LIVE IS AN ADVENTURE

I think by traveling you can better appreciate yourself and the different cultures of the world... Enjoy life all around the world. To share with many people with different way of living. To love. To dance with the birds and sing with the wind....

Travelling brings color to my life. I'm travelling for the joy...
"...there is a difference between knowing the path and walking the path" - Morpheus

I am not good at writing but I want to share the adventure in my journey, but I have a lot of photo trips. Let the pictures are going to tell you about this trip ;)

Not only for the destinations, but it's about the journeys...
when you are traveling the time should be yours.

Some in my blog is using Indonesian, If you do not understand Indonesian you can use "Google Translate" at the top left of this blog. I hope this blog can be useful ...


DILARANG MENGAMBIL atau COPY PHOTO-PHOTO DALAM BLOG INI TANPA IJIN!

Selasa, 12 Maret 2013

Shangri La "Heaven on Earth"




Dari Meili Snow Mountain, Deqin County Provinsi Yunnan - kami melanjutkan petualangan selanjutnya yaitu mengunjungi Shangri La, tiga jam lamanya dengan menggunakan mobil sewaan. Beruntung kami disuguhkan pemandangan yang tidak membosankan dalam perjalanan. Shangri La dikenal sebagai kota surga di atap bumi yang telah hilang.

Pada masa lalu Shangri La dinamakan Zhongdian atau Jiantang (dalam bahasa Tibet). Sejak tahun 2001 nama Zhongdian diubah menjadi Shangri La, menurut orang Tibet berarti Khampa yang berasal dari kata Shambala, merupaakan kota mistik dalam tradisi Budha Tibet.



Welcome to Shangri La! 💝

Kami tiba di Shangri La, langit masih terang walaupun sedikit kelabu dan dari dalam mobil kami melihat ada tank?
wah penyambutan yang dramatis ya 😊hehehe....



Shangri-La dalam Bahasa Tibet berarti “matahari dan bulan di dalam hati” dan “Surga” dalam Bahasa Inggris. Shangri-La juga berarti “sebuah tempat yang indah” dan merepresentasikan pemikiran dan mimpi dari manusia – sebuah kerinduan terhadap kesederhanaan, kejujuran dan harmoni.

Baik Shangri La atau Shambala yang mempunyai arti firdaus atau nirwana yang "merupakan lembah utopia Himalaya penuh harmoni bagai surga..." dalam buku James Hilton 1933 "Lost Horizon" yang terinspirasi oleh Joseph Rock seorang petualang serta botanis Austria yang berkelana dan diam di Yunnan-China antara 1920-1930an.




Setelah tiba di penginapan N's Kichen & Lodge yang telah kami booking saat masih di Jakarta, kami disambut kemudian registrasi, beres-beres dan beristirahat sebentar. O iya mobil sewaan kami sampai disini itu berarti tugas nya sudah selesai. Uuugh perpisahan akhirnya terjadi, sedih, terharu dan juga beruntung kami bersama dua supir berondong itu 😋 karena mereka sedikit sabar dan terutama baik walau kadang sedikit nyentrik hahaha.

Udara sore itu sangat dingiiiiin sampai menusuk tulang, yaaa tapi tetap aja mau keluar sore itu juga! Sayang dong momen sore di oldtown harus dinikmati, karena besok pagi kami sudah melakukan petualangan yang lain. Pokoknya jadwal dan rute trip kami sebagai Backpacker itu sangat padat. Walaupun napas so ngos-ngosan dan jalan sudah terseok-seok tapi pantang menyerah wkwkwk 😂




Hari Pertama

Perjalanan dari Deqin menuju Shangri La dengan melintasi jalan raya yang berada di ketinggian 4900 meter diatas permukaan laut tanpa pagar pembatas, itu sesuatu banget buat saya, Amazing! Perjalanan kami melintasi pegunungan yang tinggi dan bersalju, jurang dan jalanan yang sempit - masih dengan mobil yang kami sewa sejak kemarin dan ini rute kembali dari Deqin, akhirnya kami tiba sudah sore di kota tua Shangri La.

Rute perjalanan kami dari Deqin kemaren lalu - kami lalui lagi, tapi saat ini menuju Shangri La. Pemandangan alam yang terhampar sangat mempesona buat saya. Sepanjang perjalanan dipenuhi dengan pemandangan menakjubkan seperti pegunungan yang ditutupi salju, lembah dalam dan curam, sungai, danau, padang rumput, perkampungan, bangunan unik dan hutan.

Berikut poto-poto puncak-puncak gunung yang sempat saya abadikan dari dalam mobil, dimana puncak-puncak gunung tersebut tidak terlihat tinggi lagi karena memang posisi jalan raya yang kami lintasi itu berada diatas pegunungan-pegunungan ini. Keren kan?! 😎


Lihat kan garis-garis digunung? itu lah jalan-jalan yang telah kami lalui menuju Shangri La





Tiba di Dukezong Old Town. Lalu kami beristirahat untuk beradaptasi dengan lingkungan dan sekarang kami stay di ketinggian 3200 mdpl. Dengan cuaca yang mudah berubah-ubah dari misalnya –5 C ke 15 C. Anginnya terasa dingin sekali menusuk tulang walau sudah memakai baju 4 lapis + jaket tebal... tetap saja dingin brrrrgh.. mungkin karena masih diawal musim semi yaitu baru masuk bulan Maret.








Daerah Shangri La (wikipedia) terdapat sekitar 13 etnik seperti Naxi, Bai, Yi, Lisu, Hui, Han dan lain lain dengan mayoritas etnik Tibet khususnya pada daerah sekelilingnya, masing masing dengan tradisi berbeda, namun semuanya hidup dalam kedamaian dan kebahagiaan. Disini kita dapat memperoleh pengalaman kehidupan orang Tibet, mempelajari gaya hidup, agama, berbagai makanan lokal serta perbagai kekhasan mereka.

Duduk-duduk santai menikmati suasana kota tua Shangri La sambil ditemani jajanan dan sedikit minuman penghangat beer. Banyak terlihat wanita-wanita lokal yang menggunakan pakaian khas yang berlapis-lapis dengan warna cerah asyik tertawa bersama ada juga bercengkrama dengan yang lainnya.


menikmati sore di Dancing Square sambil duduk dan menikmati jajanan kaki lima



Menikmati sore di Shangri La Oldtown, kami menuju Dancing Square yang terletak di pusat oldtown, sangat mengasyikkan. Sore hari alun-alun itu diramaikan pedagang-pedagang makanan, berbagai macam makanan khas seperti berbagai macam sate daging Yak dan juga bisa ditemui pedagang kaki lima yang menjual souvenir.


berbagai macam jajanan di Dancing Square, Shangri La
Jajanan kaki lima disekitar Dancing square
sate Yak dengan mantranya, yang bikin ketagihan 😋


Di dancing square ini kami banyak bertemu dengan wisatawan asal Indonesia, yang juga asyik menikmati sore menjelang malam... sambil menunggu tiba acara tari bersama di lapangan ini yang mendadak disulap menjadi lantai dansa, dan pedagang-pedagang kaki lima mesti dipaksa selesai berdagang. Para wanita Suku Naxi sudah menunggu sambil duduk-duduk depan toko. Dengan pakaian yang penuh warna dan penuh senyum juga suka dipotret hehehe



Happy face's


Dansa mengelilingi lapangan kecil - mereka sebut dancing square, sambil menikmati udara sore menjelang malam dan larut dalam kegembiraan kolosal adalah cara Suku Naxi mengekspresikan kegembiraan mereka. Tentu saja kami juga tidak ingin melewatkan momen ini, untuk ikut dan acara ini memang ada setiap jam 7 malam di Old Town’s Square.




ngaso bareng dengan om-om asal Shangri La😁


Saat matahari mulai turun dan musik Tibetan pun terdengar mengundang orang-orang untuk berkumpul... tak ketinggalan, kami pun turun ke lantai dansa bersama para wanita-wanita Shangri La begitu juga dengan kaum adam pun ikut serta. Kompak bergoyang, tidak bisa menari? jangan kawatir karena kamu tidak sendirian! salah pun tak apa. Seru dan meriah pokoknya. 😊 











Semakin malam semakin dingin dan lantai dansa pun semakin ramai dikunjungi untuk bergoyang bersama, membuat suasana semakin hangat...hehehe.. setelah lelah menari, bisa langsung istirahat bersama dengan para ibu dan bapak disana....





Selain menari bersama, kita juga bisa menikmati suasana kota tua Shangri La dengan mengitari pertokoan yang menjual berbagai souvenir... suasana yang indah, bangunan-bangunan khas Tibet dengan dihiasi lampu-lampu menambah keindahan suasana kota tua ini.


Ada 2 Monk melintasi asap tukang sate 😁

Suka banget dengan topi hot pink nya!


Shangri La oldtown - Dukezong yang telah berumur 1300 tahun ini sangat indah, khas dan tradisional. Setelah lelah menikmati tarian dan suasana kota tua Shangri La di saat malam, kami pun balik ke penginapan yang berada tidak jauh dari tempat dancing square sekitar 100m jaraknya.



suasana Shangri La Oldtown disaat malam...
Aku membeli 1 pasmina bahan bulu Yak.



N's Kichen & Lodge tempat kami menginap dengan mengambil jenis kamar dorm kami bayar 30 Yuan/nite per orang, tempatnya nyaman bersih dengan kamar mandi di dalam... walau terasa sempit kamarnya buat berenam tapi selimutnya hangat 😅 o iya... masakannya juga lumayan loh! Coba deh... piza dan burger Yak-nya + susu hangatnya, pasti ketagihan dan disini juga tersedia internet gratis buat tamu, tapi kan... tau dong: China memblokir media sosial seperti Facebook bagi warganya, untung saja saya ditolong oleh turis asal Israel untuk buka FB dan akhirnya saya bisa eksis bikin status dueeeh... narsis.com tersalurkan. 😜


N's Kichen & Lodge, tempat kami menginap...
akhirnya bisa buka 'Facebook'...yihaaa.😍


Hari Kedua

Pagi sekali... selesai sarapan kami melanjuti petualangan menuju Shika Snow Mountain yang terletak 7 kilometer sebelah barat daya dari Kota Gyanthang Shangri-La County dengan menyewa kendaraan. Puncak tertinggi mencapai 4.449 mdpl. Jangan cemas yang tidak suka mendaki gunung, karna disediakan cable car untuk menuju keatas.

Shika adalah berasal dari kata Tibet (dialek Shangri-la) berarti sebuah gunung banyak rusa, walaupun tak terlihat satu ekor pun😋 untuk mendaki gunung ini disediakan tangga kayu untuk mendaki ke atas, dipuncaknya berdiri stupa Tibetan yang dihiasi warna-warni prayer flags yang dikaitkan pada stupa... bergoyang-goyang ditiup angin.


menggapai langit dari ketinggian salju...


Dari dalam cable car kita bisa menikmati birds-eye view yang indah yaitu: Gyanthang (Shangri-La old town), Ganden-Songzanlin Lamasery, Napa Lake dan Bandara Shangri-La serta Blue Moon Valley. Walau tidak separah di Snow Jade Dragon Mountain, saya pun mengalami altitude sickness lagi yang membuat rasa kepala 'keleyengan'..... hadoooh, angin kencang menambah dingin membeku! tapi, tetap gak mau rugi, paksa kaki untuk melangkah, menikmati dan mendokumentasikan momen indah di gunung ini.

Ganden Songzanlin Lamasery.  (Biara Songzanlin). Petualangan ini kami nikmati hingga siang hari kemudaian melanjuti explore Ganden Sumtseling Lamasery


Big Budhha inside temple Gandan Sumtseling Lamasery, Shangri la


Ganden Sumtseling Lamasery (Biara Songzanlin) yang terletak sekitar 5 km dari utara oldtown. Menempati area seluas 33 ha dan monastery ini dijuluki Potala kecil, gaya arsitekturnya memang serupa istana Potala di Lhasa, Tibet. Untuk mengunjungi kuil ini cukup merogoh kantong yang lumayan mahal, menurut saya. Mobil yang mengantar kami hanya sampai di parkiran utama, pengunjung melanjutkan dengan shuttle bus wisata yang sudah dibayar termasuk tiket masuk kuil ini seharga 200 Yuan. Tapi kalo mau lebih murah bisa menggunakan bus umum non AC dari parkiran utama kok... tinggal dipilih saja sesuai kantong.




Bangunan-bangunannya yang unik. Songzanlin Lamasery adalah lamasery Buddha Tibet paling besar di Yunnan sekaligus salah satu dari 13 monasteri Lamaist yang terkenal di daerah Tibet. Panas terik seperti matahari diatas kepala tapi udara dingin menusuk tulang pada ketinggian 3.380 meter dan my-altitude sickness tidak terlalu terasa, hanya saat menuju kuil utama kita mesti menanjak anak tangga yang cukup tinggi... baru saja lima langkah, saya sudah ngos-ngosan.... hadooh.

Pada ruang utama biara bertingkat lima dan ruang tingkat yang bawahnya ditopang 108 tiang amat besar. Sekitar 1600 orang dapat bermeditasi atau mendengar para Monk menyanyikan ayat ayat suci Budhis. Biara ini dipenuhi banyak sekali harta tak ternilai seperti patung patung Sakyamuni dengan 8 lapis emas, berlusin patung perunggu, ayat suci “ganzur” yang ditulis tangan dengan tinta emas, berbagai pedupaan perak yang terukir amat indah. Muralnya dipenuhi lukisan kisah klasik serta doktrin Budha. 16 thanka berwarna amat indah ditulis dengan tinta emas hadiah Dalai Lama V yang dilukis oleh para Monk terkenal di masanya. Kuil ini sangat mengagumkan!


Icon Tibetan, Shangri La

Ukiran nya mirip di Bali yaa...

Didepan pintu utama Gandan Sumtseling Monastery, Shangri La
Di Shangri La, saya banyak berfoto di pintu-pintu megah dan mewah yang banyak tersebar disana



Siang harinya kami menikmati suasana kota Shangri La, kami berkeliling kota dengan menggunakan bus, memasuki pasar tradisonal disini sempat mencicipi bebek peking panggang menu makan siang kami....wuah murah dan enak loh!... lalu mengunjungi museum Tibet dan berbagai kejutan yang tak terlupakan di kota ini.


Keliling kota naek bus
Explore PasarJaya😁
satu ekor bebek panggang Rp 25.000,- saja
Ada yang jual anak anjing, cute banget....😍




Mau nonton film di Bioskop, tapi kawatir nanti nggak ngerti 😜
Asli! keren yaa?! bikin mupeng... banyak di old town Shangri La.
Souvenir Keris atau pisau khas Shangri La terbuat dari perak 


Sore hari kami melanjutkan petualangan menuju Guishan Monastery terletak di Guishan Hill Park - Shangri-La yang berada di bukit pusat old town Shangri La, dari penginapan kami hanya berjalan kaki. Kuil ini tenang dan indah terlihat sehingga sering dinamai temple of heaven begitu mereka menyebutnya. Ada giant prayer wheel yang berwarna emas dengan tingginya mencapai sekitar 21 meter dengan berat 60 ton sehingga untuk menariknya perlu banyak orang biar lebih mudah rodanya berputar. Ingatlah untuk memutarnya searah jarum jam. Tak ketinggalan kami pun ikut mencobanya.... seru!





Tidak sulit untuk menemukan kuil ini, karna letaknya diatas bukit sehingga bisa terlihat dari jauh. Sambil berjalan kaki dari penginapan kita bisa menikmati suasana kesibukan penduduk lokal oldtown dalam beraktivitas, belum lagi suasana oldtown dengan bangunan-bangunan yang unik dan otentik   Lumayan juga menaiki anak tangga menuju kuil ini... bikin ngos-ngosan! Kuil dihiasi prayer flags yang berwarna-warni khas Tibet banyak disekitar jalan yang kita lalui. Tidak hanya orang tua yang berdatangan, anak-anak pun mereka bawa, sambil ibadah mungkin sekalian piknik kali yaa....hehee



Rumah kayu yang mewah dengan ukuran yang besar dan kayunya berukir cantik dari suku Naxi
Pintu dengan full colors dan mewah 
Pintu kayu yang indah dengan ukiran yang detail banget, keren!




Shangri La Oldtown dari atas Guishan Monastery 


Hari Ke-Tiga

Pagi sekali kami sudah bangun untuk melanjutkan petualangan dengan menggunakan taxi menuju bandara Shangri La terbang ke kota Kunming. Shangri La memiliki lapangan terbang besar seluas 225 ha – Diqing Airport, dengan penerbangan menuju Kunming, Chengdu, Lhasa, Guangzhou dan Shenzhen. Ternyata terlalu pagi, bandaranya saja belum dibuka.... hadoooh.. pagi itu dinginnya hingga menusuk tulang tidak ada ruangan tempat bersembunyi menghindari angin, akhirnya dinikmati dengan berfoto dihalaman bandara sambil berlari-lari biar terasa hangat... walau badan terasa berat dengan jaket dan baju berlapis-lapis dan napas berasap keluar dari mulut hingga ngos-ngosan... hehehe... tetap senyum jika ada kamera yang memotret. 


menanti diluar bandara yang masih tutup..
lukisan-lukisan cantik yang menghiasi loby Bandara Shangri La
Menunggu penerbangan ke Kunming


Shangri La, the heaven on earth. Tetapi apakah saya menemukan “firdaus” atau obat panjang umur seperti cerita misionaris yang berumur lebih dari 200 tahun karena mengikuti pola hidup di Shangri La? Jangan mencari obat awet muda, nasihat seorang shinshe Tibet. Obat itu external, internal lebih penting. Bersyukur dan merasa bahagia adalah obat terbaik. Arti harfiah kata Tibet Shangri La menurut Tibetan yakni “matahari dan bulan di hati”. Mirip konsep keseimbangan“yang dan yin” dalam kehidupan.

Apapun juga Shangri La saya anggap layak menyandang namanya. Sedikit banyak saya merasakan magic kedamaian, keagungan.... dan mungkin secercah kebahagiaan disini. Jika ada kesempatan, berkunjunglah ke Shangri La sebelum arus globalisasi membenamkan suasananya.



Shangri La Map








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Musim Semi Rasa Winter di Dolomites

Dari keindahan alam, laut mediterania hingga bangunan-bangunan kuno peninggalan sejarah, Italia memang merupakan salah satu negara te...