Tidak hanya itu, juga memberikan kejutan yang luar biasa, katanya juga ada hot spring! Ahhh, rasanya nikmat sekali kalau bisa berendam di air panas, setelah 3 hari perjalanan yang melelahkan dan belum juga mandi....hihihii.๐
Sekitar tiga jam berjalan, akhirnya saya melihat danau. Yep, Danau Segara Anak! Sampai juga saya di danau yang terkenal itu. Bahagianya, batin saya, dan kemudian mulai mencari-cari kawan saya yang lain dan porter, mengira-ngira dimana tenda berdiri. Di tepi danau sudah ramai orang memancing, ada yang bersantai, ada yang memasak.
Danau Segara Anak, merupakan salah satu lokasi favorit di Rinjani. Tak hanya menawarkan suasananya yang hening, danau ini menyajikan panorama alamnya yang mengagumkan. Siapa pun akan merasa betah kala berada di sini. Di danau seluas sekitar 1.100 hektar ini juga banyak terdapat ikan sehingga bisa memancing ikan di danau. Tidak hanya itu, juga memberikan kejutan yang luar biasa, katanya juga ada hot spring! Ahhh, rasanya nikmat sekali kalau bisa berendam di air panas, setelah 3 hari perjalanan yang melelahkan dan belum juga mandi....hihihii.๐
Our base camp at Segara Anak Lake, Rinjani |
Sekitar setengah jam kami memutari danau, tapi kami belum juga bertemu dengan porter dan tenda kami. Hari sudah senja, badan sudah sangat letih. Sampai akhirnya kami menemukan tenda kami yang berdiri dipinggir danau tapi sangat jauh dari tempat hot spring... aaaaagrrrh... hayalan untuk berendam di hot spring... hilang sudah.๐ฅ Kami segera masuk ke tenda, beres-beres. Kami berganti baju hangat, dan berjalan-jalan sebentar di pinggiran danau. Indahnya pemandangan saat itu walau sudah mulai gelap, dan tentu saja kami tidak melewatkannya tanpa berfoto, haha.. Udaranya segar tapi dingin, dan air danaunya kelihatan keruh. Tak terasa gelap pun tiba, kami masuk ke tenda dan bersenda gurau. Nikmat ya kalau suasana dingin, baju hangat sudah dipake walau tak mandi 3 hari... hahaha, terus masuk tenda, ada kopi, teh manis panas, ada camilan, dan sambil main kartu dan ketawa bersama sambil menanti panggilan untuk makan malam, bayangkan saja sendiri!๐
Pukul 06.00 WITA saya terbangun, karena di luar orang-orang sudah ramai, saya liat keluar, ternyata sudah pada packing karena mau melanjutkan perjalanan. Kabut pagi menutupi Gunung Anak Rinjani yang tepat posisinya disebrang tenda kami. Suasana terlihat mistis. Ternyata semalam habis turun hujan, jadi pagi ini matahari terlihat malu-malu mengintip diantara kabut pagi yang tebal menyelimuti kawah. Setelah berbenah, dan diluar sudah tersedia sarapan pagi dan ada kopi serta teh panas, memang pake porter sangat menyenangkan ternyata, haha.๐ Pagi hari kami melanjutkan perjalanan pulang melalui rute Senaru.
Danau Segara Anak, Rinjani |
Sekitar pukul 07.30 WITA kami sudah bergerak meninggalkan danau, kami menyisir bibir Danau Segara Anak, melewati tanjakan bebatuan yang ditumbuhi pepohonan cemara gunung dan melewati hutan hingga tiba di Pos II Senaru, kami istirahat di sana beberapa saat sambil makan makanan kecil. Setelah makan camilan seadanya untuk mengisi perut, kami melanjutkan perjalanan turun. Sepanjang perjalanan kami disuguhi panorama yang eksotis. Bukit-bukit seperti zaman purbakala di hadapan kami. Imajinasi saya mengatakan kalo ada Dinosaurus disini pasti jadi lebih dramatis. Bukit-bukit batu ditumbuhi bunga edelweiss siap memanjakan para pendaki.
Pemandangan di jalur trek Senaru, Rinjani |
Lereng Senaru, Rinjani |
Landscape Senaru, Rinjani |
Danau Segara Anak dari Senaru, Rinjani |
Tiba di Pos III kami beristirahat kembali sambil menanti makan siang yang sedang disiapkan para porter. Disini kita harus berhati-hati, karena banyak sekali monyet yang mencuri perbekalan kita jika kita tidak waspada. Setelah cukup waktu istirahat kami melanjutkan perjalanan kembali, kami gak mau kemalaman lagi dijalan. Perjalanan pulang ini kami sering bercanda dan tertawa bersama, sehingga lelah yang sebelumnya terasa jadi hilang, membuat kita jadi semangat kembali.
Sesampainya di pintu gerbang Desa Senaru, hanya rasa syukur yang saya rasakan. Sekitar pukul 18.30 WITA kami sampai di Desa Senaru. Disitu kami telah ditunggu oleh mas Budi yang sudah siap dengan suguhan teh hangat dan pisang goreng. Selesai sudah perjalanan dan petualangan kami ke Gunung Rinjani kali ini. Kami berencana menginap semalam di rumah teman di Mataram karena besok pagi sekali kami hendak beristirahat semalam di Gili Terawangan sebelum kembali ke Jakarta.
Rinjani memang mempesona siapa saja tanpa terkecuali. Terima kasih Rinjani, terima kasih atas semua keindahan dan keajaibanmu, terima kasih telah memberikan keyakinan bahwa mimpi-mimpi itu memang dapat kita raih jika kita tidak pernah menyerah, terima kasih buat teman-teman atas kehangatannya, terima kasih Tuhan telah mengizinkan saya melihat sedikit indahnya ciptaan-Mu. Sampai bertemu lagi Rinjani!๐
Sesampainya di pintu gerbang Desa Senaru, hanya rasa syukur yang saya rasakan. Sekitar pukul 18.30 WITA kami sampai di Desa Senaru. Disitu kami telah ditunggu oleh mas Budi yang sudah siap dengan suguhan teh hangat dan pisang goreng. Selesai sudah perjalanan dan petualangan kami ke Gunung Rinjani kali ini. Kami berencana menginap semalam di rumah teman di Mataram karena besok pagi sekali kami hendak beristirahat semalam di Gili Terawangan sebelum kembali ke Jakarta.
Rinjani memang mempesona siapa saja tanpa terkecuali. Terima kasih Rinjani, terima kasih atas semua keindahan dan keajaibanmu, terima kasih telah memberikan keyakinan bahwa mimpi-mimpi itu memang dapat kita raih jika kita tidak pernah menyerah, terima kasih buat teman-teman atas kehangatannya, terima kasih Tuhan telah mengizinkan saya melihat sedikit indahnya ciptaan-Mu. Sampai bertemu lagi Rinjani!๐
Tampang cewek yang gak mandi 4 hari๐ |
Secara umum, medan pendakian di Gunung Rinjani tak bisa dikatakan mudah. Selain fisik dan mental yang prima, diperlukan pula perlengkapan yang memadai untuk meminimalkan segala risiko yang bisa terjadi.
Dalam mempersiapkan perlengkapan, tentu saja yang wajib ada itu antara lain:
- senter/headlamp (wajib, buat penerangan muncak dimalam hari)
- menggunakan sepatu gunung (kalo pake sendal gunung rasanya tidak mengenakkan apabila medannya
berbatu ataupun licin berpasir dan berlumpur.
- kompor (kalau berniat masak sendiri),
- sarung tangan (nah bawa dua nih sebaiknya, satu buat tidur)
- getter (dianjurkan agar batu-batu kecil ato pasir tidak masuk kedalam sepatu dan kalo memasuki
kawasan hutan lebat, agar pacet tidak jahil masuk).
- topi rimba dan slayer (dibawa deh saran saya, penting)
- Kamera + batrenya. (ini sangat penting kalau ingin mengabadikan momen di Rinjani)
Bulan Juli hingga September adalah musim terbaik untuk mendaki Gunung Rinjani.
Ingat untuk mendaki Rinjani ini dibutuhkan 50 persen Stamina dan 50 persen sisanya adalah mental. Tanpa keduanya kita tidak akan bisa mendaki dengan nyaman. Selama pendakian jagalah baik perbuatan dan perkataan Anda, karena untuk menjaga sesuatu yang tidak diinginkan selama pendakian. Hormati alam. Gunung itu TIDAK untuk ditaklukkan tetapi dihormati dan dijaga. Selamat mendaki dan menikmati Keindahan Gunung Rinjani, Safety Hiking and Go Green!
Ingat untuk mendaki Rinjani ini dibutuhkan 50 persen Stamina dan 50 persen sisanya adalah mental. Tanpa keduanya kita tidak akan bisa mendaki dengan nyaman. Selama pendakian jagalah baik perbuatan dan perkataan Anda, karena untuk menjaga sesuatu yang tidak diinginkan selama pendakian. Hormati alam. Gunung itu TIDAK untuk ditaklukkan tetapi dihormati dan dijaga. Selamat mendaki dan menikmati Keindahan Gunung Rinjani, Safety Hiking and Go Green!
Mount Rinjani Map
Hai Mbak Renny,
BalasHapusPengalamannya seru banget,,dan foto2nya juga keren..hehehe
Btw, aku boleh minta kontaknya mas Budi nggak? Aku rencana mau ke rinjani tanggal 21-26 Mei 2016. Tapi masih nyari2 provider trekking yang pelayanannya maksimal tapi dengan harga yang lebih murah juga.
Kalau boleh mohon aku diinfo lewat WA : 08995 39 29 59
Atau email andysetiawan.14@gmail.com
Terima kasih sebelumnya Mbak Renny.
Salam Lestari
Terimakasih mas Andy sudah mampir, untuk kontak mas Budi saya sudah send balik ke email mas Andy yaa... salam lestari!
BalasHapus